Mohon tunggu...
Michael Ugrasena
Michael Ugrasena Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Tulis-menulis serpihan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cerita Rasa Dalam Botol Kaca

23 November 2024   10:44 Diperbarui: 23 November 2024   10:54 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sofrdrink cocacola dalam botol kaca/dokpri

Bulan lalu saya nongkrong bersama teman disuatu rumah makan. Saya merasa haus ingin membeli es teh dan berjalan menuju kasir, ketika berjalan saya menemukan dalam kulkas terdapat soft drink coca-cola berkemasan botol kaca. Sontak saya langsung mengalihkan perhatian dan membeli soft drink itu seharga 7 ribu. Lain cerita Kemarin disekolah saya mengadakan suatu acara kebudayaan yang menampikan berbagai budaya dari ujung Sabang sampai Merauke dan ketika saya berjalan dibooth/tennat nampak suatu minuman yang tak asing bagi saya yaitu "badak" Badak adalah soft drink lokal mirip seperti sarsaparilla khas Amerika, namun ini buatan Pematang Siantar Sumatera Utara. Dibanderol dengan harga 18 ribu saya rasa cukup mahal, namun masuk akal karena acara sekolah dan menemukannya sangat sulit. Ketika menemukan dan membeli kedua minuman kemasan botol kaca ini saya berfikir "mengapa minuman botol kaca diera sekarang sudah hampir punah dan digantikan oleh botol plastik? Apa penyebabnya?"

Banyak faktor pastinya, tetapi ada tiga faktor utama mengapa botol kaca digantikan yakni keamanan, biaya dan efiensiensi produk dan pencemaran lingkungan. Dimulai dari keamanan kaca itu rentan pecah botol kaca cenderung mudah pecah yang dapat mengakibatkan resiko bagi konsumen dan pekerja dalam pendistribusian, dibandingkan botol plastik terutama yang terbuat dari PET (Polyethylene Terephthalate) jauh lebih tahan terhadap benturan sehingga lebih aman selama transportasi dan penyimpanan. Dari segi biaya botol kaca jauh lebih mahal karena produsen sebut saja the coca-cola company harus melibatkan orang lain dalam pembuatan botol kaca, sementara bila menggunakan botol plastik coca-cola dapat membuatnya sendiri tanpa membeli dari luar dan menekan pengeluaran perusahaan pula. 

Badak minuman langka khas Pematang Siantar/dokpri
Badak minuman langka khas Pematang Siantar/dokpri

Segi efisiensi pun botol plastik menang karena botol plastik dapat dibuang setelah minuman habis, sementara botol kaca dapat digunakan terus menerus hingga berkarat dan ini sering disalahgunakan oleh konsumen (tidak dikembalikan ke produsen dan diperjualbelikan secara ilegal.) Terakhir ada Pencemaran lingkungan meskipun kaca lebih ramah lingkungan karena dapat di daur ulang tanpa kehilangan kualitas, botol plastik masih menjadi pilihan dominan karena efisiensi ekonomi. Faktor tadi juga ditekankan oleh penelitian dari Universitas Southampton yang mengatakan "Ini mungkin mengejutkan, akan tetapi botol kaca menempati peringkat terendah wadah yang paling aman berdasarkan analisa kami dan anda mungkin secara naluriah akan lebih memilih botol kaca dan menghindari membeli plastic. Tapi botol kaca membutuhkan lebih banyak sumber daya dan energi untuk memproduksinya." demikian ungkap Alice Brock dan Ian Williams dikutip dari The Conversation

Terlepas dari pro dan kontra mengenai botol kaca vs plastik ini tetap saja botol kaca mendapat tempat dihati para konsumen terlebih kolektor yang hobi mengumpulkan barang antik seperti saya. Selain itu kenangan akan botol kaca tak ada habisnya, walau rasa minumannya sama seperti di botol plastik kenangannya tentu berbeda. Ketika menyeruput setetes saja langsung teringat kembali masa-masa SD tatkala sehabis bermain bola penuh keringat dan dekil lumpur membeli sebotol cocacola dingin seharaga 3 ribu dan meminumnya cerita rasa yang tak lekang oleh waktu dan selalu tersimpan dalam benak. Akhir kata saya berharap kedepan penjualan soft drink berbotol kaca ini diperbanyak, setidaknya untuk mencarinya tidaklah sulit seperti sekarang ini hitung-hitung sebagai bahan nostalgia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun