Namun, seiring berjalannya waktu disaat tradisi mendongeng mulai menghilang, anak-anak mulai mengalihkan perhatiannya terhadap media lain seperti gadget dan tablet. Hal tersebut mengakibatkan perhatian orangtua terhadap anak mulai berkurang karena anak-anak dapat leluasa mendapatkan apa saja yang ingin ia tonton. Sehingga, pendidikan moral menjadi menjadi terhambat karena mereka hanya melihat sesuatu dari yang gadget sampaikan.
Di era globalisasi, media digital kini menghadirkan dongeng dalam bentuk digital. Kini, semua kalangan dapat mengakses dongeng dalam bentuk digital. Dongeng ini ditransformasikan ke dalam bentuk digital karena adanya perkembangan arus global yang kemudian menjadi tantangan para desainer seni digital untuk menyajikan dongeng yang baik dari segi visual dan isi.
Dengan canggihnya teknologi masa kini, dongeng jarang dibentuk melalui buku bacaan yang monoton yang membuat anak-anak mudah bosan dan tidak tertarik untuk membacanya. Namun, perkembangan dongeng melalui buku mulai disajikan dalam bentuk buku 3D atau yang sering disebut pop up book.
Transformasi dongeng yang berkembang di era globalisasi lantas tidak meninggalkan nilai-nilai norma sosial tentang bagaimana seharusnya dongeng hidup di benak masyarakat. Mitos-mitos yang berkembang dan berada dalam dongeng mulai perlahan luntur oleh sebagian masyarakat. Masyarakat mengerti bahwa mitos adalah suatu tradisi lisan yang tidak lain hanyalah khayalan orang zaman dahulu. Masyarakat perkotaan cenderung lebih mengikuti logika mereka dalam bertindak daripada percaya pada sebuah mitos/takhayul. Dongeng yang disajikan dalam bentuk digital ini diharapkan meninggalkan jejak tentang nilai mitos yang positif.Â
Dianalisis menggunakan teori Bronislaw Malinowski tentang kebudayaan yang dilatarbelakangi oleh fungsinya masing-masing maka dongeng pasti memiliki nilai-nilainya tersendiri. Yang kemudian, analisis pesan moral dari dongeng tersebut dapat sampai di kalangan pembaca karena adanya mitos yang terselubung. Dalam makna lain, mitos memiliki fungsi yang diandalkan dalam pengenalan norma sosial. Mitos dianggap memiliki nilai magis yang mampu mengenalkan kepada manusia secara sederhana dan kompleks tentang adanya peraturan-peraturan dalam keberlangsungan hidup.Â
Nilai-nilai mitos yang saat ini mulai luntur karena adanya arus globalisasi seharusnya tidak dibiarkan begitu saja. Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan akan budaya, kita wajib melestarikan suatu kebudayaan baik dari dalam daerah sendiri maupun luar daerah. Mitos mengajarkan kepada kita tentang peraturan-peraturan tidak tertulis sehingga kita dapat menghargai dan menghormati sesama makhluk hidup. Representasi mitos juga dikaitkan dengan tatanan sosial dan terstrukturnya kebutuhan makhluk hidup tentang makhluk hidup yang harus hidup dengan sebuah kebudayaan.Â
Dalam kajian merevitalisasi nilai-nilai mitos ini, penyampaian tentang mitos ada kalanya tetap dijaga sebagai bentuk dari toleransi. Yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana mitos itu hidup sesuai fungsinya. Mitos tidak selamanya buruk apabila kita mengerti dan menghargai kualitas mitos tersebut.Â
Kemudian, mitos dalam dongeng Nyi Roro Kidul misalnya, mitos kecantikan ini direpresentasikan ke dalam sebuah mitos yang didalamnya berisi banyak sekali keterkaitan antara mitologi Jawa dan Sunda serta hal magis. Adanya mitos Nyi Roro Kidul sebagai ratu dan penjaga Pantai Selatan menyebabkan adanya mitos-mitos yang apabila masyarakatnya tidak mengambil kesimpulan melalui nalar berpikir akan menyebabkan adanya kekeliruan dalam penyampaian maupun pemrosesan saat akal berpikir. Selanjutnya, masyarakat luas akan meremehkan suatu bentuk mitos yang dianggap tidak masuk akal tersebut yang mengakibatkan masyarakat mulai kehilangan keseganannya terhadap mitos.Â
Namun, dalam beberapa kesempatan mitos yang dianggap tidak masuk akal memang memiliki kekuatannya tersendiri. Dalam makna lain, mitos tersebut memang tidak dapat dijabarkan dan dijelaskan melalui nalar pemikiran manusia. Sebagai masyarakat Indonesia, sepatutnya kita menghargai bagaimana mitos tersebut hidup. Entah masuk akal maupun tidaknya sebuah mitos, yang perlu kita lakukan adalah menghormatinya.
Contohnya adalah dongeng Candi Prambanan. Dongeng tersebut menceritakan tentang adanya penolakan dari Roro Jonggrang terhadap Bandung Bondowoso yang dikarenakan Bandung Bondowoso tidak dapat menyelesaikan 1000 candi dalam satu malam karena adanya kenakalan dari Roro Jonggrang yang menyebabkan berkokoknya ayam untuk menyimbolkan waktu pagi telah tiba.Â
Dalam hal ini, memang terlihat bahwasannya cerita tersebut merupakan fiksi dan khayalan orang zaman dahulu. Dongeng Candi Prambanan dinilai tidak masuk akal karena kita tidak pernah menjumpai dibangunnya suatu tempat dalam satu malam terlebih dalam jumlah yang sangat banyak. Mitos tersebut disebutkan sebagai bentuk dari dongeng yang tidak masuk akal namun kita hanya perlu menghormatinya demi menjaga toleransi umat beragama dan bertempat tinggal.