Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ah, Merokok Ternyata Tidak Berbahaya!

14 April 2011   03:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 3465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_102147" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi-Rokok/Admin (shutterstock)"][/caption] “Merokok Cuma berbahaya dan mematikan kalau itu di pompa bensin, sebab dapat mengakibatkan ledakan yang bisa mematikan orang. Selain itu nonsense…” Demikianlah teman saya yang perokok berat membela diri ketika saya ungkapkan pendapat saya tentang betapa berbahayanya rokok itu bagi kesehatan.

Bagi mereka yang menentang rokok, ada begitu banyak istilah yang berseliweran kiri-kanan, sebut saja istilah bahwa merokok itu seperti “nikmat membawa sengsara”, ada pula yang mengatakannya sebagai “bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian atau nanti mati kemudian”, istilah lainnya“ senjata paling mematikan” atau juga “membunuh secara perlahan” ada juga istilah bahwa merokok itu ibarat “ fly to cemetery “ yang kurang lebih kasarnya “terbang ke kuburan”. Bahkan ada yang bilang “asap penghantar hayat”, serem banget. Dan masih banyak istilah lainnya.

[caption id="attachment_100571" align="alignleft" width="300" caption="Senjata pembunuh itu bernama rokok?"][/caption]

Menurut data yang dikeluarkan WHO tahun lalu mengenai sepuluh besar Negara “penikmat” rokok terbesar, Indonesia bertengger di papan atas alias juara ke tiga. Daftar beberapa Negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia antara lain adalah:

China = 390 juta perokok atau 29% per penduduk, kemudian disusul India = 144 juta perokok atau 12.5% per penduduk dan Indonesia (tempat ke 3) = 65 juta perokok atau 28 % per penduduk (~225 miliar batang per tahun), juara ke 4 di ambil Rusia yaitu 61 juta perokok atau 43% per penduduk, sedangkan Amerika Serikat harus puas pada posisi ke 5 dengan jumlah 58 juta perokok atau 19 % per penduduk dan Jepang menempel ketat di posisi selanjutnya dengan 49 juta perokok atau 38% per penduduk.

Di lingkungan kerja saya di bagian South dari Jersey Amerika ini hampir 70 persen yang merokok adalah wanita. Dan memang menurut data statistik WHO, di Amerika itu yang lebih banyak merokok adalah wanita dibanding pria. Tapi di Indonesia, para perokok tetap didominasi pria. Untuk statistik perokok di Indonesia masih menurut catatan WHO adalah:

  • Pria = 24.1% anak/remaja pria
  • Wanita = 4.0% anak/remaja wanita
  • Atau 13.5% anak/remaja Indonesia.
  • Pria = 63% pria dewasa
  • Wanita = 4.5% wanita dewasa
  • atau 34 % perokok dewasa

Jika digabungkan antara semuanya maka jumlahnya sekitar 27.6%. Artinya, setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok. Angka persentase ini jauh lebih besar daripada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5 orang Amerika.

Nah, “budaya rokok” bagi sebagian masyarakat Indonesia, yaitu masyarakat perokok adalah tidak bisa diganggu gugat. Para perokok dan juga industri rokok di Indonesia menentang keras upaya pemerintah “mengontrol” dengan beberapa peraturan dan perda yang dianggap justru bakalan “mematikan” industri rokok tanah air.

Direktur Pengendalian Penyakit Tuberkolosis Masyarakat Kementrian Kesehatan RI pada bulan Pebruari lalu juga dalamacara sosialisasi Rancangan Peraturan Daerah Kawasan Tanpa Rokok (Perda KTR) di Bali mengatakan bahwa diperkirakan 50 juta penduduk Indonesia merokok dengan rata-rata rokok yang diisap per hari sebanyak 20 batang per orang. Akibat kondisi tersebut banyak penduduk Indonesia berpotensi terserang berbagai penyakit tidak menular akibat rokok, seperti jantung, tumor, kanker,” (TempoInteraktif, Pebruari 2011)

Rokok bahkan telah dilaporkan membunuh 13.500 orang per hari diseluruh dunia atau satu orang setiap detik. Selain itu, lebih dari 200 ribu orang meninggal setiap tahun akibat penyakit yang berhubungan dengan rokok. Sedangkan 43 juta anak-anak terpapar asap rokok (secondhand smoke). Merokok juga merupakan salah satu penyebab kemiskinan. Ada survei survey yang mendapatkan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk rokok di Indonesia mencapai 11,5 persen dari penghasilan perokok. Pengeluaran ini melebihi pengeluaran untuk makanan (11%), pendidikan (3%), dan kesehatan (2,3%). Tapi juga ada beberapa survey lain yang justru sepertinya membantah hal tersebut. Jadi masih ada dualisme dalam beranggapan, dalam hal memposisikan rokok dan perokok itu pada posisi tertentu.

Kompas juga tahun lalu pernah memuat sebuah artikel yang antara lain berisi tentang Indonesia sebagai “negeri rokok” atau “negeri tembakau” karena selain masuk 3 besar Negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia, Indonesia ternya adalah nomor 1 dilihat dari jumlah pabrik rokok. Sedikitnya ada 3.800 pabrik rokok, termasuk yang “kelas teri” alias kelas rumahan. Jumlah itu terbesar di seluruh dunia. Sebagian besar pabrik-pabrik tersebut berlokasi di dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dua daerah itu juga termasuk sebagai penghasil tembakau terbesar di Jawa ataupun secara nasional. Hasil produksi seluruh pabrik rokok berdasarkan tingkat produksi totalnya sepanjang tahun 2009 (Data 2010) mampu menghasilkan Rp 56,4 triliun sebagai penerimaan negara. Kondisi itu hanya kalah dari penerimaan yang diperoleh negara dari pajak PPN sebesar Rp 700 triliun. Jumlah itu juga jauh lebih besar daripada cukai minuman beralkohol yang besarnya Rp 1 triliun.

Tapi toh, dengan penghasilan buat pemasukan Negara yang demikian, rokok masih terus di”haram”kan bagi kesehatan. Bahkan tidak jarang, iklan yang besar-besar dari sebuah perusahaan rokok, di bawahnya ada iklan kesehatan yang melarang untuk merokok. Karena katanya rokok dapat menyebabkan kematian, gangguan bagi ibu hamil dan dapat mengakibatkan keguguran. Tulisan-tulisan tersebut banyak kita jumpai di sudut-sudut kota, airport-airport, stasiun kereta dan kompleks pertokoan. Tulisan seperti ini:…"Merokok dapat menyebabkan  kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" Iklan yang memiliki dualisme arti tersebut saya potret di salah satu Airport di tanah air. Di satu sisi, perusahaan menghendaki orang untuk membeli rokok yang mereka jual, iklan penawaran tapi di sisi lain mereka menulis "larangan" untuk membeli rokok, karena menyebabkan berbagai macam penyakit.

  1. Sekarang mari kita tilik beberapa fakta lain yang menarik. Menurut Woodrow Wyatt, peneliti dari Inggris dalam artikel yang di muat di The Times (Juli 1994), orang merokok di Glasgow tidak lebih banyak dari mereka yang ada di Bournemouth (kota sebelah selatan Glasgow). Tapi ternyata angka penderita penyakit jantung di Glasgow lebih banyak dari pada di Bournemouth.
  2. Orang Yunani yang mendapat subsidi tembakau dari Uni Eropa, merupakan perokok terberat di dunia, namun angka rata-rata penderita kanker wanita terendah dan terendah kedua bagi pria. Demikian pula untuk penyakit jantung dan pernafasan, sangat sedikit. Hal ini di sebabkan orang Yunani banyak mengkonsumsi ikan dan minyak zaitun yang mengandung lemak tak jenuh ganda.
  3. Seorang ahli THT ternama di AS mengatakan, bahwa ia menyarankan pada mantan perokok yang terserang batuk, untuk menghisap dua batang rokok sehari, dan hal itu menyembuhkan mereka.

4. Dr. James Le Fanu di AS menulis: “Perokok mempunyai resiko 50% lebih sedikit terkena penyakit alzheimer (pikun), dan banyak perokok yang mempunyai perlindungan lebih banyak dari penyakit ini.” The New England Journal of Medicine tahun 1985 menulis, para perokok yang terkena kanker endometrik kandungan 50% lebih sedikit daripada nonperokok.

5. Menurut artikel di Journal of The American Medical Association, penyakit kanker usus dan ulcerative, 30-50% lebih besar berpotensi menyerang nonperokok.

6. The American Government’s Health and Nutrition Examination Survey, menemukan kemungkinan osteoarthritis menyerang perokok berat 5 kali lebih kecil daripada nonperokok.

7. Menurut Prof. Petrus Budi Santoso, rokok bisa menolong manusia dari terkaman parkinson (sindrom yang membuat organ tubuh bergetar liar dan susah di kontrol). Sebab, dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menghambat berkurangnya sel-sel di otak, yang mengakibatkan gangguan pada saraf. Ahli penyakit saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu mengaku pernah meneliti dampak nikotin terhadap parkinson pada tahun 1987. Ia meneliti 100 pria perokok dan 100 pria tak merokok, yang semuanya penderita parkinson. Mereka rata-rata berusia di atas 50 tahun. “Ternyata mereka yang perokok tidak cepat parah penyakitnya,” katanya.

8. Di Inggris, pada akhir perang dunia ke dua, penderita jantung mengalami penurunan secara drastis padahal jumlah perokok waktu itu sangat tinggi. (Dari berbagai sumber).

Bahkan ada beberapa lelucon dari para perokok yang bilang: --- Perokok pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif, maka untuk mengurangi resiko tersebut aktiflah merokok. ---Memberikan lapangan kerja bagi buruh rokok, dokter, pedagang asongan, pembuat asbak, pabrik kemasan dan perusahaan obat batuk. ---Membantu program KB dan mengurangi penyelewengan karena konon katanya merokok bisa menyebabkan impotensi dan ganguan kehamilan. ---Menambah kenikmatan: sore hari minum kopi dan makan pisang goreng sungguh nikmat. Apalagi ditambah merokok! (Ingat! Ini Cuma lelucon, jangan dipraktekkan.)

Walaupun salah satu bagian dari ilmu kedokteran yaitu pulmonology, yang intinya adalah mempelajari berbagai penyakit yang menggerogoti alat pernapasan. Termasuk tentang kebiasaan sosial sang pesakitan. Banyak kesimpulan yang mengatakan akibat-akibat buruk dari si perokok, bahkan terjadi “pembenaran” atas jawaban seseorang yang menghisap rokok (yang katanya jawaban euphoria). Merokok itu nikmat---demikan kilah para perokok, seperti yang diiklankan oleh sebuah produk rokok. Merokok ternyata dapat meningkatkan konsentrasi karena mampu merangsang kerja neurotransmitter. Toh, tetap ada dua sisi yang harus selalu dilihat secara adil. Dilihat secara tidak sepihak. Selama ini rokok di cap sebagai biang kerok dari berbagai jenis penyakit horor. Para ahli kedokteran pun tidak berani membuktikan kemungkinan doktrin itu salah. Sejauh ini memang di perlukan satu studi yang seimbang dan objektif mengenai apa yang menyebabkan sakit, termasuk keuntungan dan kerugian merokok tersebut.

130275253887326457
130275253887326457

Jadi apakah menurut anda merokok itu mengganggu kesehatan dan dapat mengakibatkan kematian? Anda sendirilah yang dapat memutuskan. Apalagi fakta sudah membuktikan, banyak dokter yang perokok, banyak ahli kesehatan yang perokok, banyak guru yang perokok…bahkan banyak kompasianer yang perokok!

Seorang kakek tetangga saya berujar…”Ah, rokok ternyata tidak berbahaya!” Kakek itu berseloroh, “buktinya aku akan genap 72 tahun bulan ini, dan aku sudah merokok sejak 40 tahun lalu…tapi kan aku masih sehat, belum mati dan …aaah masih merokok juga!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun