Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teori Singkat Tentang Ketertarikan

9 Oktober 2016   17:50 Diperbarui: 10 Oktober 2016   10:15 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ikuti Cahaya"][/caption]Kata ketertarikan tentu bukan suatu kata yang asing terdengar di telinga atau terbaca dalam tulisan. Arti kata ketertarikan pun tentu bukan hal yang sulit untuk dipahami. Semua orang pasti pernah mengalami apa yang dinamakan ketertarikan. Pembahasan ini tidak terutama menekankan etimologi dan penjelasan linguistic kata ketertarikan, tetapi lebih terfokus pada bagaimana manusia mengalami ketertarikan dan tanggapannya terhadap ketertarikan itu. 

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika seseorang menimbang ketertarikannya kepada suatu obyek baik itu manusia, benda mati, keindahan alam, tumbuhan, dan hewan tertentu, orang meletakkan suatu kesadaran bahwa obyek tersebut yang menarik dirinya. Obyek yang dilihat atau diinginkan yang membuat ia tertarik. Di sini, seakan-akan obyek tersebut mempunyai daya atau kekuatan tertentu yang membuat orang datang kepadanya. Ketika seorang pria tertarik kepada seorang gadis, ia lantas berpikir bahwa gadis tersebut mempunyai daya tarik atau kekuatan tertentu yang menarik dirinya kepada gadis itu.

 Daya tarik atau kekuatan yang menarik pria tadi kepada gadis tersebut seringkali menjelma dalam apa yang disebut sebagai cantik, manis, seksi, baik hati, penyayang dan lain sebagainya. Demikian juga ketika seorang perempuan tertarik kepada sebuah perhiasan. Perempuan tadi akan berpikir bahwa perhiasan tadi mempunyai sebuah daya atau kekuatan yang dapat menarik dirinya kepada perhiasan tersebut. Daya atau kekuatan yang menarik perempuan tadi menjelma dalam apa yang sering disebut berharga, mahal, indah, berkilau dan lain sebagainya. 

Begitu pula ketika orang tertarik kepada olah raga bola kaki, atau meminum minuman keras, atau menghisap rokok, mereka berpikir bahwa obyek tersebut mempunyai suatu daya atau kekuatan yang menarik mereka kepada hal-hal tadi. Tentu saja daya atau kekuatan penarik pada obyek tadi ada pada apa yang mereka sebut sebagai menyenangkan, melatih otot, memabukkan, menghilangkan stress dan lain sebagainya. Apakah benar demikian? Apakah betul bahwa  obyek-obyek tadi yang menciptakan suatu ketertarikan pada seseorang atau sekelompok orang? Mari kita telaah secara kritis.

Rene Descartes, seorang yang sering disebut bapak filsafat modern, menyatakan bahwa selama saya berpikir (atau sadar mengenai pikiran saya), maka saya ada (cogito, ergo sum). Eksistensi saya dibangun atas dasar kenyataan bahwa saya dapat berpikir dan bahwa saya bahkan sadar mengenai diri saya yang dapat dan sedang berpikir (self-consciousness). Dalam kaitannya dengan ketertarikan, ketika seorang berbicara tentang ketertarikannya kepada suatu obyek, itu berarti bukan obyek tersebut yang membuat dirinya tertarik, tetapi orang itu sendiri yang membuat dirinya tertarik kepada obyek tersebut. 

Ketertarikan pada suatu obyek bukan datang dari obyek itu, tetapi manusia yang memberi diri kepada obyek sehingga obyek seolah-olah mempunyai daya tarik. Manusia meletakkan suatu ide, konsep, imaji, standard dan kriteria tertentu kepada obyek dan membuat dirinya tertarik kepada obyek tersebut. Ketika seorang pria menyatakan tertarik kepada seorang gadis, di sana bukan gadis itu yang membuatnya tertarik, tetapi konsep, ide, imaji, standard dan criteria yang dilekatkan pada gadis tersebut yang membuat dirinya tertarik kepada gadis itu. Cantik, manis, seksi, baik hati, penyayang, dan lain sebagainya adalah konsep yang diciptakan seorang pria dan dilekatkan kepada seorang gadis. Jadi, yang dikejar pria tadi bukanlah gadis tersebut, tetapi konsep yang ia ciptakan lalu meletakkannya kepada seorang perempuan.

 Demikian juga ketika seorang perempuan tertarik kepada sebuah perhiasan. Hal itu bukan karena perhiasan tadi mempunyai sebuah daya atau kekuatan yang dapat menarik perempuan tadi kepada perhiasan tersebut. Tetapi, idea atau konsep atau label berharga, mahal, indah, berkilau dan lain sebagainya yang diciptakan oleh perempuan tadi, lalu dilekatkan pada perhiasan itu yang membuatnya tertarik. Begitu pula ketika orang tertarik kepada olah raga bola kaki atau meminum minuman keras, atau menghisap rokok. Itu bukanlah karena obyek tersebut mempunyai suatu daya atau kekuatan yang menarik mereka kepada hal-hal tadi. Tetapi, idea atau konsep tentang yang menyenangkan, melatih otot, memabukkan, menghilangkan stress dan lain sebagainya, yang diletakkan pada obyek tadi yang membuat mereka tertarik.

Hal tersebut juga yang menjelaskan mengapa ketertarikan setiap orang pada suatu obyek itu berbeda-beda. Bisa jadi bagi seorang pria bahwa wanita yang menjadi kekasihnya adalah wanita yang manis dan baik hati, yang membuat dirinya tertarik kepada wanita tersebut, tetapi belum tentu demikian halnya dengan pria lain. Perbedaan ini ada tentu saja karena terdapat perbedaan penciptaan idea atau konsep yang dilekatkan pada gadis tersebut. 

Ketika seseorang meletakkan ketertarikan kepada suatu obyek dan setelah mendapatkan obyek tersebut, kadang kala konsep yang ada dalam ketertarikan bisa diterima oleh obyek yang diinginkan, tetapi bisa juga obyek tersebut menolak criteria atau konsep yang dilekatkan padanya. Alhasil, orang melepaskan atau membiarkan obyek yang sudah didapatkan dan mencari obyek lain, atau sebaliknya menyederhanakan atau menyesuaikan konsep ketertarikan itu dan menerima obyek apa adanya.

Pada obyek tertentu hampir semua orang memiliki ketertarikan yang sama. Criteria, konsep dan ide yang ada pada obyek tertentu adalah sama. Lantas, apakah hal ini menjelaskan bahwa obyek juga sebenarnya memiliki daya untuk menarik orang kepadanya. Dengan kata lain, obyek tertentu memilik daya atau kekuatan yang membuat seseorang tertarik kepada obyek tersebut? Jawabannya tetaplah sama yaitu obyek tidak menarik orang kepadanya, tetapi criteria atau konsep yang diletakkan orang kepada obyek tersebut yang membuatnya tertarik kepada obyek itu. 

Lalu, bagaimana bisa semua orang memiliki konsep atau criteria yang sama kepada sebuah obyek yang membuat mereka semua tertarik kepada obyek tersebut? Injeksi konsep dari manusia yang satu kepada manusia yang lain yang menyebabkan hal ini. Injeksi ini mempunyai pengaruh yang besar dan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk bisa lewat media komunikasi, interaksi dalam hidup harian, dan dalam kurun waktu bukan hanya berabad, tetapi berabad-abad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun