Mohon tunggu...
MichaelAlexander
MichaelAlexander Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations of Mulawarman University

Gaming, Music

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ancaman Keamanan Masa Kini: Krisis Air Cape Town (2015 - 2019)

9 April 2024   17:55 Diperbarui: 9 April 2024   17:59 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cape Town, South Africa.  Source: tripsavyy.com

Kota Cape Town menyediakan air bersih untuk lebih dari 4.1 juta orang. Air untuk kota ini berasal dari Western Cape Water Supply System yang memiliki enam bendungan. Bendungan-bendungan ini tidak hanya digunakan untuk kebutuhan kota Cape Town, tetapi juga untuk pertanian dan kota-kota kecil di sekitarnya. Persediaan air di Cape Town diperhitungkan dari tingkat curah hujan yang tersimpan di bendungan tiap tahunnya membuat Cape Town memiliki persediaan air yang cukup. Meskipun begitu, pemerintah tetap memberikan batas dalam akses penggunaan air dikarenakan kondisi iklim Afrika Selatan yang cukup mengkhawatirkan. 

Krisis air bersih di Cape Town terjadi pada awal musim dingin tahun 2015, dimulai dengan kekeringan yang disebabkan oleh rendahnya curah hujan. Di tahun 2017, pemerintah Afrika Selatan 2 mendeklarasikan Cape Town sebagai kota yang mengalami krisis air bersih di negaranya (Etheridge, 2017).

Kondisi kekeringan di Cape Town sudah sampai pada level yang memprihatinkan, membuat pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan penanganan secara nasional dan internasional. Upaya ini berupa kebijakan untuk menahan berkurangnya persediaan air dan bekerjasama dengan negara-negara yang juga menghadapi permasalahan yang sama. Beberapa upaya mengatasi krisis air ini diantaranya adalah

  • Day Zero: Mendorong penduduk kota untuk lebih mengatur penggunaan air mereka dapat membantu mencegah krisis air yang terus berlanjut. Dalam pelaksanaannya untuk menghindari krisis air, pemerintah mengganti upaya teknis setiap beberapa minggu sehingga warga Cape Town beradaptasi dalam penggunaan air yang minim (McCauley, 2019)
  • Climate Change Bill: Hal ini bertujuan untuk ketahanan dan respon adaptasi nasional yang memadai dalam konteks perubahan iklim global, memberikan kontribusi yang adil terhadap upaya global untuk mestabilkan kosentrasi gas rumah kaca pada tingkat yang menghindari gangguan antropogenik yang berbahaya terhadap sistem iklim dalam jangka panjang (Christiye & Dorencya, 2018)
  •  Kerjasama Afrika Selatan dengan Denmark: Tujuan dari kerjasama ini ialah melaksanakan pertukaran staf antara kementrian Afrika dan Denmark yang ditugaskan dalam pengelolaan dan layanan air perkotaan dan efisiensi air di industri negara masing-masing.
  • WaterJPI: WaterJPI menjadi wadah bagi negara negara untuk berkolaborasi untuk melihat kondisi air berdasarkan menganalisa. Afrika Selatan mulai aktif berpartisipasi dalam pertemuan WaterJPI yang diperkenalkan sebagai Joint Call sejak 2018. Salah satu project untuk Afrika Selatan yaitu ENTRUGO (WaterJPI, 2020) .  Program ini secara langsung mengevaluasi dan menganalisa efek langsung dan tidak langsung akan kepuasan warga negara terhadap pemerintah yang berperan sebagai pengelola air.
  • Kerjasama Afrika Selatan dengan Meriam Fund-The Dutch Research Council: Dengan program kerjasama utama yang bernama “Nexusing Water, Energy and Food to Increase Resilience in the Cape Town Metropolitan”, fokus utama penanganan ada pada bagaimana pemerintah meningkatkan kapasitas dan otoritas publik serta penduduk kota dalam bagaimana menghapai krisis dengan belajar dan mempersiapkan diri.

Krisis air bersih yang terjadi di Cape Town mengilustrasikan dampak yang serius dari perubahan iklim dan kurangnya manajemen sumber daya air yang efektif. Pemerintah Afrika Selatan telah merespons krisis ini dengan berbagai langkah, mulai dari kebijakan penghematan air hingga kerjasama internasional dengan negara lain yang menghadapi tantangan serupa. Langkah-langkah tersebut mencakup perubahan perilaku dalam penggunaan air, pembuatan undang-undang untuk mengatasi perubahan iklim, serta kerjasama dalam penelitian dan pengelolaan sumber daya air. Tanggapan terhadap krisis air di Cape Town menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor dan internasional dalam mengatasi tantangan lingkungan yang semakin kompleks di era globalisasi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun