Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Pencari Kerja

19 Oktober 2019   16:53 Diperbarui: 19 Oktober 2019   17:01 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Adobe stock

Siang itu memang langit agak mendung. Mirip suasana hati seorang pemuda yang sedang berjalan di atas trotoar pinggiran pertokoan di sebuah kota.

Kendaraan angkutan umum hilir mudik di dekatnya. Ada yang sesekali melaju agak pelan di dekatnya, lalu kondektur berbaju lusuh dari dalam angkutan tersebut mulai menawarkan tumpangan satu dua kali kepadanya. Kadang ada juga tukang ojek yang langsung berhenti di dekatnya lalu menawarkan tumpangan sembari menanyakan tujuannya.

Sama seperti beberapa kondektur yang berpakaian lusuh tanpa peduli apa penilaian orang lain tentang penampilan mereka. Demikian pula pikirannya yang sedang lusuh, tidak peduli terhadap jasa tumpangan yang sudah ditawarkan berkali-kali. Ia berlalu begitu saja dengan tanpa mengurangi kecepatan gerak kakinya seolah sedang tidak terjadi apa-apa.

Iwan Falls yang menyanyikan lagu berjudul "Sarjana Muda" yang sempat didengarnya beberapa hari lalu sambil menyeduh secangkir teh di beranda rumah seperti terngiang di telinganya. Seolah lagu tersebut sedang menggambarkan situasi yang sedang terjadi pada dirinya. Semakin lama ia berjalan lagu tersebut seperti begitu kuat berdengung di pikirannya.

Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh di pundaknya
Di sela bibir tampak mengering
Terselip sebatang rumput liar

Ia lalu bergumam dalam hatinya "Ah, untunglah aku tidak sedang menyelipkan batang rumput liar di bibirku. Jika tidak, tentu aku lah pria galau yang digambarkan mas Iwan dalam lagunya".

Biasanya dia suka menyelipkan memang bukan batang rumput tapi batangan korek api di sela bibirnya, untuk menggantikan selipan rokok yang sudah diusahakannya berhenti dilakukan sejak tiga bulan yang lalu. Entah mengapa hari ini ia enggan untuk menyelipkan batangan korek api dibibirnya.

Selesai dengan gumamannya, lirik lagu Iwan Fals kembali memenuhi kepalanya.
Jelas menatap awan berarak

Wajah murung semakin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan

Ia menengadah ke langit. Dilihatnya langit memang sedang mendung. Sambil terus berjalan ia lalu melamun. 

"Bisa-bisanya, ya, Iwan mengarang lagu yang mirip dengan situasiku saat ini. Apakah Iwan sudah memprediksi bahwa situasi seperti ini akan terjadi pada anak muda yang sedang mencari kerja seperti diriku? Atau mungkinkah Iwan mempunyai indra ke enam yang bisa membaca situasi yang terjadi di sekitarnya?."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun