Mohon tunggu...
Michael Sendow
Michael Sendow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writter

Motto: As long as you are still alive, you can change and grow. You can do anything you want to do, be anything you want to be. Cheers... http://tulisanmich.blogspot.com/ *** http://bahasainggrisunik.blogspot.co.id/ *) Menyukai permainan catur dan gaple. Menulis adalah 'nafas' seorang penulis sejati. I can breath because I always write something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kejahatan Hipnotis ala Indonesia dan ala Colombia

18 Maret 2014   23:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Admin (Kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Kita mungkin sudah banyak mendengar keluhan para korban kejahatan hipnotis di Indonesia. Bermula dari keadaan sepenuhnya sadar, kemudian didekati atau dipegang seseorang, lantas ia menjadi sepenuhnya tidak sadar. Dalam keadaan tidak sadar seperti itulah maka kemudian uang dan harta benda yang dimiliki korban dikuras sampai ludes oleh para pelaku.

Kejahatan hipnotis kian hari kian marak. Apalagi menjelang setiap hari raya tertentu. Saking banyak sekali orang yang mudik pada saat-saat seperti itu, menjadikan suasana hari raya tersebut sebagai lahan empuk untuk ‘panen’ bagi para pelaku kejahatan menggunakan cara hipnotis. Semakin ramai, semakin memudahkan pelaku kejahatan hipnotis bertindak.

Ada juga yang memakai cara-cara hipnotis untuk menggiring korban melakukan apa yang ia perintahkan, tapi melalui sambungan telepon. Ini mungkin sangat jarang terjadi, tapi bukan tidak pernah terjadi. Beberapa catatan menunjukkan bahwa seseorang ternyata bisa juga dihipnotis lewat suara di telepon.

Ala Amerika Selatan

Nah, di negara-negara Amerika Selatan terkenal sebuah tanaman yang dianggap sebagai ‘tanaman pembunuh’. Tanaman atau tumbuhan tersebut sering disebut sebagai ‘Angel Trumpet’. Mungkin dinamai demikian karena bentuk bunganya yang sangat mirip terompet. Saking berbahayanya tanaman ini, namanya rupa-rupanya ikut masuk juga dalam deretan 10 tanaman pembunuh paling berbahaya di dunia.

Para penjahat di sana pun tak kurang akal untuk menggunakan tanaman ini sebagai alat mereka menghipnotis calon korban. Tidak dengan maksud membunuh korban memang, tetapi menghipnotis korban. Oleh karenanya, berhati-hatilah seumpamanya Anda punya rencana untuk berkunjung atau jalan-jalan ke Amerika Selatan, utamanya ke negara Colombia.

[caption id="attachment_316083" align="aligncenter" width="638" caption="Tumbuhan Angel Trumpet (brugmansia) di San Diego Amerika. Sumber: http://www.greengardendreams.com"]

1395133168219058640
1395133168219058640
[/caption]

Tumbuhan Angel Trumpet ini terlihat sangat indah dan manis, namun juga di sisi yang lain bunga ini tidak seindah what its look like. Angel Trumpet sangat berbahaya. Asal tumbuhan ini memang dari Amerika Selatan, tapi sudah banyak bertumbuh dan dimanfaatkan di negara-negara lainnya. Tumbuhan ini tumbuh dengan liarnya dan sangat banyak jumlahnya di hutan maupun taman-taman yang di Colombia misalnya. Di daerah-daerah seputaran Colombia, tumbuhan bunga ini sangat terkenal mengingat kualitas daya racunnya yang begitu hebat.

Ibu-ibu di sana sudah pasti akan melarang anak-anak mereka bermain-main di taman yang ada tumbuhan ini, apalagi kalau sampai ketiduran di bawah bunga ini. Di botanical garden di Bogota, kita juga dapat menjumpai tumbuhan ini. Biasanya kalau di sana disebut sebagai ‘borrachero’ atau ‘get-you-drunk’.

Lantas di mana letak racun berbahayanya? Dari bijinyalah kita dapat membuat sejenis obat Scopolamine yang juga sering disebut orang sebagai ‘Burundanga’. Ini yang sering digunakan para penjahat di sana sebagai senjata utama mereka. Scopolamine dapat menyebabkan seseorang menjadi seperti zombie alias mayat hidup. Menempatkan seseorang pada kondisi kehilangan memori dan kehendak bebas mereka. Pada saat itulah pelaku kejahatan beraksi dengan cara meyakinkan sang korban untuk dengan penuh kerelaan hati menyerahkan kunci rumah, kunci mobil, dan mengosongkan isi dompet mereka.

Biasanya racikan obat yang tidak ada rasa dan tanpa bau ini dituang ke dalam gelas minuman calon korban di rumah makan atau di bar-bar, kafe pun juga diskotik. Polisi Colombia mencatat sedikitnya 1.200 kasus korban kejahatan ‘hipnotis’ menggunakan Scopolamine dan “zombie drugs” lainnya, sudah terjadi sepanjang tahun kemarin di Colombia. Korbannya pun tidak tanggung-tanggung, mulai dari politisi, petugas kedutaan Amerika di sana, sampai kepada orang kebanyakan dan turis-turis biasa. Kedutaan Amerika di Colombia memperkirakan 50.000 kasus sejenis telah terjadi.

Scopolamine bekerja dengan cara yang ‘amat mutakhir’, sehinggap menyebabkan siapapun yang sudah terkontaminasi, otaknya tidak akan sanggup merekam atau mengingat apapun yang sudah terjadi. Dan serempak, efek obat ini menyebabkan juga seseorang itu mau saja mengikuti instruksi dan perintah yang diberikan si pelaku kejahatan, umpamanya memberikan uang, jam, dompet, kartu kredit, kartu ATM serta memberikan pinnya tanpa sadar.

Sudah sejak tahun 1970-an para pelaku kriminal di Colombia menggunakan Scopolamine demi mewujudkan impian-impian mereka. Termasuk dalam rangka memperkosa, mencuri, dan bahkan juga menculik anak-anak kecil (mungkin dengan maksud meminta tebusan). Beberapa korban ternyata juga bahkan dapat diperintahkan untuk melakukan kejahatan. Ini memang sangat berbahaya. Beberapa tahun yang lalu, ada kasus di mana seorang remaja Jerman memotong jari dan kemaluannya sehabis mengkonsumsi Angel Trumpet ini. Pengaruh Scopolamine memang sungguh luar biasa.

Ala Indonesia

Di Indonesia menghipnotis orang memang tidak dengan menggunakan Angel Trumpet (namun siapa tahu para pelaku kejahatan hipnotis di sini juga menggunakannya?). Ini menandakan bahwa di manapun kita berada, keamanan serta kenyamanan kita akan tetap rawan. Aksi kejahatan dengan cara menghipnotis korbannya sudah tercatat di sejumlah pelosok negeri. Palempang, Manado, Jakarta, Medan, dan banyak tempat lainnya.

Saya pernah membaca kesaksian salah seorang korban kejahatan hipnotis. Sang korban mengatakan, bahwa ia mengalami aksi kejahatan itu ketika mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan di Palembang beberapa bulan yang lalu. Kejadian tersebut diawali dengan kedatangan seseorang yang berpura-pura menanyakan alamat suatu tempat, dan berlanjut ke pembicaraan lainnya, yang akhirnya tanpa disadari kartu ATM dengan relanya ia berikan kepada pelaku berserta kode PIN. Ini tentu diberikan karena ia berada di bawah pengaruh hipnotis.

Untuk mengantisipasi terus bertambahnya korban aksi kejahatan itu, semua pihak sudah semestinya makin waspada. Jangan pernah memberi ruang kepada pelau kejahatan hipnotis. Polisi juga harus semakin aktif memerangi tindak kejahatan tersebut. Bila sementara berada di berbagai pusat keramaian, tingkatkan kewaspadaan. Biasanya modus operandi kejahatan hipnotis dilakukan dengan cara berpura-pura menanyakan sesuatu. Ada juga yang berpura-pura seolah-olah ia adalah orang yang punya keahlian menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Ibu saya sewaktu ke pasar dulu pernah juga didekati orang yang menyatakan bahwa ia katanya adalah seseorang yang kesasar, seorang warga negara Malaysia dan baru saja tiba di Manado. Tapi anehnya, gaya bicaranya seperti dibuat-buat dan logatnya seperti orang daerah. Terus, kenapa kalau baru datang dari Malaysia mendaratnya di pasar, bukan langsung ke hotel atau tempat lainnya. Ngapain juga ke pasar. Ada-ada saja.

Hipnotis ala Indonesia memang tidak menggunakan ‘Angel Trumpet’, tapi mereka menggunakan jurus ‘alamat palsu’ dan gaya ‘minta bantuan’ saja. Akan tetapi walaupun berbeda, namun akibatnya sama. Korban akan kehilangan konsentrasi, kehilangan kesadaran diri, kehilangan memori, dan ujung-ujungnya korban akan kehilangan harta bendanya. Ada bahkan, yang kehilangan nyawanya, ya kehilangan dengan cara amat mengenaskan. Semoga praktik-praktik seperti itu dapat semakin dieliminasi, bahkan dibasmi sampai habis. Semoga. ---Michael Sendow---

“Changing the face can change nothing, but facing the change can change everything”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun