"Mungkin hanya dengan menulis aku bisa sedikit meringankan beban yang ada di kepala," seperti katanya malam itu dengan sedikit bergurau.
"Rasa kecewa pasti akan selalu merundung setiap manusia selagi ia bernafas, suatu rasa yang terjadi karena adanya pertentangan antara yang dibayangkan dengan kenyataan yang terjadi. Tidak peduli apakah kamu raja, rakyat jelata, atau lainnya. Rasa itu akan datang tanpa diundang," ia berbisik tepat di telinga kananku.
Belum usai ia ceritakan "Lihat saja kecewanya raja pada rakyat, bawahan kepada atasan, suami kepada istri, orang tua kepada anak, begitu pun segala sebaliknya. Itu hanya sekelumit contoh kecil."
Ia berhenti dan menjauhi bibirnya dari telingaku. Kemudian berbicara normal "macam-macam penyebab; namun yang paling lumrah dan paling umum terjadi perasaan kecewa dikarenakan perasaan cinta." dia terkekeh.
Aku bingung, belum habis air yang kutenggak, tiba-tiba ia menuturkan kalimat yang membuatku makin bingung,Â
"pertemuan suatu hal yang paling aku takutkan, jiwa yang begitu merdeka saat bercakap di dunia maya tiba-tiba akan langsung ciut menjadi jiwa yang pemurung di dunia nyata, itulah aku. Seharusnya aku mengatakan secara jujur sedari awal jika interpretasi 'aku' di dunia maya bukan aku yang sebenarnya di dunia nyata, kontras sekali perbedaannya. Apabila aku bisa mengetikkan kata-kata penuh humor, lucu, serius, berbobot, paling sok tahu di alam maya bukan berarti aku yang begitu di dunia nyata, kamu pasti merasakannya sekarang." Tertawa ia.
Kembali ia teguk gelas terakhir.
"Aku tidak ingin menghendaki sebuah pertemuan, engkau terlalu memaksakan, karena aku sudah mengetahui bobotku ada di dunia maya, dan sekarang aku membuatmu bosan, ilfiil, bertanya-tanya, bahkan akan mengejekku di kala hari pertemuan yang engkau paksakan itu datang."
Aku tertawa saja, tak membantah kata-kata dari penulis berwajah ayu yang sedang mabuk di depanku itu.Â
Suara makin bising, seorang pengunjung mengenalinya sebagai "Z" penulis fiksi terkenal yang pulang kampung minggu lalu.
Ia tak menghiraukan kedatangan fansnya, ia memegang pundakku,