Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Penyakit yang Tidak Bisa Disembuhkan Dokter

16 November 2012   08:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:15 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengatasi Utang dengan Menghindarinya?

Salah satu penyakit paling parah di dunia ini adalah stress dan frustasi karena dililit utang. Di negara manapun kita tinggal dan berada, maka utang akan selalu menjadi momok yang begitu menakutkan. Di Amerika, utang sudah menjadi masalah nasional yang berdampak besar. Banyak pendapat yang mengatakan masalah utang itu sebagai the real major pain in the neck bagi jutaan warga Amerika. Mereka berusaha menghindarinya tapi tak kuasa menolaknya. Ibarat makan buah simalakama, berhutang ibu mati tapi bila tidak berhutang bapak yang mati. Sepertinya hidup di Amerika, berhutang itu adalah keniscayaan.

Saya punya pengalaman yang membuat kepala bagai dipukul palu godam 100 kilogram beratnya. Pusing 8 keliling. Begini, di tahun-tahun pertama belajar dan bekerja di Amerika dengan penghasilan yang lumayan besar saya terpancing untuk segera membuat berbagai macam kartu kredit. Lumayan banyak. Lantas bersamaan dengan itu muncul sifat yang tak patut ditiru. Apa itu? Keasyikan untuk membeli apa saja yang saya suka dengan menggunakan kartu kredit. Barang elektronik, pakaian, bahkan sampai jalan-jalanpun saya pakai kartu kredit. Saya membeli apa yang saya suka, bukan apa yang saya perlu.

Padahal membeli dengan kredit itu sama saja dengan menimbun utang. Saya rupa-rupanya terhipnotis untuk tidak menyadarinya. Karena begitu banyaknya kartu kredit yang ada, hidup saya seakan ketika berjalan maupun tidur selalu di atas kartu kredit. Hal itu secara perlahan namun pasti melilit saya. Kini bukan lagi saya yang mengatur kartu kredit, tapi kartu kreditlah (baca: utang) yang mengatur dan mendikte saya. Lantas apa akibatnya? Sudah pasti leher seperti dicekik dan badan jadi panas dingin. Ia sudah seperti kanker yang menggerogoti setiap sendi keberadaan saya. Ini adalah jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan dokter. Penyakit utang hanya bisa disembuhkan oleh kita sendiri, bukan orang lain.

Bermula dari adanya penutupan tempat saya bekerja karena pindah ke negara bagian lain, tepatnya ke Indiana, sayapun jadi jobless untuk beberapa bulan lamanya. Dengan posisi tanpa pekerjaan serempak saya memiliki hutang yang harus dilunasi belasan ribu dollar membuat kepala saya hampir pecah. Ini benar-benar pengalaman pahit yang tiada taranya. Untung saja saya pada akhirnya diterima di perusahaan yang lebih bonafide.

Saya kemudian sempat menceritakan masalah ini ke salah seorang mantap direktur di perusahaan lama saya. Ia bilang begini, “for me, credit card is a silent killer, therefore everything must be cash for me.” Ternyata ia tidak pernah menggunakan kartu kredit, semua barangnya dibeli secara tunai. Saya hanya bisa terpaku dan terpekur. Dia saja yang banyak duitnya, tidak mau mengandalkan kekuatan kartu kredit. Okelah, tidak salah memiliki kartu kredit, tapi supaya aman mungkin kita hanya butuh satu kartu saja.

Menurut beberapa konselor dan ahli kesehatan di Amerika, bahkan dokter saya sendiri bilang, ketika kita terlalu banyak memikirkan tentang masalah utang itu dapat merangsang bermunculannya berbagai penyakit. Bilamana seseorang harus berurusan dengan utang yang menggunung, kebanyakan akan berakhir dengan gangguan kesehatan semisal stress akut, depresi, sakit maag, migran, bahkan sampai kepada serangan jantung.

Kendalikan Hutang Secara Bijak

Semenjak mengalami masalah utang tersebut, saya benar-benar sadar bahwa tidak boleh bermain-main dengan yang namanya utang. Jangan pernah menganggap remeh akibat dari memiliki utang yang banyak, dan sudah merasuki seluruh sendir hidup kita. Sekali kita terjebak di dalamnya, perlu waktu lama untuk keluar dan terbebas darinya. Gampangnya begini, segera kendalikan utang Anda sehingga hidup Anda terkendali. Jangan biarkan utang yang mengendalikan Anda, tapi kitalah yang mesti mengendalikan nafsu untuk berhutang. Jangan sampai hidup kita tergantung dan hanya bergantung dari utang.

Ada beberapa pendapat yang bahkan terdengar lebih ekstrem lagi. Supaya bebas dari utang ya jangan mulai berhutang. Bagi yang sudah terlanjur memiliki kartu kredit ya segera lunasi dan tutup kartu kreditnya. Katanya dengan demikian Anda akan terbiasa dan menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan. Apa yang pantas dan wajib dibeli itulah yang dibeli, dan apa yang harus diperoleh dengan berhutang mesti dikaji kembali. Dengan demikian kita akan semakin sadar dengan kemampuan keuangan kita yang sesungguhnya. Perlu sekali untuk membeli apa yang dibutuhan, bukan apa yang diinginkan.

Saya mencoba mengatasi masalah pembayaran utang yang sudah terlanjur ada dengan membayarnya bertahap. Di Amerika mencicil utang bisa sampai bertahun-tahun lamanya. Tergantung kesanggupan kita, mau term yang cepat atau yang lama. Saya ambil yang pembayarannya paling kecil setiap bulannya, walau pelunasannya memerlukan jangka waktu yang amat sangat panjang. Tetapi setiap bulannya saya hanya mengeluarkan sedikit, sisanya masih bisa dipakai untuk memutar bisnis atau untuk keperluan mendesak lainnya.

Nah, kalau kebetulan ada kelebihan-kelebihan pendapatan maka cicilannya kemudian saya perbesar supaya beban bunganya akan mengecil. Selain itu, penghasilan tambahan pun saya cari antara lain dengan memperbanyak bekerja overtime, sebab dengan overtime biasanya dibayarkan 1,5 sampai 2 kali gaji pokok. Penghasilan-penghasilan tambahan digunakan untuk menutup utang-utang yang sudah terlanjur ada. Pada beberapa tahun kemudian akhirnya saya bisa menyelesaikan persoalan yang bikin mual tersebut.

Beberapa pengalaman mengajarkan juga supaya dalam melunasi hutang maya bayarkan dulu setiap utang yang berbunga tinggi, bukan yang nilai utangnya paling banyak. Bunga yang tinggi adalah beban yang akan semakin menekan pundak seseorang yang memiliki utang. Saya tahu persis bagaimana stressnya berhadapan dengan utang yang bunganya gila-gilaan. Dan yang tak kalah pentingnya adalah keseriusaan melunasi utang dan kesigapan untuk terus memantau nilai utang secara berkala, sehingga kita akan tahu berapa yang sudah lunas dan berapa lagi yang tersisa. Jika sudah terbebas dari utang, kesempatan kita untuk mulai menabung. Saya menerapkannya, dan berhasil.

Jadi kembali lagi, kitalah yang harus mengendalikan utang. Hal terbaik sebenarnya adalah jangan mulai berhutang kalau tak ingin dililit olehnya. Tetapi kalau sudah terlanjur berhutang, maka mesti bijaksana mengendalikan utang. Uang memang harus kita kendalikan bukan sebaliknya ia yang mengatur hidup dan setiap gerak kita.

Beberapa Langkah Praktis Mengurangi Beban Utang

Tanamkan secara paten dalam pikiran Anda bahwa tidak ada jalan keluar yang mudah untuk terbebas dari jeratan utang. Supaya efek jelek dari utang tersebut tidak terus meradang dengan dahsyatnya dan akhirnya menghancurkan hidup Anda, berusahalah menanganinya dan kalau perlu bebas darinya sesegera mungkin. Tapi memang tidak ada yang gampang dan mudah. Butuh pengorbanan dan bersakit-sakit dahulu.

Saya melakukan kebijakan uang ketat (tight money policy) dan fokus sebaik mungkin pada anggaran yang sudah dibuat. Saya juga berpegang seteguh-teguhnya pada prinsip dan rencana awal yang sudah saya buat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Mengontrol keuangan sebaik-baiknya, dan jangan sampai ada utang baru di atas utang lama. Saya membulatkan tekad untuk tidak gali lubang tutup lubang dalam menangani beban utang itu.

Ketat terhadap keuangan, hemat, dan irit bukan berarti pelit. Bukan juga tidak boleh belanja apapun. Saya tetap berbelanja, tapi penghematan tersebut dilakukan dalam rangka mengurangi hutang. Jadi saya punya simpanan ekstra dengan mengetatkan kebiasaan berbelanja yang tidak perlu (atau belum perlu).

Langkah berikutnya yang saya lakukan adalah mengurangi, bahkan berhenti sama sekali dari kebiasaan ‘makan di luar rumah.’ Nah, dengan tidak makan di restaurant atau rumah makan menolong saya menghemat. Di samping itu kesehatan lebih terjamin dengan memasak makanan sendiri, sudah tentu juga meminimalisasi terserang penyakit-penyakit karena makan sembarangan.

Biasanya dalam seminggu saya dan teman lainnya makan di luar hingga 4-5 kali. Biaya saya makan di luar untuk satu kali kunjungan, misalnya di Chilli’s, American Dinner, atau tempat andalan saya menikmati masakan Vietnam di Pho An Dao mencapai 40-50 Dollar. Untuk biaya sebanyak itu kalau dipakai belanja untuk dipakai masak dan untuk makan bisa buat jatah seminggu penuh. Bayangkan untuk tidak makan di luar 4 kali saja sudah bisa dipakai buat jatah makan sebulan di rumah.

Akhirnya, kita dapat mengatasi utang kalau saja kita punya tekad bulat untuk itu. Kita dapat lepas dari lilitan dan cengkraman utang. Karena saya pernah merasakan betapa sakitnya dililit utang, jadi saya tahu betapa senangnya ketika terbebas dari utang. Seperti sebuah kata-kata bijak yang sudah sering saya dengar dari sejak kecil, “Kita tidak akan pernah merasakan kenyang jikalau kita tidak pernah merasakan lapar.” –Michael Sendow-

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun