Dewasa ini, penambahan penduduk lanjut usia yang sangat drastis baik dari jumlah maupun proporsi dalam populasi sangat mungkin dialami oleh hampir setiap negara di dunia. Menurut UU Nomor 13 Tahun 2013, lansia (lanjut usia) didefinisikan sebagai seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. WHO menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55 tahun. Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami proses penuaan (aging) yang ditandai dengan adanya perubahan anatomi dan fisiologi yang menjadi bagian dari proses penuaan yang dapat memengaruhi fisik, psikologis, hingga psikososial lansia yang berhubungan dengan keterbatasan aktivitas harian dan perubahan kognitif.
Penurunan massa otot menjadi salah satu bentuk proses penuaan (aging) pada lansia yang sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan massa otot dapat membuat aktivitas fisik harian lansia menjadi terbatas serta dapat menjadi penyebab dalam meningkatnya risiko jatuh dan sarkopenia. Pada lansia juga terjadi perubahan komposisi tubuh yang terjadi karena proses penuaan yang kemudian dapat menyebabkan kandungan nitrogen tubuh menurun sehingga lansia lebih berisiko untuk mengalami defisiensi protein dan mikronutrien. Oleh karenanya, dibutuhkan asupan protein yang cukup dan bermutu tinggi pada lansia demi membatasi terjadinya penurunan massa otot berlebih dan demi memelihara sistem imunitas tubuh. Selain dari segi asupan, diperlukan juga aktivitas fisik seperti olahraga pada lansia untuk mempertahankan kesehatan sekaligus melatih otot pada lansia.
Mengapa lansia bisa mengalami penurunan massa otot?
Seperti halnya yang telah disebutkan di atas bahwa penurunan massa otot menjadi salah satu bentuk proses penuaan (aging)Â pada lansia yang sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses penuaan membuat massa dan kekuatan otot skelet pada lansia mengalami kehilangan yang cukup progresif. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas fungsional dan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronik metabolik serta meningkatkan risiko frailty. Penurunan kekuatan otot skelet dapat disebabkan oleh banyak faktor termasuk salah satunya adalah menurunnya asupan makronutrien terutama protein. Asupan protein yang cukup dapat meningkatkan sintesis otot. Oleh karena itu, protein dapat dikatakan sebagai salah satu zat makronutrien yang berpengaruh terhadap kekuatan otot pada lansia.
Berapa banyak kebutuhan protein pada lansia?
Kebutuhan protein pada lansia meningkat karena terjadinya peningkatan metabolisme akibat inflamasi serta penyakit kronik.  Asupan protein yang rendah pada lansia dapat menyebabkan  gangguan  otot,  tulang, dan fungsi imun. Oleh karena itu, baik untuk lansia untuk mencukupi kebutuhan protein hariannya. Berikut merupakan angka kecukupan protein menurut Permenkes 2013:
Sebenarnya apa sih whey protein itu?
Whey protein merupakan salah satu sumber protein yang memiliki kandungan leusin yang cukup tinggi, yaitu 8,6 gr leusin setiap 100 gr whey protein. Konsumsi whey protein ini marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang sedang berusaha meningkatkan massa ototnya dengan berolahraga di tempat kebugaran. Whey protein dapat ditemukan dalam berbagai macam makanan ataupun dapat dikonsumsi dalam bentuk bubuk protein yang telah banyak berada di pasaran. Isolat protein whey merupakan bentuk yang paling murni dengan kandungan protein lebih dari 90%. Pada whey protein dalam bentuk bubuk biasanya terkandung protein sebanyak 70-80%.
Apakah mengonsumsi whey protein dapat membantu dalam mempertahankan massa otot pada lansia?
Mengonsumsi whey protein dapat membantu lansia dalam mengimbangi metabolisme mereka yang sudah mulai berkurang keefektifannya. Konsumsi whey protein juga dapat membantu lansia dalam mempertahankan massa otot dan tulang serta kekuatan. Selain itu, peningkatan konsumsi protein pada lansia juga telah terbukti dalam beberapa penelitian ilmiah dapat berfungsi dalam menurunkan berat badan, mengendalikan penyakit kronis, dan menghindari rawat inap. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa suplementasi whey protein merupakan suatu hal yang menjanjikan untuk menjaga kesehatan lansia, terutama dalam mempertahankan kesehatan otot.
Bagaimana peran aktivitas fisik terhadap pembatasan penurunan massa otot pada lansia?
Pelatihan ketahanan dapat meningkatkan kekuatan otot dan massa otot rangka. Atrofi otot skeletal sering dikaitkan dengan penyebab penuaan dan aktivitas fisik yang rendah. Peran aktivitas fisik dapat membantu dalam menjaga kualitas hidup, kesehatan, dan juga mengurangi risiko jatuh pada lansia baik secara umum maupun yang memiliki morbiditas khusus. Aktivitas fisik tingkat sedang yang dikombinasikan dengan aktivitas fisik lain juga dapat memberikan dampak positif terhadap kehidupan sehari-hari baik dari segi fisik, mental, maupun sosial. Latihan keseimbangan juga direkomendasikan dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya jatuh pada lansia.
Bagaimana aturan yang tepat untuk konsumsi whey protein pada lansia serta aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh lansia demi mempertahankan kesehatan massa otot?
Suplementasi whey protein bila dibarengi dengan pelatihan olahraga telah terbukti dapat bermanfaat bagi lansia untuk mempertahankan massa tubuh tanpa lemak dan meningkatkan parameter kesehatan. Kebutuhan suplementasi protein pada lansia perlu disesuaikan dengan kebutuhan individu. Poin penting yang harus diperhatikan terhadap keefektifan suplementasi protein pada lansia adalah harus dibarengi dengan latihan fisik, asupan makan, dan suplementasi. Asupan protein yang cukup, yaitu sebanyak 1,2 sampai 1,5 g/kg/BW per hari dibutuhkan oleh lansia untuk menjaga massa otot. Konsumsi protein yang optimal dapat berpengaruh positif terhadap status kesehatan lansia. Namun, harus diperhatikan bahwa asupan protein yang terlalu tinggi dapat berpengaruh terhadap peningkatan transfer protein ke usus besar yang kemudian dapat menimbulkan efek yang buruk.
Ditulis oleh:Â