Pemuda Menggunakan Media Sosial
Â
Sebagaimana yang kita ketahui, media sosial adalah suatu sarana yang dapat menunjang berbagai hal dalam hidup kita. Bahkan dalam hal pendidikan, media sosial telah dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk mengajar. Banyak pemuda-pemudi yang mengaku kalau media sosial membantu mereka untuk mencari materi yang tidak mereka dapatkan dari buku, guru, ataupun sekolah. Contohnya adalah soal pengetahuan umum tentang etika, cara berbicara di depan umum, dan cara melafalkan sebuahkata dalam bahasa Inggris.
Namun tidak selamanya media sosial memberikan dampak positif kepada para pemuda-pemudi. Biasanya jika ada dampak positif maka juga ada dampak negatifnya. Dari kalangan orang tua sendiri banyak yang berpendapat kalau media sosial adalah perusak generasi. Menurut mereka, kehadiran media sosial membuat para pemuda-pemudi menjadi lupa akan waktu, tempat, dan kewajiban, serta tanggung jawab. Banyak orang tua yang mengeluh kalau anak-anak mereka menjadi tidak tahu tata krama dan tidak taat pada aturan yang sedari kecil sudah mereka tanamkan kepada anak-anak mereka.
Tidak hanya itu, media sosial sendiri juga membawa dampak negatif yang lebih bahaya. Katakan saja seperti human trafficking, hacking, pornografi, kecanduan, dan masih banyak lagi. Hal-hal semacam itu membuat beberapa pihak menjadi kontra terhadap media sosial, namun bukan berarti mereka mengasingkan diri dari media sosial. Mereka hanya memilih untuk tidak menggantungkan diri mereka kepada media sosial.
Terkait dengan kontra, pasti selalu ada lawan dari kontra, yaitu pro. Jika kita mengingat soal peran media sosial bagi dunia pendidikan, maka media sosial juga mempunyai dampak positif yang bisa sangat menguntungkan jika kita memanfaatkannya dengan bijak. Zaman sekarang banyak pemuda-pemudi yang mendapatkan uang dari media sosial, seperti menjadi seorang konten kreator, endorsement, trading. Tidak hanya itu, mereka juga bisa menyalurkan pendapat, ide-ide kreatif, dan mereka juga bisa berteman dengan orang-orang yang jauh dari mereka entah itu dalam negeri atau luar negeri.
Jika kita telusuri lebih dalam, zaman sekarang banyak pemuda-pemudi yang menggantungkan hidup mereka kepada media sosial. Menggantungkan hidup yang mereka maksudkan adalah menggantungkan dalam arti yang positif, contohnya seperti bisnis. Pemuda-pemudi zaman sekarang banyak yang menyalurkan ide-ide kreatif mereka seperti berjualan hasil kerajinan tangan melalui aplikasi-aplikasi jual beli. Tidak sedikit juga yang memamerkan perusahaan mereka sendiri melalui media sosial, dan akhirnya banyak client dari mancanegara yang tertarik untuk menjalin hubungan internasional.
Banyak juga pemuda-pemudi yang bermain saham atau yang biasa disebut trading lalu mendapatkan penghasilan yang luar biasa. Namun tidak semuanya mendapatkan keuntungan. Terkadang yang didapatkan adalah kerugian yang jumlahnya tidak sedikit. Namun banyak dari mereka yang memilih untuk tidak menyerah, tetapi terus berjuang dan menanti karena menurut mereka akan ada saat di mana saham tersebut akan naik lagi.
Tidak hanya soal bisnis, biasanya para pemuda-pemudi juga mencari informasi tentang apa yang mereka mau. Dikarenakan saat ini sedang marak-maraknya insecurity dan mental health issue, banyak pemuda-pemudi yang memanfaatkan media sosial untuk mencari dan menggali informasi tentang bagaimana cara mengatasi insecurity dan mental health issue, bagaimana cara merawat diri, dan masih banyak lagi.
Sebagai pemuda dan pemudi yang hidup di dalam zaman yang penuh akan teknologi 4.0, memang sulit bagi kita untuk menjauhkan diri dari yang namanya media sosial. Pemuda dan pemudi sendiri adalah penerus bangsa. Maka dari itu banyak orang-orang yang mempunyai ekspektasi kepada pemuda-pemudi untuk bisa memanfaatkan teknologi terkhususnya media sosial dengan baik supaya negara kita ini tidak jatuh dalam lubang kesesatan akan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H