Anak yang Dipaksa Memenuhi Ego Orang Tua: Perspektif Psikologi dan Dampaknya terhadap Perkembangan Anak
Ego orang tua adalah dari segi psikologis yang mencerminkan kebutuhan, keinginan, atau ambisi pribadi orang tua yang secara sadar atau tidak sadar mereka targetkan  kepada anak. Ego ini sering kali berkaitan dengan:
1.Kebutuhan validasi: Orang tua ingin merasa dihormati atau diakui keberhasilannya melalui pencapaian anak, sepertinya wajar tetapi ada halnya orang tua memaksa anaknya untuk menjadi seseorang yang mereka mau, seperti dipaksa untuk menjadi seorang nakes, tetapi anaknya tidak mempunyai keterampilan tersebut membuat seorang anak merasa tertekan dan bisa sampai depresi.
2.Keinginan pribadi yang tertunda: Harapan yang gagal dicapai oleh orang tua di masa lalu diproyeksikan/ditargetkan pada anak untuk diwujudkan.
3.Kebanggaan untuk sosial: Keinginan agar anak dipandang sukses dan  berprestasi untuk menjalani hidup tertentu demi meningkatkan status sosial keluarga.
Dalam konteks pengasuhan, ego orang tua bisa menjadi positif jika mendorong anak dengan cara mendukung minat dan potensi mereka. Namun, ketika ego ini menuntut supaya anak bisa mengorbankan keinginan maupun  kebutuhannya sendiri, maka ini menjadi sumber masalah, baik bagi sisi anak maupun pada hubungan keluarga. Orang tua seringkali memiliki harapan tertentu terhadap anak mereka. Harapan ini  menurut saya pribadi sangatlah wajar, mengingat orang tua memiliki keinginan dan tanggung jawab untuk membimbing anaknya agar dapat mencapai potensi terbaiknya. Namun, ketika harapan tersebut berubah menjadi paksaan untuk memenuhi keegoisan orang tua, hal ini juga dapat memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap perkembangan mental pada anak jaman sekarang. Fenomena ini biasa dikenal sebagai parental ego projection, seringkali diabaikan, dipaksa ngelakuin hal yang mereka mau, membela diri kalau sedang disalahkan dianggap durhaka, meski dapat menimbulkan konsekuensi serius pada kesehatan psikologis dan sosial pada anak, orang tua hanya memikirkan kepentingan mereka yaitu menjadikan anak mereka persis seperti yang mereka mau padahal setiap anak juga mempunyai keinginan dan cita cita yang dia ingin gapai.
Definisi dan sumber masalah
Paksaan terhadap anak untuk memenuhi ego orang tua sering kali muncul dari kebutuhan emosional orang tua yang dahulu tidak sempat terpenuhi, seperti ambisi yang tertunda, rasa ingin dihormati, juga sampai obsesi terhadap kesuksesan yang belum pernah dicapai. Contohnya, orang tua mungkin memaksa anak untuk mengambil jalur pendidikan tertentu seperti orang tua saya sendiri dari dulu saya memang pengen banget masuk jurusan hukum tetapi orang tua saya memaksa saya untuk menjadi dokter umum atau dokter hewan, hal tersebut membuat saya harus berhenti satu tahun atau gap year, hal itu membuat saya stres dan sering nyalahin diri sendiri akibat paksaan ini. Untuk berprestasi di bidang yang tidak diminati itu sangatlah berat menurut saya, menjalani kehidupan yang dirancang sesuai dengan keinginan orang tua, bukan anak itu sendiri menjadikan saya pribadi yang ingin sekali di dengar, hal ini membuat saya banyak sekali berbohong kepada orang tua, karena titik manusia capek pun juga pasti ada. Hal seperti ini sering kali tidak disadari oleh orang tua. Mereka berasumsi bahwa apa yang mereka inginkan adalah demi kebaikan anaknya di masa mendatang. Namun, secara psikologis, hal ini lebih merefleksikan kebutuhan ego orang tua untuk mendapatkan validasi sosial atau pemenuhan ambisi pribadi melalui anak.
Dampak negatif pada perkembangan anak
1.Gangguan mengenali diri sendiri
Anak yang biasa dipaksa untuk mengikuti ego orang tua sering kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan potensi mereka sendiri. Akibat dari peristiwa ini dapat menyebabkan anak krisis identitas di masa dewasa, anak lebih sering tidak tau apa yang harus mereka lakukan padahal mereka sudah dewasa, contohnya seperti kesusahan mencari minat bakat apa yang mereka punya, dan juga anak bisa merasa dirinya sendiri sulit untuk menentukan tujuan hidup yang sesuai dengan kepribadiannya, dan sebagian besar juga banyak yang bergantung dengan orang lain yang bisa mereka dengar seperti pacar maupun sahabat.
2.Tekanan pada psikologis
Ekspektasi berlebihan pada hidup anak dapat menyebabkan anak mengalami tekanan emosional yang besar, yang akhirnya akan meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, dan stres kronis atau bisa saja sampai gila karena tidak kuat menanggung semuanya, ada juga yang sampai mengakhiri hidupnya karena sangat-sangat tertekan. Mereka merasa bahwa diri mereka hanya diukur berdasarkan sejauh mana mereka dapat memenuhi harapan-harapan kedua orang tua, orang tua tidak pernah memikirkan gimana kita sebagai anak juga punya rasa capek tertekan karena pemikiran kolot mereka.
3.Penyebab hubungan yang tidak sehat dengan orang tua
Ketika anak sudah diusia remaja, anak akan memandang orang lain dengan cinta dan kasih sayang. Bila hidup anak sejak kecil penuh dengan tuntutan dan kekerasan mereka akan melihat orang tua mereka dengan pandangan buruk, banyak yang menganggap kalau orang tua mereka musuh mereka, orang tua hanyalah luka bagi mereka. Dari kejadian yang sering kita temui ini banyak sekali anak remaja yang membenci orang tua mereka. Menerima orang tua dengan suatu syarat, hubungan emosional antara anak dan orang tua menjadi renggang. Anak mungkin merasa marah, kecewa, dan bahkan bisa saja menjadi takut terhadap orang tua mereka. Orang tua juga akan selalu jadi orang yang enggan ditemui anak.
4.Ketergantungan eksternal
Anak yang tumbuh dalam lingkungan ini seringkali mengembangkan pola pikir yang sangat bergantung pada validasi eksternal. Banyak dari mereka yang salah arah karena pola pikir yang berbeda dengan anak lainnya. Mereka mungkin merasa sulit untuk membuat sebuah keputusan pribadi karena terbiasa hidup sesuai dengan standar orang lain. Anak biasanya mengikuti alur jalan orang lain karena karena kebiasaan harus nurut apa yang diinginkan orang tuanya.
Solusi yang diperlukan
Manusia memiliki kebutuhan dasar untuk hak otonomi, hak kompetensi, dan hak hubungan. Anak yang dipaksa memenuhi ego orang tua sering kali kehilangan hak otonomi mereka, mereka harus kehilangan keinginan mereka, yang dapat menghambat perkembangan psikologis anak yang sehat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan sedikit ruang bagi anak untuk mengeksplorasi minat bakat dan keinginan mereka sendiri untuk bisa mengembangkan potensi yang mereka dapat tunjukkan.
Langkah Solutif bagi Orang Tua:
1.Mengenali apa yang dibutuhkan
Orang tua perlu bertanya pada diri sendiri apakah harapan mereka sama dengan apa yang menjadi kebutuhan anak atau itu hanya ambisi pribadi mereka. Gambaran ini dapat dilakukan melalui diskusi dengan curhat-curhatan, konseling psikolog untuk tahu apa yang diminati oleh anak, bisa juga dengan mengikuti tes minat bakat, dan bisa juga dukungan dari pengasuhan orang tua yang baik dan sehat seperti membiarkan anak memilih minat dan bakat yang mereka harapkan.
2.Mendukung minat bakat pada anak
Memberikan anak kebebasan untuk memilih jalannya sendiri dapat memperkuat rasa percaya diri mereka karena anak juga mampu untuk mengetahui apa yang mereka minati dan mereka inginkan. Orang tua hanya perlu fokus untuk mendukung minat dan bakat anak tanpa menuntut hasil tertentu supaya anak lebih berusaha untuk bisa menunjukkan hasil yang dicapai dengan baik tanpa dihakimi oleh orang tuanya.
3.Komunikasi terbuka dengan  jujur
Membangun komunikasi yang sehat dengan anak itu memungkinkan sosok orang tua untuk berbagi pandangan dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi. Hal ini bisa menjadi jalan keluar untuk setiap permasalahan yang anak hadapi, jujur menjadikan anak bisa memahami orang tua begitupun orang tua juga bisa memahami apa yang diinginkan seorang anak.
4.Mengutamakan kesehatan mental anak
Orang tua perlu menyadari bahwa kesehatan mental dan emosional anak jauh lebih penting daripada pencapaian akademik maupun sosial manapun, jadi lebih baik orang tua tidak mengedepankan egonya untuk anaknya, banyak orang tua yang harus kehilangan anaknya karena keegoisan pikiran mereka sendiri.
Kesimpulan
Memaksa anak untuk memenuhi ego orang tua bukan hanya merugikan anak secara psikologis dan emosional, tetapi juga merugikan potensi seorang anak,merusak hubungan jangka panjang antara orang tua dan anak, merusak kehidupan anak. Pendidikan dan pengasuhan yang tepat seharusnya berorientasi pada kebutuhan dan potensi yang dimiliki seorang anak, bukan pada pemenuhan ambisi pribadi oleh orang tua. Dengan memberikan ruang kehidupan bagi anak untuk berkembang secara alami, kita tidak hanya membantu mereka menjadi individu yang mandiri saja, tetapi juga menciptakan hubungan keluarga yang lebih harmonis dan bermakna untuk kehidupan berkelanjutan, pengasuhan yang baik juga akan menjadi patokan untuk anak pada kehidupan mereka bila sudah mempunyai sebuah keluarga sendiri. Jadi sebaiknya orang tua janganlah kalian semua mengedepankan ego kalian semua demi keinginan kalian, lihatlah anak kalian yang senantiasa ingin menunjukkan sisi terbaik mereka, semua anak juga pasti punya keinginan untuk membahagiakan orang tua mereka dengan cara mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H