Mohon tunggu...
Michael Azano
Michael Azano Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas

menyukai hal-hal yang membuat hidup menjadi berwarna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Logika dalam Menganalisis Tindakan Diskriminatif di Masyarakat

15 Januari 2024   07:57 Diperbarui: 15 Januari 2024   08:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum kita memasuki dari judul kita mengenai "Penerapan Logika Dalam Menganalisis Tindakan Diskriminatif di Masyarakat" kita harus mengetahui arti dari logika tersebut. 

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari cara berpikir yang benar dan membedakan yang benar dan yang salah. Menurut para ahli, Aristoteles, dalam pemikirannya beliau mengembangkan logika sebagai ilmu untuk menganalisis dan mengevaluasi argumen-argumen. 

Dia membedakan antara deduksi dan induksi, dua bentuk penalaran yang menjadi dasar logika. Secara umum, logika merupakan ilmu atau disiplin pengetahuan yang mempelajari prinsip-prinsip berpikir yang benar dan cara mengidentifikasi argumen yang masuk akal. Logika terbagi oleh beberapa unsur, termasuk logika formal dan logika informal. Logika formal berkaitan dengan struktur dan bentuk argumen, sedangkan logika informal lebih menuju kepada konten dan arti dari argumen.

Kalian tahu gak sih ? kalau persoalan sosial yang ada di masa sekarang ada keterkaitannya dengan logika, jawabannya ada, contohnya seperti kasus yang kita ungkit yaitu mengenai tindakan diskriminasi yang ada dalam lingkungan masyarakat. Baik itu diskriminasi dalam ras, gender, agama, atau faktor-faktor lainnya, merupakan fenomena kompleks yang menggunakan kerangka logika untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang akar permasalahan dan solusi yang mungkin. 

Dalam menganalisis diskriminasi, logika membantu dalam menyusun argumen-argumen yang valid untuk memahami, menjelaskan, dan merancang strategi mengatasi tindakan diskriminatif. 

Dalam menganalisis tindakan diskriminasi perlu dimulai dengan mengidentfikasi asumsi-asumsi yang mendasari perilaku tersebut. Sebagai contoh, dalam konteks rasial, asumsi-asumsi tersebut berupa stereotip, prasangka, atau ketidakpahaman budaya. Dan itulah mengapa logika digunakan oleh para penliti untuk mengidentifikasi asumsi-asumsi agar dapat dipertahankan dan dirasionalkan di tindakan diskriminatif.

Kemudian logika menjadikan kita untuk mengidentifikasi pola-pola dan hubungan timbal balik yang mungkin ada diantara tindakan diskriminatif dan faktor-faktor tertentu. Contohnya, melalui analisis logika, kita juga dapat mengeksplorasi, apakah ada kecendrungan tertentu dalam tindakan diskriminatif yang berkaitan pendidikan, lapangan kerja, atau akses layanan kesehatan. 

Dengan menggunakan logika dalam berpikir, kita dapat membentuk argumen argumen yang didasarkan pada bukti empiris dan data statistik untuk mendukung temuan-temuan ini. Penerapan logika dalam analisis diskriminasi juga melibatkan argumen-argumen deduktif dan induktif. Argumen deduktif melibatkan premis-premis yang diberikan untuk menghasilkan kesimpulan yang tidak dapat diragukan kebenarannya jika premis-premis itu benar. 

Sedangkan, argumen induktif menggunakan informasi yang diketahui untuk menyimpulkan sesuatu yang mungkin benar. Dalam konteks analisis diskriminatif, logika deduktif membantu dalam menyusun argumen-argumen yang jelas dan padu, sedangkan logika induktif membantu kita dalam menarik kesimpulan yang lebih luas berdasarkan bukti-bukti fisik. Contoh kasus yang berada di Indonesia ialah, diskriminasi yang ditujukan kepada orang keturunan etnis Tionghoa. 

Diskriminasi tersebut telah terjadi sejak masa kolonial Belanda dan terus berlanjut hingga saat ini. Diskriminasi tersebut terjadi di berbagai aspek-aspek seperti sosial-politik, ekonomi, dan budaya. Orde baru, diskriminasi terutama terjadi pada aspek-aspek sosial-politik Tionghoa, seperti melarang etnis Tionghoa membuat haluan politik baru dan menutup sekolah yang berbahasa orde baru. 

Diskriminasi ini merupakan bentuk perlakuan yang tidak adil dan seimbang  , dan dapat diatasi dengan penerapan logika fuzzy dalam mengidentifikasi perbedaan, menganalisis data, mengambil keputusan, dan mengurangi konflik. Penerapan logika, khususnya logika fuzzy, dapat membantu dalam mengambil keputusan dan menganalisis data dalam berbagai bidang. Konteks masyarakat, penerapan logika fuzzy dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengurangi diskriminasi sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun