Mohon tunggu...
Michitra Adhikarsa
Michitra Adhikarsa Mohon Tunggu... -

Manusia biasa...Just an ordinary man. Love to write and read almost about everything.\r\nPengamat dan pemerhati masalah KOMPASIANA, media, dan semua hal. Belajar menjadi hamba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menolak Revolusi Mental Jokowi? Hanya Orang Aneh!

22 Juni 2014   00:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:52 2486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih banyak saya dengar pendapat ini dan itu, menolak gagasan Jokowi tentang revolusi mental. Bagi saya ini sungguh aneh bin ajaib. Hanya orang-orang anehlah yang mempertanyakan dan menganggap revolusi mental yang digagas Jokowi itu salah, keliru, atau tidak penting. Mengapa demikian. Sini saya bisikin.

Indonesia sudah penuh dengan para koruptor, orang malas, pencuri, perampok, pemecah belah, dan masih banyak lagi. Kenapa itu? Karena mental mereka rusak, setengah rusak, atau seperempat rusak. Itu jelas sekali, dan karena itu perlu sekali untuk adanya revolusi mental. Kalau tidak ada revolusi, ya yang mental korup, mental bobrok, mental malas, mental judi, mental busuk, akan terus saja berkembang dan ada di negeri kita ini, bung!

Lalu orang masih terus memberi pertanyaan lanjutan. Setelah revolusi mental lalu apa? Ya berbuatlah kebaikan. Jangan korup, jangan malas, jangan buta hati, jangan suka memfitnah, jangan gila jabatan, dan seterusnya. Hanya orang-orang yang termasuk di dalamnya yang akan menolak gagasan bagus Jokowi tersebut. Revolusi mental tak lebih dari revolusi sumber daya manusia. Revolusi cara berpikir. Sederhana saja, jadi tidak usah dianggap gagasan itu salah atau keliru, kecuali memang anda ingin mental korup dan mental malas, dan mental busuk untuk tetap ada dan hidup terus di negeri ini.

Dengan memunculkan dan menggagas revolusi mental, setidaknya Jokowi sudah punya niat baik dan gagasan bagus. Tidak hanya menjadi pengekor dan penjiplak saja. Blusukan mau (dan boleh) ditiru-tiru, tapi kalau mental pejabat tinggi tersebut tetap busuk, dan suka menang sendiri belum direvolusi, yah mana bisa berhasil. Soalnya, setelah Jokowi sukses dengan blusukannya, ada banyak pejabat yang kemudian jadi gemar meniru. Hati tidak suka blusukan, tapi demi nama dan citra ya apa boleh buat sekali-kali berkeringat dan berdesak-desakkan tak mengapalah. Mental tukang jiplak seperti ini juga sudah seharusnya direvolusi. Anda bisa lihat dari mimik orang-orang ini ketika blusukan, gerah dan sepertinya nggak tahan, malahan ada yang pake acara kabur segala.

Jokowi menggagas sesuatu yang baik, tapi kenapa  masih banyak yang menolak dan seakan-akan antipati dengan usulan Jokowi itu? Yah tentu karena mental orang-orang ini sudah dipenuhi dengan kekuatan 'ilmu tolak apapun yang Jokowi katakan'. Termasuk ilmu debat berjuluk, "Jangan pernah setuju dengan apapun yang Jokowi katakan". Itu terbawa sampai ke dunia nyata, dunia maya, dan bisa saja akan dibawa pula sampai ke dunia akhirat.

Ada yang bilang Jokowi justru yang perlu direvolusi mentalnya. Saya mau bilang begini, siapa di dunia ini yang merasa paling sempurna silakan ancungkan tanggannya tinggi-tinggi. Jokowi setidaknya sudah mengajak, dan akan memulainya, terus peran anda ada dimana? Oh sangat jelas, peran anda ada di sikap penolakan anda, karena mungkin sekali anda merasa mental andalah yang pali sempurna. Jokowi bilang, Indonesia ini perlu ada revolusi mental, bukan hanya segelitir orang saja. Sebab etos kerja dan kurangnya kualitas SDM kita itu awalnya ada di situ. Hanya saja kita sudah dibutakan dengan 'cuci otaknya' orang-orang tidak bertanggung jawab. Mereka yang selalu membenturkan ajakan Jokowi dengan sepak terjangnya sebagai Gubernur DKI. Itu luarbiasa salah kaprah.

Pokoknya sebagus dan sebaik apapun yang Jokowi katakan maka harus ditolak. Itu prinsip dasar yang mesti dijalankan, oleh orang-orang yang menentangnya. Mental-mental seperti itu sudah seharusnya direvolusi. Maka kemudian kita akan bergumam, "Oh ternyata revolusi mental itu memang penting". Saya yakin, mereka-mereka yang mentalnya perlu direvolusi pasti akan membantah tulisan saya ini, dengan berjuta alasan, padahal coba saja bantah apa kerugiannya melakukan revolusi mental ke arah yang lebih baik? masikkah kamu mau hidup dalam belenggu korupsi, kemalasan, dan kebusukan cara berpikir? Think about it, bung!

Salam Revolusi Metal, eeeh maksudnya salam revolusi mental! Salam dua jari manis. Salam dua jari telunjuk. Salam dua jari jempol. Salam dua jari tangan. MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun