Mohon tunggu...
Michael Don Lopulalan
Michael Don Lopulalan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S1 Antropologi Budaya UGM

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pekerjaan yang (Selalu) Kasat Mata

16 Mei 2016   01:47 Diperbarui: 16 Mei 2016   02:08 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: jsrcenter.com

Permasalahan

Pada malam ini, Minggu (16/05), saya berhadapan dengan sebuah kejadian buruk yang cukup sederhana. Kejadian ini dumilai saat saya masuk ke sebuah acara sekolah menengah di daerah Jawa Tengah. Terdapat seorang panitia keamanan bagian checking yang mengamankan rokok dan korek milik saya. Hal ini tentu sudah sangat biasa. Dengan senang hati bahkan saya memberikan barang-barang tersebut. Setelah itu saya masuk dan menikmati acara di tempat itu. Acara berlangsung dengan baik dan saya cukup senang dengan konsep yang ada. Seusai menikmati berbagai musik yang disajikan, maka saya bergegas untuk pulang. Tapi sebelum pulang saya pun teringat akan barang-barang kepunyaan yang disita, maka saya pergi untuk mengambilnya. Tak disangka barang yang saya titipkan tersebut hilang. Dengan berat hati saya mencoba mengikhlaskannya, tetapi yang tersisa dalam emosi adalah para panitia keamanan yang bertugas untuk mengembalikan barang itu tidak meminta maaf atas keteledorannya. Untung saja ada seorang panitia non-keamanan yang peduli dan meminta maaf kepada saya. Dari kejadian itu saya langsung pulang kembali ke kost sembari memikirkan kejadian itu.

Profesi dan Profesional

Dari kejadian ini saya belajar cukup banyak hal mengenai ketelitian dan aspek-aspek lain dalam perihal pekerjaan. Pekerjaan yang akan atau sedang dilakukan sering dikaitkan dengan kata ‘profesional’. Sebuah pekerjaan yang tidak dilakukan secara profesional akan dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang tak ada artinya. Sama pula dengan sikap seorang yang bekerja namun tidak memiliki sikap profesional maka orang itu juga tidak ada mutunya. Apa itu profesional? Profesional mengambil sebuah kata dasar profesi yang berarti seseorang yang mengemban sebuah tugas. Sedangkan profesional berdasar pada sumber Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah kepandaian khusus dalam menjalankan pekerjaan. Sejauh mana  kata profesional ini menjelajah dalam suatu kata profesi?

Kecenderungan Pekerjaan

Kerja. Kerja merupakan kata dasar yang diambil dari kata pekerjaan. Apa yang sebenarnya ada dalam kata kerja? Apa yang sebenarnya ia lakukan? Apa yang sebenarnya dikerjakan dalam kata kerja selain pekerjaan fisik sesudahnya? Kata kerja sebenarnya erat dengan tanggungan dalam kehidupan manusia. Ialah tanggung jawab dan hak. Dua kata yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia ini mengisi yang harus diisi dalam kata kerja. Tetapi terkadang dua kata ini juga ditemani oleh kecenderungan lain dalam tujuan manusia yaitu kekuasaan. Kekuasaan erat kaitannya dengan sebuah wilayah yang berhak menjadi kuasa dari seorang yang telah dipercaya. Zona ini menjadi zona indah bagi sang penguasa karena berhak melakukan apapun dalam zona ini. Zona ini juga sangat dekat kaitannya dengan pekerjaan. Apakah zona ini buruk? Ya. Dan pula tidak. Ya, bila digunakan dengan baik dan tidak, bila digunakan dengan semena-mena. Kecenderungan manusia adalah mengartikan pekerjaan dengan tingkatan untuk berkuasa. Padahal sebelum mengartikan pekerjaan sebagai sebuah kuasa yang menentukan maka harus diperjelas mengenai tujuan dari pekerjaan itu sendiri. Untuk siapa pekerjaan itu dimulai? Diri sendiri atau orang lain?

Tujuan dari Sebuah Kecenderungan

Jawaban yang paling mendekati tanggung jawab manusia sebagai kodrat dalam kehidupannya adalah yang kedua, yaitu orang lain. Tetapi benarkah orang yang bekerja untuk orang lain benar-benar bekerja untuk orang lain? Tentu tidak dan juga iya. Dalam perihal ini mari diperjelas dengan bantuan dari kata kesadaran. Perlu disadari bahwa dalam setiap langkah manusia tidak akan lepas dari lingkungannya, begitu juga lingkungannya tidak akan lepas dari manusia. Sehingga apa pun yang manusia lakukan adalah untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang lain. Bila demikian, untuk apakah pertanyaan ini dilontarkan? Untuk menentukan penempatan proporsi dalam sebuah tujuan itu. Apakah teruntuk orang lain atau diri sendiri? Karena dalam pelaksanaan tentu akan berbeda.

Yang Seharusnya Menjadi Pokok

Kesadaran yang dibutuhkan manusia dalam pekerjaannya memperoleh tempat yang sangat besar. Bekerja bahkan dapat diartikan sebagai simulasi hidup dalam skala dan jangka waktu yang lebih kecil. Dalam pekerjaan terlibat berbagai macam konflik dan juga dinamik yang memaksa diri untuk berkembang secara terus-menerus. Tidakkah sama dengan kehidupan? Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia senang untuk bekerja. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Bahkan manusia yang enggan bekerja pun akan mencari pekerjaan yang menurut dirinya pribadi menyenangkan (walaupun tidak ada manfaatnya). Manusia jenis seperti ini sungguhlah berbeda dengan yang kita cita-citakan dalam tulisan ini. Seorang manusia yang penuh kesadaran. Seorang manusia yang menjadi kiblat di manapun di dunia ini. Kembali ke pernyataan sebelumnya, mengapa manusia senang bekerja? Karena dalam bekerja manusia melihat peluang untuk berkembang. Sebuah peluang yang disangkanya tidak akan didapat lagi dalam proses perkembangan dirinya. Hal ini menjadi sebuah harta karun tersendiri dalam hidup manusia. Berkembang pun perlu diingat tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga harus untuk orang lain. Karena bila hanya untuk diri tidak akan terjadi sebuah pekerjaan yang benar-benar memberi dampak dinamik bagi jiwa.

Sudahkah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun