Mohon tunggu...
Michelle Maybeline
Michelle Maybeline Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa semester 2 yang senang menulis dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelabuhan Kijing Sebagai Simbol Kerja Sama Bilateral Indonesia dan Tiongkok

26 Mei 2024   16:49 Diperbarui: 26 Mei 2024   17:53 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelabuhan Kijing (Kijing port) atau yang dulu dikenal sebagai Terminal Kijing, merupakan sebuah pelabuhan berstatus Internasional  yang terletak di kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Indonesia. 

Dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia II, Pelabuhan ini dibentuk sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat ekonomi di wilayah Kalimantan Barat. Pelabuhan Internasonal Kijing atau terminal Kijing merupakan proyek penting negara yang bertujuan mendukung rencana pengembangan jaringan transportasi laut, meningkatkan daya sumber daya alam Kalimantan dan mempercepat pengembangan industri, yang menjadi fokus utama Pemerintah. 

Dengan desain yang mematuhi standar Internasional, luas pelabuhan mencapai 68,5 hektar dan memiliki dermaga dengan kedalaman -16 meter LWS, cukup dalam untuk melayani kapal berukuran besar. Ditambah dengan area pendukung seluas 130 hektar untuk bongkar muat peti kemas, curah hujan, musim kemarau, dan fungsi lainnya. Pelabuhan ini memiliki potensi besar untuk menjadi pusat distribusi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. 

Kini, Pelabuhan Kijing telah beroperasi dan menerima resmi dari Presiden RI pada bulan Agustus tahun 2022 lalu. Prestasi ini menandakan peran penting pelabuhan Kijing dalam mendorong perdagangan ekspor Indonesia. 

Saya yakin bahwa ini akan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan membuka peluang baru bagi pelaku ekonomi daerah. Demikian pula, perkembangan Terminal Kijing yang sangat memuaskan setahun setelah peresmiannya menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan infrastruktur tersebut telah memberikan dampak positif yang besar, baik dalam pertumbuhan ekonomi maupun aktivitas perdagangan di wilayah tersebut.

Terminal Kijing pada tahap awal memiliki dermaga dengan panjang satu kilometer dan mampu menampung hingga 500.000 twenty foot equivalent unit (TEUs), peti kemas per tahun, serta terminal serbaguna dengan kapasitas 500.000 ton per tahun. Sasaran akhir yang ingin dicapai adalah mengurangi biaya distribusi negara, yang saat ini masih mencapai 14,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2022. Meskipun angka ini sudah turun dari 23,8% pada tahun 2018, pemerintah memiliki target untuk menurunkan biaya distribusi menjadi 8% pada tahun 2045. Ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperlancar dan mengoptimalkan infrastruktur distribusi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kualitas global Indonesia. 

Data terkini menunjukkan bahwa Pelabuhan Kijing telah mencatat sekitar 250 kali kunjungan kapal dengan muatan sebanyak 884 ribu ton curah cair dan 63 ribu ton curah kering hingga bulan juli 2023. Sebagian besar muatan tersebut dieskpor ke negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, India, Vitenam, Bangladesh, Pakistan, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Singapura. 

Tidak hanya sebagai kawasan eskpor, tetapi pelabuhan Kijing juga menjadi tempat impor barang-barang penting seperti peralatan proyek, metanol, dan beras dari negara-negara seperti Tiongkok, Taiwan, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Keberhasilan Terminal Kijing dalam menjalankan fungsi impor dan eskpor ini adalah bukti nyata dari kemajuan ekonomi dan peran pentingnya dalam hubungan perdagangan antardaerah. 

Disini, saya akan memaparkan lebih lanjut tentang pelabuhan Kijing yang kini telah menjangkau koneksi hingga negara Tiongkok. Kerjasama antara pelabuhan Kijing dan Tiongkok telah menjangkau berbagai bidang, termasuk investasi, perdagangan, dan pengembangan infrastruktur. Tiongkok menunjukkan minat yang besar dalam mempererat hubungan bilateral dengan Indonesia, terutama di sektor kelautan dan distribusi. Tiongkok juga berinvestasi dalam pengembangan pelabuhan Kijing. Investasi tersebut mencakup pembangunan infrastruktur, pembelian peralatan, dan manajemen operasional pelabuhan. Selain itu, perdagangan antara pelabuhan Kijing dan Tiongkok juga menjadi aspek penting dalam kerjasama ini, dengan produk-produk seperti pertanian, manufaktur, dan konsumsi yang menjadi fokusnya. 

Pelabuhan Kijing berfungsi sebagai jalur utama perdagangan laut di Kalimantan Barat. Kerjasama ini juga meluas hingga ke sektor jasa, termasuk layanan pengiriman barang dan aktivitas produksi, dimana Tiongkok dapat terlibat berkat keahlian dan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, kerjasama antara pelabuhan Kijing dan Tiongkok dapat mengoptimalkan kinerja dan produktivitas dalam pengelolaan distribusi di wilayah tersebut. 

Dalam pandangan saya, kerjasama antara pelabuhan Kijing dan Tiongkok merupakan langkah yang tepat dalam politik luar negeri Indonesia. Kerjasama ini memperlihatkan upaya Indonesia untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan Tiongkok, yang merupakan salah satu partner perdagangan negara ini. 

Penyaluran modal dari perusahaan-perusahaan Tiongkok dalam pengembangan pelabuhan Kijing menunjukkan komitmen mereka untuk mendukung infrastruktur kelautan Indonesia. ini tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menunjukkan simbol hubungan bilateral yang kuat antara kedua negara. Dalam konteks politik luar negeri, kerjasama ini menggambarkan strategi Indonesia dalam menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Asia Pasifik. 

Dengan memperkuat hubungan ekonomi dengan Tiongkok, Indonesia dapat berperan aktif dalam melaksanakan tanggung jawab dalam aspek politik regional. kerjasama ini juga menggarisbawahi pentingnya kerjasama ekonomi dalam politik luar negeri Indonesia. 

Dengan membangun kerjasama bilateral dengan Tiongkok, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan bersaing ekonomi dan memperkuat posisinya di tingkat global. Oleh karena itu, kerjasama antara pelabuhan Kijing dan Tiongkok bukan hanya tentang pengembangan infrastruktur, tetapi juga merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk mencapai kedaulatan ekonomi dan politik yang lebih besar di tingkat internasional.

Dari data yang saya terima, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) telah membuka peluang bagi rekan perdagangan global yang dapat memberikan peluang besar bagi Indonesia, termasuk operator terminal, perusahaan pelayaran, dan bidang lainnya. Selain itu, Pelindo telah merencanakan pengembangan Terminal Kijing di Pelabuhan Pontianak dengan tujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat. 

Tidak hanya itu, menurut saya, pengembangan infrastruktur pelabuhan memiliki peran yang sangat penting tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi negara-negara di Asia Tenggara. Kemudian, dengan meningkatnya daya tampung pelabuhan, Indonesia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam menjaga keseimbangan perdagangan. Upaya ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk memajukan Indonesia dalam sektor kelautan dan memperkuat peran Indonesia sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan di kancah Global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun