Pernikahan Anak Presiden dan Anak Menteri
Jadilah berkat buat banyak orang. Selamat menempuh hidup baru. (E.B.Yudhoyono&Siti.Okz.)
Akad nikah Edhie Baskoro Yudhoyono (Mas Ibas), yang secara bukan kebetulan adalah juga putra bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Siti Rubi Aliya Rajasa, putri Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di istana Cipanas, Bogor Jawa Barat sudah lewat dan berlangsung dengan baik. Walaupun sempat menuai protes kiri-kanan, yang pasti acara tersebut sudah terselenggara dengan baik.
Ungkapan sang mempelai pria, “Saya terima nikah dan kawinnya. Siti Rubi Aliya binti Muhammad Hatta Rajasa, dengan mas kawinnya dibayar tunai,” dengan suara yang mantap dan pasti, tentu juga adalah sekaligus memproklamirkan bahwa Mbak Siti sudah resmi menjadi istrinya. Wanita yang akan menjadi pendampingnya, menjadi tulang rusuknya menghadapi hari-hari selanjutnya selama hayat masih dikandung badan. Kalau istilahnya Romeo & Juliet untuk supaya sehidup semati, apapun yang terjadi. Ikrar untuk menjadi suami yang baik dan menjadi istri yang baik tentu bukan sebuah ucapan main-main. Walau banyak suara mengatakan pernikahan ini ibarat ‘pernikahan politik’ karena Partai Demokrat begitu mesra dengan Partai PAN, tapi tetap saja bahwa sesungguhnya hakikat pernikahan ini adalah ‘dipersatukan oleh Allah’ dan oleh karenanya pantang dibuat main-main. Dan tidak layak untuk dipermainkan.
Tatkala Mas Ibas mengucapkan basmalah, Surat Al-Fatihah, dan salawat tentu saja ia sudah sadar betul apa tanggung jawabnya kedepan terhadap istri tercintanya itu. Yang sudah secara resmi menjadi istrinya (bukan lagi pacar). Terlepas dari semua pengibaratan, yang salah satunya adalah mengibaratkan perkawinan ini sebagai pengulangan sejarah perkawinan Prabu Wijaya V dengan Putri Campa, sebuah perkawinan yang kemudian melahirkan sebuah koalisi kekuatan Jawa-Melayu, sehingga kemudian terlahirlah Kerajaan Demak. Tentu ada yang lebih penting dari semuanya itu, yaitu bahwa ini adalah koalisi antara seorang pria dan seorang wanita dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan tabiat dan kelakuan yang berbeda. Dengan keterbatasan dan kelimpahannya masing-masing. Sebuah koalisi yang akan menjadi besar dan langgeng jikalau Allah diakui dan ditempatkan sebagai arsitek tunggal terbentuknya koalisi ini. Bukan siapa-siapa atau apa-apa yang lain. Bukan juga karena partai politik.
[caption id="attachment_145970" align="aligncenter" width="421" caption="Resepsi dilaksanakan di JCC Jakarta. (Invitation)"][/caption]
Nah, Setelah acara akad nikah yang berlangsung khidmat itu, malam ini atau tepat hari ini, saat sekarang ini, Sabtu tanggal 26 November 2011 di Jakarta Convention Center (JCC) sementara dilangsungkan acara resepsi penikahan mereka. Semoga saja acara yang sudah dirancang dan diatur sedemikian rupa boleh tetap berjalan dengan baik, sampai berakhir nanti dengan tetap rapi, dan teratur. Tentu, kita juga berdoa supaya sampai selesai nanti, acara ini dijauhkan dari segala macam hal yang tidak baik. Bagaimana pun yang kawin ini adalah “putra mahkota” dan sudah barang tentu disaksikan banyak pasang mata dari negara-negara tetangga.
Kepada Ibu Ani, mamanya Mas Ibas, ini saya coba tuliskan sebuah syair doa dari seorang ibu yang menurut hemat saya adalah sangat bijaksana, ketika putranya hendak menikah saat itu. Wanita itu bernama Grace Crowell, dan ia pun berdoa demikian:
There are no words that I’m master of
with which to thank you, O Lord, for my son’s wife.
This girl who is part mother in her love
part young girl and part woman in her life.
So gathered up in flame to meet
the one who is my son.
I yield him to her
I who have so long
been lovingly preparing him for her.
I would not bind them with one selfish thong
that through its constant chafing might deter
their love upon the high road.
They must be free as the wind is free.
Dear God, I am so grateful
that my son in searching for a woman, found this one.
Artinya,
Tidak ada kata-kata yang memadai
untuk mengucapkan syukur kepada-Mu ya Tuhan, untuk istri putraku.
Perempuan ini yang sebagian adalah ibu dalam cintanya
sebagian anak perempuan dan sebagian wanita dalam hidupnya.
Begitu bergelora untuk menjumpai dia,
yang adalah putraku.
Aku merelakan putraku bagi dia,
aku yang telah begitu lama menyiapkan putraku
dengan penuh kasih sayang untuk dia.
Aku tidak akan mengikat mereka
dengan ikatan demi kepentinganku semata
agar gesekan akibat ikatan itu
jangan mengganggu perjalanan cinta mereka.
Mereka harus bebas sebagaimana angin pun bebas.
Ya Tuhan, aku sangat bersyukur
bahwa dalam mencari seorang wanita
putraku telah menemukan yang ini.
Sebuah ungkapan doa yang sangat luar biasa dari seorang ibu yang hendak melepaskan putranya, yang sudah memilih tambatan hatinya. Yang sudah memilih kepada siapa cinta kasih sepenuhnya akan ia berikan. Kepada siapa ia akan berjalan seiring hingga akhir.
Menutup tulisan ini, ijikanlah saya mengutip apa yang dikatakan oleh Van Niftrik dan Bolan dalam sebuah buku mereka: “Sambil berdiri di hadapan Allah sadarlah manusia bahwa caranya Ia memerintah dunia tetaplah rahasia adanya. Tetapi dalam menghadapi rahasia demikian, orang beriman mengaku---Aku percaya (dan mempercayakan diri) kepada Allah yang akan membuat segala sesuatu sedemikian rupa hingga baiklah adanya.” Termasuk dalam hal pernikahan, bahwa Ia menjadikan segala sesuatu itu indah pada waktunya dan sesuai waktuNya pula.
Michael Sendow.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H