Jakarta - Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda secara resmi disebut sebagai Keputusan Kongres Pemuda Indonesia adalah ikrar yang diucapkan oleh pemuda-pemudi Indonesia dengan pernyataan janji satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yang menetapkan jati diri Bangsa Indonesia pada 28 Oktober 1928 silam.
Dalam mengobarkan semangat Sumpah Pemuda, Persaudaraan Wanita Thionghoa Indonesia (Perwanti), Musik Jalanan Center (MJC), Taman Anak Pesisir (TAP), Sanggar Seni Trotoar, Pasantren Budaya Rorotan, Barisan Ansor Serbaguna (Banser), Gerakan Pemuda (GP) Ansor serta segenap masyarakat pesisir laut utara berkolaborasi bersama dalam menggaungkan Sumpah Pemuda dengan mengusung slogan, "Dari Pesisir Utara Jakarta untuk Indonesia" yang digelar di Sekolah Alam Taman Anak Pesisir, Kalibaru, Jakarta Utara, Selasa (29/10/224) siang.
Acara yang melibatkan lebih dari 200 anak pesisir tersebut dihadiri oleh KH. Ahmad Mukhlis Fadil (Pendiri Pasantren Budaya Rorotan), Asep Maulana atau yang akrab disapa Aceng Gimbal (Pendiri TAP dan Sanggar Seni Trotoar), Surijaty Aminan (Ketum Perwanti) beserta anggotanya, dan Iwenk MJC (Ketua MJC) dengan turut mengundang Dedi (Anggota Banser Provost DKJ), Yulyan Hadi (Kesatkor Banser Jakut), Ahmad Qomaruzzaman (Kasatkor Banser Cilincing), dan Sutrisno (Ketua Ansor Kalibaru) beserta jajaran anggota dari Banser maupun GP Ansor.
Aceng Gimbal mengucapkan selamat datang di Sekolah Taman Anak Pesisir untuk memperingati Sumpah Pemuda. Tak lupa dirinya juga ucapkan terima kasih kepada seluruh undangan yang sangat antusias mengikuti acara tersebut, khususnya pihak-pihak yang telah terlibat dalam perayaan itu.
Iwenk dalam sambutannya mengucapkan syukur karena di Hari Sumpah Pemuda tahun ini dapat berkarya bersama untuk menyampaikan cinta persatuan.
"Saya bersyukur hari ini bisa berkarya bersama. Kita bernyanyi bukan sekedar nyanyi tapi ada pesan cinta tanah air dan pesan moral untuk seluruh masyarakat Indonesia. Setuju kita sampaikan pesan kebhinekaan hari ini?," tanya Iwenk yang pernah disematkan sebagai ikon Pancasila.
Sementara itu, Surijaty Aminan yang mewakili wanita Thionghoa Indonesia terlihat sangat antusias memberikan motivasi dan semangat kepada anak-anak pesisir dalam belajar dan berkarya untuk menjadi generasi penerus bangsa. Tak lupa dirnya juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada orang-orang yang telah berkarya untuk negeri ini.
"Hari ini saya ingin menyapa semua orang, khususnya kyai, Mas Iwenk yang sudah membuat acara ini bersama, Pak Aceng juga yang sungguh luar biasa buat anak-anak kita di pesisir ini. Anak-anak ini butuh sekali bukan hanya pendidikan, tapi budi pekerti dan etika yang baik khususnya yang harus kita terapkan kepada meraka bahwa meskipun kita berbeda suku tapi kita satu. Kita semua bisa berubah menjadi orang hebat, semua harus dari diri kita sendiri, untuk kita. Kita harus bisa. Bisa karena biasa, bersama kita bersatu maka kita bisa jadi luar biasa. Kita satu yaitu Indonesia," ucapnya dengan penuh semangat.
Surijaty juga mengajak anak-anak untuk mencintai Indonesia. "Kita semua berjuang untuk diri kita dan negara kita Indonesia. Jangan takut kita lahir dimana, yang paling penting kita harus memiliki cita-cita untuk masa depan kita.
Seolah mendukung sambutan dari lainnya, seorang tokoh agama, KH.Ahmad Muklis menambahkan dengan terus menggaungkan semangat kebudayaan Indonesia. Sebagai pendiri dari Pasantren Budaya, dirinya juga menekankan arti dari kebhinekaan sebagai landasan dalam berbangsa Indonesia.