Kebiasaan itu sudah ia terapkan sejak masih duduk di bangku kuliah. Apalagi di saat mendekati ujian akhir semester. Sudah menjadi kebiasaannya untuk bergadang.
SKS atau Sistem Kebut Semalam dalam belajar mesti diterapkan jika ia ingin mendapatkan nilai tinggi dalam ujian. Belajar jauh-jauh hari baginya kurang berfaedah. Untuknya, belajar jauh-jauh hari itu sama saja dengan belajar banyak, tahu sedikit, lalu lupa semua.
Kebiasaan ini terbawa hingga selepas kuliah. Khususnya dalam mengerjakan sesuatu, bergadang adalah momen terbaik, yang akhirnya membuatnya telat bangun dan diteriaki ibunya seperti saat itu.
Ibunya tidak peduli apa yang ia lakukan semalam. Intinya ia jangan bangun kesiangan. Ia hanya yakin dalam hati bahwa itu adalah salah satu cara ibunya untuk mendorong dirinya agar menjadi orang yang lebih baik.
Memang, sesekali, uang hasil keringatnya memperbaiki barang-barang elektronik sengaja ia gunakan untuk membeli kebutuhan dapur seperti membeli beras 50 kilogram, sayuran, lauk pauk, kopi, gula dan berbagai buah-buahan.
Bahkan pernah pada suatu kesempatan, walau uang hasil keringatnya tidak seberapa, namun tetap dipaksakan untuk membeli rice cooker bermerek dengan harga mahal untuk menggantikan yang lama yang dibeli ibu yang sudah mulai rusak. Hal ini sengaja ia lakukan untuk mendapatkan pengakuan dari ayah dan ibunya bahwa ia mampu menghasilkan uang tanpa harus menjadi pekerja kantoran. Ia ingin meyakinkan keluarganya bahwa ia tetap bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarga dari usaha kecil-kecilannya sebagai tenaga servis barang elektronik.
Namun, bagi ayah dan ibunya, bahkan bagi beberapa anggota keluarganya, ia tetap dipandang sebagai pengangguran. Bagi keluarganya, jika sudah selesai mengenyam pendidikan sarjana, maka kerja yang mesti dilakoni adalah kerja kantoran. Selain kerja kantoran, bagi keluarganya, kerja apa saja akan tetap dianggap sebagai pengangguran.
Dua hari lalu, seorang temannya mengirimkan pesan via Whatsapp bahwa di kantornya sedang dibuka lowongan kerja.
Sebenarnya, sudah banyak temannya yang memberikan informasi lowongan kerja sembari dia sendiri berusaha untuk mencari tahu tempat lain yang sedang membutuhkan tenaga kerja baru. Namun, dari sekian banyak lowongan kerja tersebut, belum ada satu pun yang menerimanya.
Ada juga tempat lowongan kerja yang sengaja tidak didatanginya karena ia rasa tidak sesuai dengan jurusan kuliah dan minat kerjanya. Pernah ada temannya yang mengusulkan kepadanya untuk melamar kerja sebagai kuli semen pada sebuah toko. Ia berpikir keras, apakah temannya memang berniat ingin membantunya mencari pekerjaan atau sekadar membuat lelucon atas status penganggurannya?.
Setelah dua hari informasi soal lowongan kerja diberitahu, ia sengaja bangun pagi-pagi sekali agar bisa berangkat lebih awal karena kebetulan ada dua tempat lowongan kerja yang harus ia tuju. Ibunya dengan cepat-cepat menyiapkan sarapan pagi sebagai bentuk dukungan kepada dirinya dengan dihiasi senyum bahagia bercampur bangga pada wajah paruh baya tersebut.
Tempat pertama yang ia datangi hari itu dengan mentah-mentah menolak dirinya. Kata direktur perusahan yang ia temui bahwa mereka mencari orang yang sudah mempunyai pengalaman bekerja minimal lima tahun. Namun, jangan lima tahun, pengalaman satu tahun saja bekerja sebagai pegawai kantoran ia tak punya.