Mohon tunggu...
Michael Evan Bagas
Michael Evan Bagas Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - seminaris tingkat 1 seminari mertoyudan

topik konten favorit adalah ilmu pengetahuan alam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Hidup Seminari?

12 Oktober 2024   09:10 Diperbarui: 24 Oktober 2024   11:27 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 

Hai saudara-saudara terkasih. Selamat datang kembali di artikel saya! Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengenalkan lebih dalam mengenai Seminari Mertoyudan. Fokus pembahasan kita kali ini adalah kehidupan di seminari, khususnya bagaimana nilai-nilai dan moto yang dipegang menjadi fondasi bagi setiap seminaris dalam menjalani hari-hari mereka. Dalam konteks ini, Seminari Mertoyudan memiliki kekhasan yang erat kaitannya dengan kehidupan berkomunitas, yang terlihat jelas melalui program yang disebut 3S: Scientia, Sanctitas, dan Sanitas.

Program 3S ini bukan hanya sekadar kerangka kerja, tetapi merupakan jiwa yang menggerakkan setiap aktivitas di lingkungan seminari. Ketiga dimensi ini saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan, namun setiap tahun, fokus kehidupan seminaris ditujukan pada satu dimensi tertentu yang dijalankan secara bergiliran. Dengan cara ini, program ini dapat diimplementasikan secara konkret melalui tugas kebidelan dan koordinasi yang baik, sehingga juga menjadi salah satu aspek penilaian utama bagi setiap seminaris.

Pertama, mari kita bahas dimensi Scientia. Ini adalah aspek pendidikan yang memiliki peran penting dalam proses formasi seminaris. Di sini, seminaris tidak hanya diajarkan untuk menghafal, tetapi juga untuk memahami, menganalisis, dan mengkritisi berbagai karya tulis, termasuk tulisan tangan mereka sendiri. Literasi menjadi fokus utama dalam kehidupan di Seminari Mertoyudan, di mana buku-buku dianggap sebagai sumber informasi utama yang mendukung pengembangan intelektual.

Kehidupan Scientia di seminari diwujudkan melalui berbagai program spesial, seperti Sidang Akademi, tutor sebaya, penelitian, dan kegiatan terintegrasi lainnya. Semua ini memberikan keunikan tersendiri bagi Seminari Mertoyudan, mendorong seminaris untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar dan berkembang. Dengan demikian, Scientia tidak hanya menjadi dimensi pendidikan, tetapi juga sebuah perjalanan bersama yang memperkaya wawasan dan keterampilan seminaris dalam menghadapi tantangan masa depan.

Tujuan utama dari Scientia ini adalah untuk membangun kedewasaan dan tanggung jawab pribadi, serta mengolah intelektualitas dan mengembangkan wawasan seminaris. Banyak dampak positif yang telah dirasakan, baik oleh seminaris maupun alumni, antara lain:


  1. Pengembangan Kepercayaan Diri;

  2. Keterampilan Berpikir Kritis;

  3. Kemampuan Bekerja Sama;

  4. Kesadaran Sosial dan Empati;

  5. Pengembangan Literasi;

  6. Persiapan untuk Masa Depan;

  7. Jaringan dan Koneksi.

Sanctitas adalah dimensi yang berfokus pada pengembangan kehidupan rohani seminaris, berdasarkan teladan Santo Petrus Canisius. Dimensi ini memiliki tujuan utama untuk membangun relasi intim dengan Allah. Dalam hal ini, seminari bertujuan mendidik calon gembala Gereja yang dengan gigih dan gembira mencintai Yesus Kristus, serta memiliki hasrat besar untuk melayani. Berdasarkan kutipan "Semakin Ilahi, semakin manusiawi," relasi yang intim dengan Allah juga akan membawa seminaris kepada kehidupan yang mendalam dengan sesama.

Seminari Mertoyudan memiliki empat kata kunci utama dalam kehidupan Sanctitas: tahu, mau, rindu, dan satu. Dimensi ini menjadi tema tahun ajaran ini dan merupakan dasar dalam kehidupan di seminari. Dimensi ini diwujudkan melalui program-program seperti puncta, bacaan rohani, refleksi, dan banyak lagi. Kekayaan ini tentu memberikan dampak yang besar dalam pengembangan kerohanian seminaris.

Sebagai komunitas, tentu seminaris tak dapat hidup sendiri, seminaris membutuhkan bantuan dari berbagai pihak yang bertugas menjadi guru dan teladan mereka, dan pada dimensi ini, seminaris umumnya akan mengusahakan adanya kerja sama dengan pihak kepamongan, staf, maupun guru, yang bertugas sebagai pendamping, pembimbing rohani, dan prefek spiritualitas. Hal ini ditujukan agar seminaris dapat semakin merasakan dan mendekatkan diri kepada Allah.

Tujuan utama dimensi ini adalah supaya seminaris menyadari kehadiran dan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menjadi hamba Allah dan gembala Gereja yang setia dalam pelayanan, beribadah, dan bekerja sama dengan segenap lapisan masyarakat. Dimensi ini menegaskan bahwa pelayanan kepada Allah dan manusia hendaknya seimbang. Oleh karena itu, pemahaman kami tentang kekudusan membawa kesadaran dalam membangun intimasi dengan Allah serta mengusahakan kemanusiaan.


Sanitas, berbeda dengan dua dimensi lainnya, merupakan dimensi kehidupan seminari yang mencakup aspek kesehatan, kerapihan, kebutuhan primer, dan kebersihan. Dimensi ini menjadi bagian krusial dalam kehidupan berasrama, terutama di seminari yang dinamis dan dipenuhi oleh interaksi komunitas. Sanitas secara konkret menyangkut unsur kenyamanan dan kesehatan bersama.

Program sanitas yang menjadi bagian dari keseharian seminaris meliputi opera dan ormed. Ini diharapkan dapat membangkitkan kepedulian, rasa memiliki, dan kesadaran akan peran seminaris dalam lingkungan hidup mereka. Kita semua mengetahui bahwa kebersihan adalah bagian dari iman, sehingga aspek ini sangat penting dan selalu diupayakan untuk dikembangkan di seminari.



Kehidupan di seminari memang terlihat kompleks, namun di balik itu, ketiga dimensi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari kita di tengah masyarakat. Selain itu, ketiga aspek ini memiliki relasi khusus yang mewujudkan semangat dalam pelayanan dan pengorbanan. Seluruh dimensi merupakan satu kesatuan yang menjadi dasar yang hendak dikembangkan oleh seminari.

Pengembangan dimensi ini diwujudkan secara konkret melalui program-program kepemimpinan, pendidikan, dan kebidelan. Dengan demikian, seluruh dimensi tersebut menjadi nilai penting yang seharusnya tidak hanya dikembangkan oleh seminaris, tetapi juga oleh masyarakat, sehingga dapat memberikan dampak yang positif. Seminaris berkeinginan untuk menawarkan kesempatan berformasi bagi setiap orang.

Seminari tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai saluran tangan Tuhan, sehingga masyarakat diharapkan dapat lebih terbuka dan bersedia menerima kesempatan yang Tuhan berikan. kami Seminari Mertoyudan terbuka  untuk dapat menerima putra-putra anda di Seminari dan kami menunggu anda untuk hadir di antara kami yang menjadi bagian dalam pewarta sabda Allah.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun