Sekolah adalah tempat untuk membangun dan mengembangkan diri, tidak hanya secara akademis tetapi juga secara sosial. Orang-orang zaman sekarang berpikir bahwa sebagian besar hal yang diajarkan di sekolah akan menjadi usang di masa depan. Namun, menurut saya itu tidak benar. Meskipun tidak semua hal akademis akan berguna dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan Anda pasti akan terbukti berguna. Hal yang saya maksud adalah keterampilan sosial. Keterampilan sosial membutuhkan waktu untuk dibangun dan ditingkatkan. Keterampilan ini tidak dapat Anda pelajari sendiri. Seseorang tidak dapat mempelajarinya hanya melalui teori, mereka harus mempraktikkannya, dan praktik semacam itu membutuhkan orang lain.Â
Namun, untuk apa keterampilan sosial itu? Seperti namanya, keterampilan sosial adalah kompetensi apa pun yang memfasilitasi interaksi dan komunikasi dengan orang lain, di mana aturan dan hubungan sosial dibuat, dikomunikasikan, dan diubah secara verbal dan nonverbal. Keterampilan ini penting agar kita dapat terhubung dengan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial. Kita membutuhkan keterampilan sosial untuk bertahan hidup. Mengetahui hal itu, mengapa kita tidak dilahirkan dengan keterampilan sosial? Dan mengapa sebagian orang tidak memiliki keterampilan tersebut? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah kita dilahirkan dengan keterampilan sosial. Beberapa orang hanya kurang pengalaman.
Salah satu cara untuk membangun keterampilan penting ini adalah sekolah. Sekolah membangun fondasi dalam diri seseorang dan mengajarkan keterampilan penting sekaligus memungkinkan mereka untuk tumbuh secara akademis. Meski begitu, setiap sekolah memiliki kelompok orang yang berbeda yang akan mempengaruhi pertumbuhan individu. Selain itu, nilai-nilai yang diajarkan sekolah kepada siswanya bervariasi di antara sekolah-sekolah.Â
Dalam kata lain, masuk ke sekolah tidak hanya sebagai formalitas dan ada sebuah alasan untuk membayar biaya mahal itu. Dalam sebuah sekolah, lingkungan pertemanan dan orang akan berbeda. Walaupun sekolah terbuka untuk masyarakat dan orang-orang yang masuk akan selalu acak, sekolah dapat membuat lingkungan sosial yang hanya memiliki orang-orang layak. Hal ini dicerminkan lewat seleksi dan tingkat penerimaan yang sulit. Lewat ini, orang-orang yang kedepannya akan mempengaruhi pertumbuhan dapat terjamin baik.
Di Kolese Kanisius, kita belajar tentang 5 nilai inti: Competence, Conscience, Commitment, Compassion, dan Leadership. Nilai-nilai ini membentuk siswa menjadi orang-orang yang cakap dan luar biasa. Namun, tidak semua orang dapat memiliki kesempatan untuk mewujudkan nilai-nilai ini.Â
Seperti setiap sekolah, penerimaan di Kolese Kanisius melalui proses seleksi. Dalam proses ini, para siswa disaring untuk menemukan siapa yang layak diterima. Dengan demikian, kelompok orang yang memengaruhi pertumbuhan individu dipilih secara khusus untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Setelah dipilih, siswa diajarkan tidak hanya secara akademis tetapi juga pembentukan karakter. Semua siswa akan tumbuh bersama sambil membawa nilai-nilai penting dan saling memengaruhi dengan pengaruh yang baik. Dengan memilih sekolah yang anggotanya merupakan orang-orang baik, pertumbuhan individu akan terpacu menjadi sesuatu yang hebat.
Melalui kelompok siswa lain inilah seseorang akan belajar mewarisi keterampilan sosial yang penting. Dari pengalaman saya, orang-orang di sini tidak memiliki keterampilan sosial atau tidak, dan semua itu tergantung pada apakah mereka bersedia mempelajarinya atau tidak. Siswa yang tidak memiliki keterampilan sosial akibatnya akan diganggu. Siswa-siswa ini biasanya tidak memiliki kesadaran sosial dan tidak mampu mengendalikan emosi mereka dengan baik.Â
Jenis perlakuan ini memaksa siswa untuk belajar 'dengan cara yang sulit' dan membuat mereka mengembangkan keterampilan sosial. Lewat ini, siswa-siswa tidak lagi dapat tertinggal akan sebuah keterampilan yang begitu penting di dunia kerja atau dewasa. Namun, hal ini kembali ke orang itu sendiri. Bila mereka tidak mengusahakan untuk berkembang, mereka masih tidak akan bisa berkembang. Akan tetapi, Kolese Kanisius memberikan wadah untuk memicu perkembangan ini.
Salah satu cara Kolese Kanisius melakukannya adalah dengan program yang disebut ILT (Ignatian Leadership Training). Kegiatan tersebut mirip dengan OSPEK, yang memperlakukan siswa-siswa dengan cara yang keras. Namun, program tersebut tidak ditujukan sebagai cara pembulian, melainkan cara untuk membangun kebersamaan dan kekompakan pada suatu angkatan. Tidak hanya lewat ILT, Kolese Kanisius sekaligus memiliki banyak program dan acara lain yang terus meningkatkan kebersamaan dan kekompakan. Dari pengalaman saya, saya dapat mempelajari dan menghidupi nilai-nilai yang akan membantu saya pada masa depan. Tidak hanya lewat sekolah, tetapi lewat orang-orang di sekitar saya yang dibawa oleh lingkungan Kolese Kanisius. Lewat sekolah ini, saya dapat menjadi orang yang tidak hanya mampu secara akademis, tetapi sekaligus memiliki karakter baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI