Mohon tunggu...
Cerpen

Adinda dan Ayunda Belajar Membatik

4 November 2018   19:46 Diperbarui: 4 November 2018   19:45 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kring..kringgg,alarmku berbunyi itu artinya sudah pukul 5 pagi,segera kumatikan alarm ku dan kuterus mandi,tidak lupa untuk  menggosok gigi,setelah itu kurapikan tempat tidurku."Ayo Adinda,nanti kamu telat loh,"seru ibuku.

Segera ku mengenakan seragam putih biruku dimana ini adalah tahun kedua aku mengenakan seragam putih biru,setelah itu aku turun kebawah untuk sarapan segelas susu dan siap-siap untuk berangkat ke sekolah.Hari ini adalah hari terakhir sekolah di pekan ini,itu artinya sepulang sekolah aku akan pergi ke rumah nenek untuk belajar membatik,tak sabar rasanya,belum lagi nenek selalu menyiapkan kue bolu tape kesukaan ku seusai membatik.

Sepulang sekolah seperti biasanya ayah menjemputku dengan motor vespa antiknya untuk mengantarku ke rumah nenek.Sesampainya disana segera ku lepaskan alas kakiku dan ku bersalaman dengan nenek dan kakek.

setelah itu aku keluarkan alat-alat membatikku yang diberikan nenek kepadaku dari tas yang dibawakan ayahku sepulang sekolah,tak lama setelah itu "selamat sore Kakek,Nenek,Paman,Kak Adinda,"namanya ayunda anak dari adik ayahku yang usianya setahun lebih mudah dariku yang diantar oleh ayahnya,"Hai Ayu,"sapaku balik.Sebelum mulai membatik,aku dan Ayunda menceritakan berbagai pengalaman kita disekolah minggu ini,Ayunda bercerita bahwa salah satu temannya di sekolah memiliki tas yang sudah koyak,teman-temannya menertawai dia,kemudian nenek menyaut,"Apakah kamu juga ikut mentertawakannya?","Tidak,jawab Ayunda sambil menggeleng-geleng,","Baguslah,karena tidak baik menertawakan orang karena kemalangannya,"oleh karena itu,

Ayunda bertekad untuk membuatkan tas baru untuk kawannya itu.Kemudiaan nenek pun menggambil sebuah tas bermotif batik burung cendrawasih.Ternyata tas itu indah sekali,akupun juga ingin memiliki tas seperti itu,aku mulai mengeluarkan alat-alat membatikku dari tas berupa canting dan kebetulan nenek masih memiliki sisa 2 tas kain polos yang belum digunakan,

aku pun akan mengambar motif dengan tema keindahan indonesia,tapi bukan flora maupun faunanya melainkan tema bawah laut indonesia,lalu nenek mengambil lilin yang sudah dicairkan diatas wajan dengan canting yang merupakan alat untuk membatik,sebelumnya tas diletakan diatas gawangan,gawangan adalah sebuah alat yang diapakai agar tas tidak mudah bergerak dan gampang untuk dibatik,sambil dibantu nenek agar menemukan pola yang kuinginkan,dengan professional garis lengkung dan cekung begitu memukau dari atas ke bawah sambil sesekali cantingnya kutiup agar lilin tadi tidak menutupi lubang dari cantingnya,bentuk-bentuk motif yang kuinginkan mulai terbentuk,ikan yang berkeliaran diatas kain batik,

terumbu karang,pasir,dan rumput laut terlihat begitu serasi.Setelah kurang lebih membatik selama 2 jam kulirik hasil karya dari Ayunda dimana di atas tasnya terdapat berbagai motif bunga seperti bunga melati,bunga bangkai(rafflesia arnoldi),dan bunga anggrek yang menggambarkan keindahan flora indonesia,setelah itu aku pun dan Ayunda mulai mewarnai, batik memang indah apalagi setelah diberi warna,keindahan tersebut akan menjadi dua kali lipat.Tak lama aku dan Ayunda  meletakkan Canting ke dalam Wajan yang ada diatas Kompor. Api Kompor pun dipadamkan. aku menatap takjub pola batikannya. Keindahan memang tertera di tas itu.Dari kejauhan nenek memandang, melihat cucunya tersenyum ia pun ikut tersenyum."Nah,ini nenek sudah siapkan bolu tape kesukaan Adinda dan Ayunda,ayo kita makan dulu,"kemudian kita semua duduk di teras rumah sambil menikmati bolu tape hangat dan secangkir teh seraya menikmati matahari terbenam.

Pesan moral dari cerita ini adalah bangga menjadi anak indonesia sekaligus melestarikan budaya indonesia yaitu batik selain itu kita juga diajarkan membantu teman atau orang lain dikala kesusahannya bukan mentertawakannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun