Refleksi 10 Bulan (Hamil Tua) Being Kompasianer. Selamat Berpisah.
[caption id="attachment_147665" align="aligncenter" width="681" caption="Vincent, seorang kakek yang memiliki hati malaikat. Ia selalu memberi dan membantu begitu banyak keluarga tak mampu. Sementara ia sendiri harus berjuang dengan kanker yang ia derita, tetap tak putus-putusnya ia membantu orang lain. Mungkin saja ia tinggal menghitung hari. Tapi semangat dan harapannya tidak pernah memudar. Bukankah bagi Allah, tidak ada sesuatu pun yang mustahil? By the way..."][/caption]
Menjadi seorang Kompasianer dengan berbagai kelebihan dan kekurangan sebagai bekal untuk berbagi, tentulah merupakan hal yang luar biasa. Di tengah hectic-nya hidup dan kerja kita setiap harinya, masihlah mau kita menulis dan berbagi. Masihlah ingin rasanya kita bertegur sapa satu dengan yang lain. Dan betapa indahnya bila jalinan pertemanan dan persaudaraan itu membuat kita semakin hari semakin menghargai satu sama lain. Alangkah indahnya bila kemudian kita juga bisa diam bersama dengan rukun, walau begitu banyak perbedaan diantara setiap penulis dan pembaca di sini.
Kalau ada perdebatan? It’s okay. Kalau ada beda pendapat? That’s must be alright. Kalau ada setuju dan tidak setuju? It is just a common thing in this kind of world. Bagaimana dengan diskusi hebat? Nothing’s wrong with that. Hujat-menghujat dan caci-maki, serta penyerangan pribadi, lalu mendiskreditkan secara SARA dan diskriminatif? Who the hell that person to do such thing? That’s the real problem we’ve to face, and conquer no matter what! Menurut hemat saya, ruang baca dan ruang tulis ini terbuka untuk apa saja, kecuali yang di atas itu.
Lanjut. Biasanya orang merayakan ulang tahunnya tiap setahun sekali. Tapi Saya mau dan saya suka memperingati, atau katakanlah kembali mengingat perjalanan sebagai Kompasianer dalam usia 10 bulan. Sejak tahun 2009 memang saya sudah pernah menulis dan berkomentar di Kompasiana, tapi itu pun hanya dengan nama pena saya semata. Kebanyakan membaca doang. Baru pada 6 Februari 2011 yang lalu saya mendaftar dengan memakai nama asli saya. Itu berarti 6 Desember ini, usia saya genap 10 bulan. Kalau dalam masa kandungan, ini namanya hamil sudah tua banget. Sudah saatnya jebrol dari rahim, malah kelewatan sebulan. Mungkin inilah saatnya, saya mesti keluar dari kandungan itu. Sebelum sesak nafas menelan air ketuban.
Nah, selama masa sepuluh bulan itu banyak sekali lika-liku ber-Kompasiana. Tentu khasanah pengetahuan makin bertambah. Adrenalin dalam darah makin memacu, memicu, dan memompa. Terkadang mesti darah tinggi. Tak jarang harus berjibaku, dan sebagainya. Pernah disayangi, pernah ditegur sangat ramah, tapi pernah pula dihajar habis-habisan, pernah ‘dirajam pakai batu’, pernah diusilin. Tapi itulah dinamika. Tidak selamanya harus senang, dan tidak selalu harus susah. Segala sesuatu ada hikmahnya, baik pasang maupun surut. Baik kenyang, maupun lapar. Baik kuat perkasa, maupun lemah lunglai. Roda yang baik adalah roda yang terus berputar. Kincir angin yang bagus, adalah apabila ia terus berputar dan memberi hasil. Hidup yang indah, apabila ia terus berputar, memberi arti dalam segala suka duka. Susah senang. Bukan yang datar-datar saja.
Saya juga berusaha memberi makna lewat tulisan-tulisan yang sekiranya ada pembelajaran terambil di dalamnya. Tapi bukan hanya memberi, saya juga banyak menerima. Menerima dari banyak penulis bertalenta penuh berkat. Mereka yang luarbiasa seperti Mbak Linda, Mbak Della, Bung Julianto, Abanggeu, Bung Jackson, Omjay, Mas Kimi, Bro Herman Hasyim, Bro Armand, Mbak Aridha Prassetya, Mbahwo, Mas Zul, Mas Nursalam, Kong Ragile, Pak Johan, Pak Gustaaf, Pak Edi Roesdiono, Mas Bob, Mas Ramli, Juragan, Pak Aji, dan masih banyak lagi, yang ternyata sudah memberi saya banyak pelajaran serta pengetahuan mumpuni. Pelajaran yang berharga dan sesungguhnya harganya mahal, tapi saya dapatkan secara gratis. Mereka adalah penulis-penulis luarbiasa. Saya tidak angkat tangan (baca: menyerah) setiap kali membaca tulisan mereka, tapi justru mesti angkat topi bagi mereka semua. Dan tentu masih ada banyak penulis-penulis berbakat lainnya yang tak sanggup saya ingat satu-satu, maklumlah….Opa Mich so tua kasiang eh. So sadiki pang lupa.
Masih kental dalam ingatan saya juga ketika ditawarkan ‘menulis duet’. Dan of course dengan tangan terbuka saya menerima tawaran menulis secara kolaborasi dengan Bu Hesti Edityo itu. Sosok guru yang luar biasa. Ia memiliki kesamaan-kesamaan dengan saya, kita sama-sama jurusan Fisika semasa masih SMA (lain sekolah tentunya), sama-sama penyuka astronomi, dan berusaha mencintai alam semesta berikut isinya ini dengan cara yang benar. Maka lahirlah banyak karya kolaborasi kita, termasuk Ruminah yang berkesempatan ke Amerika sebagai baby sitter sekaligus kuliah di New York. Ruminah yang begitu mempesona. Jangankan saya, John saja terpesona olehnya. Tapi Ruminah juga sangat dekat dengan Aryo. Ah, entahlah…..
Dalam perjalanan bulan demi bulan itu juga akhirnya saya mendapat keberuntungan membaca karya-karya fiksi hebat dari seorang Jasmine Qa (Jasmine) dan. Bahkan saya sempat berkolaborasi dengan penulis fiksi bertalenta, penuh berkat dan rendah hati bernama Jasmine itu. Saya merasa bahwa tulisan cerpen maupun cerbernya bukan sesuatu yang sembarangan. Karyanya itu sesuatu banget githu lho, meminjam istilah Syahrini. Luar biasa. Superb. Salut juga untuk adanya kanal Fiksi, yang di-golkan para Admin. Semoga saudara, kakak, teman saya Hilda@Hammer City mau membaca cerpen-cerpen dan cerbernya, menganalisanya lalu memberikan tanggapan. Ditunggu lho…Jangan sampai nggak.
Sampai saat ini yang menjadi teman saya lumayan banyak, seribuan lebih. Teman ke-1000 saya adalah Kusnandar Putra. Semenjak menjadi teman ia langsung memberi komentar kepada beberapa artikel lama saya. Komentarnya pajang lebar, mungkin lebih dari 700 karakter per komentar, hahahaha….(lalu komentarnya di copypaste), itu lho komentar berisi tulisan tentang Miyabi yang katanya handal dalam menulis. Makasih ya mas atas komentarnya. *__^
Sedangkan 10 teman pertama saya: Rawa El Amady, Teh_totto, Alvandzt, Salmaa, Maghfur Rosyad, Christie Damayanti, Wulandari, Heny, Hesti Edityo, Geutrida Malthida. Menjadi motivator pertama bagi saya. Makasih.
Komentar paling pertama yang saya terima adalah di artikel bahasa Inggris saya yang berjudul “You want to be free?”. Salah satu artikel saya yang kemudian diminta untuk di-publish oleh sebuah majalah di Amerika. Komentar itu berasal dari Menik Budiarti, isinya: I like this one: “You will kill the baby Eagle if you try to help it get out of the egg, because it’s through the struggle that it develops its strength and will to live.” Dan komentar ke-dua yang saya terima adalah dari Teh_totto: feel free and powerful to write in Kompasiana, right Mr.Sendow? salam kenal.
Komentar paling akrab yang terjadi pertama kali adalah ketika saya mendapat tegur sapa dan berbalas komentar dengan seorang bernama unik tapi khas, Mbahwo. Ia mengomentari sebuah tulisan saya tentang korupsi. Dan kita berbalas pantun lewat komentar tak karu-karuan, karena entah mengapa itu pun berlanjut bahkan sampai ke artikel saya tentang Bebek Langowan. Mbahwo mengatakan bahwa hasil percobaan memasak bebek seperti yang saya ajarkan gagal total, alias bebeknya gosong.wualah…kok sampe segitunya ya? Lalu saya berjanji suatu ketika kalau ketemuan kopdaran misalnya, saya hutang masakan bebek ala saya. Dan akan saya berikan itu. Tapi, rupa-rupanya Mbahwo sudah mengundurkan diri dari sini ya? Sayang sekali. Tapi saya tetap tau rumahnya yang lain, jadi akan saya sambangi dia di sana.
HL pertama saya adalah di rubrik GREEN dan HL terakhir saya juga kebetulan adalah di rubrik yang sama yaitu GREEN. Dalam usia yang 10 bulan ini, saya berusaha mengisi waktu luang, berinteraksi dengan kawan-kawan, dan membagikan tulisan yang kiranya boleh bermanfaat. Kalau tidak salah, secara kebetulan pula bahwa jumlah HL saya selama 10 bulan ini sama persis dengan usia saya saat ini….sekitar 30-sekian.
Banyak pelajaran memang di tempat ini. Saya beruntung olehkarenanya. Saya senang olehkarenanya. Banyak hal. Banyak masukan. Dan banyak keunikan. Belajar membalap dari Mbak Yayat, belajar bagaimana merancang sebuah kopi darat yang berujung sukses dari Mbak Niken Satyawati, ataupun belajar fotografi dari Pak Dian Kelana. Mau belajar masak-memasak pun ada, banyak penulis hebat untuk urusan masak-memasak itu. Belajar ngeblog bersama Suka Ngeblog, Mas Bob, Mbahwo, bahkan belajar menulis kreatif juga tersedia lengkap. Bro Herman alias Ndang Ndut, sekarang ‘lahir baru dan menjadi Komedian selalu mengajarkan hal itu. Takjub dan salut. Inilah kesempatan kita untuk terus berbagi. Saling memberi dan menerima. Eloknya sebuah hubungan adalah saling memberi dan menerima, baik kekurangan maupun kelebihannya.
Terima kasih saya juga pastinya untuk: Mbak Tyas, Mbak Arya Ningtyas, Mbak Langit, Indah Qa, MutiaraJ2, Ma Sang Ji, Mbak Dina (jangan lupa kepiting saus tiramnya yah?), Nathalia, Mbak Deasy, Mbak Herawati Suryanegara, Mbak Ghana, Mbak Neny, Mbak Inge, Mas Odi & Brother Arrie (pujangganya Kompasiana), Sanchai, Mbak Irma, Alfi, Shafanisri, Chi…Cho, Citra R Maya, Mas K.R, Ayushi, dan tentu juga the master behind the scene, para Admin. Semua teman-teman lain juga yang tidak mungkin saya tulis satu demi satu, kalian adalah sumber inspirasi yang fenomenal. Pemberi semangat. Pemberi motivasi. Pemberi tawa, gurau, dan celoteh. Apapun itu.
Akhirnya, selamat ulang tahun ke-3 Kompasiana. Sediakan waktu untuk tersenyum menatap wajah bocah yang lugu. Kagumi keikhlasan seorang nenek di balik keriput-keriputnya. Sapalah tetangga. Tetangga yang baik tentu akan lebih berguna daripada saudara kandung yang jauh. Ambil prakarsa untuk beritikad baik. Berbagi dan memberi membuat kita merasa diberkati. Menggembirakan orang lain membuat kita sendiri jadi gembira. Hidup ini seperti sumur, airnya segar jika ditimba, namun membusuk bila disimpan. Dalam mencinta kita dicinta. Dalam mengampuni kita diampuni. Dalam memberi kita menerima. Dalam menghidupkan kita dibangkitkan. Semoga.
I’m so thankful and grateful to be here, in this (hopefully) home sweet home.
***
Ada waktunya bertemu, ada pula waktunya berpisah. Hakikatnya adalah, cepat atau lambat segala sesuatu akan tiba pada ujung jalan di mana kita harus mengucapkan selamat berpisah. Ada waktu untuk memulai, ada waktu untuk mengakhiri. Untuk segala sesuatu pasti ada waktunya. Berhubung karena saya harus menyelesaikan sebuah tugas lumayan berat yang dipercayakan Tuhan buat saya. Dan harus pergi ke suatu tempat lain untuk merancang bangun sesuatu yang sama sekali baru, maka sangat mungkin saya tidak akan aktif lagi. Baik dalam menulis, berkomentar, dan log-in. Mohon maaf atas segala kekurangannya. Wabillahi Taufik Walhidayah Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera untuk semuanya.
Note: Saya sudah men-draft 3 tulisan untuk Scheduled Publish. Jadi tinggal sesuai tanggal publish-nya, maka tiga tulisan saya akan ter-publish secara otomatis. Jadi, mohon maaf kalau saya tidak bisa memberikan respon balik dan atau membalas komentar. You’re excellent guys…! Keep on writing! Cheers!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H