Andaikan saya bisa sampaikan ini kepada Pak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Nadiem Makarim.
Banyak meme dan guyonan teman-teman guru, pemilik sekolah, kepsek dan orangtua tentang Nadiem yang baru saja menjabat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang kita tahu beliau adalah pendiri perusahaan GoJek. Â
Saya tidak akan membahas guyonan tersebut, tapi di balik itu tentu banyak pertanyaan. Sejauh mana dobrakan dan aksi yang akan ia lakukan kelak selama menjabat? Seperti pertanyaan teman-teman, "Bukan akademisi ya? Wah bagaimana ini? Kira-kira seperti apa nanti? Jangan-jangan guru-guru gak boleh gaptek!", dan lain sebagainya. Â
Karena saya seorang guru (guru mulok, kontrak pribadi dan tidak pernah jadi guru tetap karena lebih senang bekerja di lembaga atau kontrak pribadi), maka saya ingin berbagi dari apa yang saya dengar dan alami.
Semoga saja Saudara Nadiem cepat belajar dengan ladang barunya ini. Saya sangat berharap, karena pendidikan dan kebudayaan merupakan salah satu hal vital dari sebuah bangsa.
Jika Saudara Nadiem punya ide bagus untuk akses transportasi online, kayaknya kece ya jika di awal ia bisa mengumpulkan suara-suara dari tenaga pendidik, orangtua murid, dan siswa. Â
Beda tempat, beda sekolah beda pula budaya dan kebutuhan yang dimiliki. Maaf, Â saya cuma punya sedikit cerita karena pengalaman hanya 4,5 tahun kerja jadi guru. Â
Apa saja cerita yang bisa saya bagikan? Â
Bagi saya, proses pendidikan itu dilihat dari awal seseorang lahir sampai ia dewasa. Usia terpenting sepertinya memang dari sekolah dasar, ya tapi sekarang kan TK pun jadi seperti wajib, apalagi masuk SD sudah harus baca tulis.
Di usia sekolah banyak sekali pagar di sekeliling siswa: kepala sekolah, guru, dan orangtua. Semuanya berperan penting terhadap pendidikan siswa.
Sekolah tidak akan berjalan jika tidak ada guru, maka dari itu tenaga pendidik (bukan sekadar pengajar) harus memiliki hati yang tulus kemudian skill. Mengapa hati yang tulus dulu? Â