Persaingan antar media semakin seru, tentu itu juga menjadi bagian media online baik yang satu kelas maupun yang berbeda kelas. Harapan dan tujuan persaingan tersebut, apapun alasannya pastilah akan tetap menuju ke satu titik: Supaya tetap eksis. Pertanyaannya bagaimana supaya tetap eksis, ya tentu saja kalau media/site tersebut ada pengunjungnya. Buat apa sebuah media online berkoar-koar ke sana dank e mari, kalau pengunjungnya hanya 3-4 biji? Nggak guna kan?
Nah karena itulah semuanya sepertinya berlomba-lomba. Seperti yang saya bilang sebelumnya, bahkan dengan jalan apapun semua berusaha mendapatkan pengunjung (traffic) sebanyak-banyaknya.Tidak jarang dengan cara licik atau curang sekalipun. Kompasiana mungkin masih punya ‘tata krama’ dalam segi content. Wlalupun mendatangkan traffic, kalau itu sudah menyangkut SARA dan menyerang pribadi orang lain, artikel-artikel itu akan dibasmi. Itu sepanjang pengetahuan dan pengamatan saya sih. Makanya juga karena alasan itu mungkin rubrik agama yang riuh rendah dan gaduh, serta mendatangkan traffic itu akhirnya dihapus juga.
Mari baca kutipan Kang Pepih ini yang ditulis tanggal 28 January 2009: “SEBAGAI orang yang memantengi Kompasiana sejak resmi diluncurkan 22 Oktober 2008 lalu, agak tercengang juga melihat perkembangan blog keroyokan ini dari sisi hits maupun jumlah halaman yang dibaca. Saat pertama kali diluncurkan dalam bentuk Beta, ranking Kompasiana masih di angka enam jutaan dengan ratusan saja pengunjung setiap harinya. Akan tetapi, tiga bulan kemudian sampai Januari sekarang ini, situs Alexa mencatat, Kompasiana sampai berita ini diturunkan menempati ranking 90.711 dunia.”
Jadi ‘hanya’ dalam waktu tiga bulan, Kompasiana sudah tumbuh giginya. Bayi itu sudah menunjukkan giginya (belum taring lho). Oktober resmi diluncurkan. Januari 2009 sudah mendapat kursi lumayan terhormat di gedungnya Alexa. Lumayan. Lumayan bagus lah yauw…!
Katanya lagi bahwa dalam literatur media online, sebuah situs baru bisa dianggap situs (web) jika sudah mampu mencapai di bawah ranking 100.000 dunia dan sudah layak dipasangi iklan. Mengingat Kompasiana berbentuk sebuah blog, pencapaian ranking di angka 90 ribuan itu cukup menggembirakan. Apakah Kompasiana memang sudah benar-benar disegani? Tunggu dulu…Mari kita coba simak beberapa tanggapan ‘orang awam’ yang sempat saya copy. Sekitar 3 bulan lalu di forum sebelah (Kaskus) ada seorang Kaskuser (dan mungkin sekali juga adalah seorang Kompasianer) membuat sebuah pooling yang diberi judul: Mendidik mana antara Kaskus vs Kompasiana? Ia hanya memberi sedikit review di situ, yaitu:
Kompasiana adalah sebuah Media Warga (Citizen Media). Di sini, setiap orang dapat mewartakan peristiwa, menyampaikan pendapat dan gagasan serta menyalurkan aspirasi dalam bentuk tulisan, gambar ataupun rekaman audio dan video.
Kompasiana menampung beragam konten yang menarik, bermanfaat dan dapat dipertanggungjawabkan dari semua lapisan masyarakat dengan beragam latar belakang budaya, hobi, profesi dan kompetensi. Keterlibatan warga secara masif ini diharapkan dapat mempercepat arus informasi dan memperkuat pondasi demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. read more
________________________________________________________________________
Kaskus adalah situs forum komunitas maya terbesar dan nomor 1 Indonesia dan penggunanya disebut dengan Kaskuser.[1][2][3] Kaskus lahir pada tanggal 6 November 1999 oleh tiga pemuda asal Indonesia yaitu Andrew Darwis, Ronald Stephanus, dan Budi Dharmawan, yang sedang melanjutkan studi di Seattle, Amerika Serikat. Situs ini dikelola oleh PT Darta Media Indonesia.[4][5] Kaskus memiliki lebih dari 3,4 juta pengguna terdaftar[6]. Pengguna Kaskus umumnya berasal dari kalangan remaja hingga orang dewasa yang berdomisili di Indonesia maupun di luar Indonesia. Kaskus, yang merupakan singkatan dari Kasak Kusuk,[5] bermula dari sekedar hobi dari komunitas kecil yang kemudian berkembang hingga saat ini. Kaskus dikunjungi sedikitnya oleh 900 ribu orang, dengan jumlah page view melebihi 15.000.000 setiap harinya.[7] Hingga bulan September 2011, Kaskus sudah mempunyai lebih dari 416 juta posting.[6] Menurut Alexa.com, pada bulan September 2011 Kaskus berada di peringkat 251 dunia dan menduduki peringkat 7 situs yang paling banyak dikunjungi di Indonesia.[8] read more
Saya sebenarnya bingung, takaran apa yang hendak dipakai kalau merujuk pada MENDIDIK MANA? Tapi supaya lebih cair, mari kita simak beberapa komentar yang masuk (terwakili). Pembuat pooling itu memberi komentar serta pendapatnya pribadi sebagai berikut: 1) “mulai dari ane ya...sebenernya ane menganggap kedua-duanya sama2 mendidik, tapi karena saat ini kaskus udah dipenuhi junker laknat yang mencari eksistensi, ane vote kompasiana. karena rata2 penulisnya GA ADA YANG COPAS (walau di kaskus juga banyak penulis handal kayak di kompasiana.”
Komentar lain yang masuk:
2) sama" mendidik dan sama" punya kekurangan.
3) ane belum pernah ke kompasiana jd belum bisa bandingin gan.
4) ane pilih kaskus aja yang sudah terbukti kualitas ny, klo kompasiana jarang denger ane...
5) kaskus bukan hanya mendidik gan ,bagi ane ini tempat sharing kalau kita lagi boring jadi ane vote kaskus.
6) selalu ada junker laknat gan ga di kompasiana g di kaskus, di kompasiana terkesan kaku bwt ane ky baca makalah.di kaskus pd bisa ngeramu jd ringan. Artinyah topiknya sama tp cara penyajiannya berbeda. Krn ane seneng dg topik yg disajikan dg ringan,ane vote kaskus. (Ah, belum tau dianya kali ye? Belum pernah masuk kelompoknya pasukan Kenthir dan para penulis ringan seringan kapas yang banyak bejibun kwadrat-kwadrat di kompasiana ini…)
7) klo mendidik, menurut ane labih mendidik kaskus gan ... soalnya di kaskus anything will share ... mulai dari mendidik jadi orang baik, jadi orang suskses, jadi orang alay, jadi orang mesum, pokoknya mendidik lah ... klo dari segi tulisan ane lebih suka kompasiana ...... Lebih orisinil, kadang maknanya dalem banget ... Komentar-komentar yang lucu, unik, ekspresif. Ada yang menjadi anggota keduanya, tapi ada juga yang belum tau sama sekali apa itu Kompasiana. Tentu kalau pooling itu hanya di tujukan akan tendensius, sebab tidak terwakilkan dengan yang bukan Kaskuser tapi adalah Kompasianer, jelasnya jawaban yang diberikan pasti berbeda pula. Sebenarnya menurut saya untuk tetap eksis, dan lebih jaya lagi maka Kompasiana harus mempertahankan format yang ada sembari memperbaharui dan menajamkan diri dari segi konten. Di sini sebenarnya banyak tokoh lho dan ada yang masih aktif menulis sampai sekarang, sebut saja beberapa diantaranya, mantan wakil presiden, Jusuf Kalla, juga Prof. Kusmayanto Kadiman, mantan Rektor ITB dan mantan Menristek. Selain itu juga ada beberapa tokoh dari kalangan militer seperti Chappy Hakim (Marsekal purnawirawan TNI-AU, mantan KSAU, penulis buku Cat Rambut Orang Yahudi), Prayitno Ramelan (Penasihat Menteri Pertahanan Bidang Intelijen, juga penulis buku Intelijen Bertawaf). (Sumber: Wikipedia lho, jangan main-main). Ini tautan ke profile mereka: http://www.kompasiana.com/kusmayantokadiman
http://www.kompasiana.com/jusufkalla
Tulisan terakhir beliau ada di sini: Sepakbola Kita
Yaitu pada tanggal 4 March 2011.
http://www.kompasiana.com/chappyhakim
Tulisan terakhir ada di sini, barusan lho: US Marine di Darwin! 22 November 2011.
http://www.kompasiana.com/prayitnoramelan
Tulisan barusan: Militer Iran Mampu Melakukan Serangan Cyber Terhadap RQ-170 AS
15 December 2011.
http://www.kompasiana.com/marzukialie
Tulisan terakhirnya dan merupakan HL ada di: TKI, Permasalahan, antara Beban dan Kewajiban? 23 April 2011
Lalu seperti apa perkembangan Kompasiana, seminggu, sebulan, dan enam bulan terakhir ini. Berikut ini saya ingin menyajikan table milik Alexa. Di situ saya coba membandingkan pergerakan Kompasiana dengan saudaranya sendiri yaitu Kompas.com, dengan juga Okezone, Detik.com, dan MediaIndonesia.
Kompasiana menag atas MediaIndonesia, tapi masih kalah dibanding Okezone, Okezone takluk sama Kompas.com, tapi Kompas pun akhirnya masih di bawah detik.com. Tapi ini memang hanyalah bedasarkan kacamatanya si Alexa, jadi masih jauh dari akurat. Tapi setidak-tidaknya ada gambaran bahwa Kompasiana dalam rentang enam bulan lumayan menempel ketat Okezone. Jangan ragu untuk mengatakan bahwa kedepannya rumah ini akan semakin disegani (bukan ditakuti loh) dan mampu bersaing!
Ayoooo....semangat terus para penulis. Menulis, berkarya, dan berbagi. Jangan mau kalah sama penulis-penulis hebat jaman dulu. Belum ada komputer saja sudah bisa lahir Khalil Gibran, Plato, Erasmus, bahkan mundur jauh kebelakang…temuan-temuan membuktikan ribuan tahun yang lalu para pendahulu kita sudah ‘jago’ menulis, dan mereka menulis di atas batu atau di dinding-dinding goa. Nah lho….! (MA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H