Globalisasi memberikan dampak yang besar terhadap pendidikan di dunia modern yang terus berubah ini. Meskipun sistem pendidikan Indonesia telah memperoleh banyak manfaat dari perkembangan tersebut, namun sering kali mengabaikan beberapa hal yang berkaitan dengan kearifan lokal. Perlu ada pendidikan kearifan lokal yang mendorong terbentuknya jati diri bangsa yang kokoh dengan mempertahankan nilai-nilai tradisional dan warisan budaya, sementara modernisasi meroket dengan sangat cepat.Â
Kearifan lokal adalah sejenis sistem pengetahuan yang mengandung kepercayaan, adat istiadat, dan praktik yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lain dalam masyarakat. Secara objektif, kearifan lokal menunjukkan cara hidup yang bermakna yang mengekspresikan budaya negara. Namun, dengan modernitas, kearifan lokal didorong ke samping dan dianggap ketinggalan zaman, absolut, dan sama sekali tidak memuaskan bahkan untuk memenuhi harapan modern. Terutama, hal ini terlihat jelas dalam pendidikan, di mana sedikit nilai-nilai lokal digunakan dalam bentuk tiruan pendidikan Barat.Â
Pada kenyataannya, pendidikan berbasis pengetahuan lokal sebagian memengaruhi jati diri bangsa. Kecintaan terhadap tanah air, kebanggaan terhadap identitas, rasa kewajiban untuk melindungi warisan budaya akan dipupuk melalui pendidikan yang menghargai keberhasilan akademis, pengenalan, dan pemeliharaan budaya lokal sehingga siswa memperoleh kecerdasan intelektual serta pemahaman dan penghargaan terhadap nilai-nilai yang ada.Â
Salah satu contoh terbaik pendidikan berbasis kearifan lokal adalah pendidikan berbasis lingkungan, yang diselenggarakan di beberapa masyarakat pedesaan di Indonesia. Melalui pendekatan tradisional dalam pendidikan, mereka dapat mempelajari teknik bertani tradisional; kemampuan mereka dalam menghemat air dan mengelola hutan telah mengajarkan mereka cara menghargai alam. Lebih khusus lagi, individu-individu tersebut diperlihatkan pentingnya pelestarian lingkungan tidak hanya berdasarkan ilmiah tetapi juga melalui nilai-nilai tradisional yang ditinggalkan oleh para leluhur mereka.Â
Pendidikan melalui kearifan lokallah yang dapat mewujudkan pluralitas budaya di dalam negeri, sementara globalisasi sering kali menjadi buldoser yang menghancurkan keberagaman budaya. Indonesia memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa dan budaya yang beragam, sehingga menjadikannya gudang pengetahuan tradisional. Di negeri ini, setiap daerah memiliki adat istiadat, dialek, seni, dan nilai-nilai budaya yang beragam. Jika keberagaman ini tidak diakui dan dipupuk, pendidikan akan kehilangan salah satu unsur penting ke-India-an.Â
Masih terdapat tantangan dalam menyelenggarakan pendidikan berbasis kearifan lokal. Salah satunya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah dan para pembuat kebijakan di bidang pendidikan. Umumnya, pengajaran kearifan lokal tidak memiliki basis yang kuat di tingkat nasional dalam kurikulum saat ini. Buku-buku jarang menyebutkan sumber belajar yang berbasis pada kearifan lokal, dan guru-guru di daerah yang akrab dengan budaya tersebut sering kali diremehkan.Â
Sebaliknya, masyarakat selalu menganggap modernisasi dan teknologi sebagai ancaman terhadap kearifan tradisional. Hal ini karena teknologi lebih mudah diakses, dan mempercepat cara belajar mengajar. Sebaliknya, masyarakat beranggapan bahwa teknologi menyebabkan terjadinya homogenisasi budaya. Artinya, budaya di daerah tersebut cepat sekali terhapus oleh budaya internasional. Yang dibutuhkan di sini adalah rekapitulasi yang sangat dibutuhkan tentang bagaimana kearifan lokal dapat diperkenalkan, terlebih lagi di lingkungan kelas, tanpa harus meremehkan pentingnya teknologi sebagai alat pengajaran. Masyarakat juga turut menjaga pendidikan lokal secara bijaksana selain pemerintah. Orang tua, tokoh adat, dan masyarakat adat harus mendorong pendidikan di rumah dan di kelas.Â
Beberapa praktik yang telah berlangsung selama beberapa dekade melalui praktik lisan, seni, dan budaya dapat dihidupkan kembali dengan berbagai kegiatan. Dengan demikian, saat anak-anak tumbuh dewasa, mereka dapat lebih mengenal budayanya dan merasa perlu untuk melestarikannya.Â
Oleh karena itu, dua hal---pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal---melestarikan sejarah budaya dan membangun masa depan yang berlandaskan pada orientasi nasional. Oleh karena itu, mendidik generasi muda dengan pengetahuan tradisional di tengah modernisasi akan sangat membantu dalam melahirkan generasi penerus yang cerdas dan bermoral yang benar-benar menjadi warga negara Indonesia yang bangga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H