Mohon tunggu...
Michael Jourdan
Michael Jourdan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Part-time-activist, free thinker and Bad Writer of course. :p

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pemuda Indonesia dalam Demokrasi Elektoral: Harus Turun Tangan!

11 Januari 2014   14:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sebagian dari kita kerap bertanya-tanya mengapa harus ada ajang lima tahunan dimana poster-poster atau spanduk-spanduk bergambar tokoh-tokoh partai berikut gelar yang disandang berserta daerah pemilihannya, terlebih lagi tahun ini kita akan menyambut ajang tersebut di bulan April di 2014 ini.

Sebenarnya alasannya sederhana, ini adalah hakikat dan salah satu esensi dari konsep demokrasi yang kita percaya sebagai cara untuk menjalankan roda pemerintahan yaitu adalah partisipasi politik. Lantas pertenyaan kemudian hadir kembali di benak kita lantas untuk apa kita berpartisipasi politik secara aktif dalam penyelenggaraan pemilu?

Jawabannya adalah keterwakilan. Kita sebagai rakyat, memiliki hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintah dan kekuasaan yang berjalan dengan konstitusi sebagai orbitnya. Ketika kita berpartisipasi maka hakikat utamanya adalah selain menyuarakan aspirasi, juga memilih wakil kita untuk menanggung beban aspirasi kita dalam menghadapi persoalan sehari-hari.

Inilah yang dimaksud dengan demokrasi electoral yaitu wujud nyata dari political representation atau keterwakilan politik oleh para tokoh yang dipilih dari masyarakat selaku warga negara yang memiliki hak berpartisipasi politik dalam jangka lima tahunan tidak lain dan tidak bukan untuk mengurusi urusan sehari-hari dari rakyatnya.

Peran masyarakat sebagai subjek dalam demokrasi electoral sangat substantive sekali mengingat pemilu sebagai event untuk memilih pemimpin yang mengurusi serta mengontrol negara. Namun belakangan isu yang berkembang belakangan memberikan pukulan besar kepada kita, masyarakat sebagai aktor aktif dalam pemilu yaitu tingginya angka golput dan beban anggaran yang sangat tinggi (high cost) dalam setiap pemilihan umum seperti keperluan logistic, kampanye dan lain-lain. Belum lagi pasca pemilu timbul masalah baru seperti sengketa pemilu baik di daerah maupun nasional, adanya politik uang (money politics) dan lain-lain.

Dari semua permasalahan ini jelas sistemik dan struktural sekali pelikya permasalahan demokrasi electoral kita. Kita sebagai pemuda harusnya turut andil peran, turun tangan membenahi permasalahan demokrasi electoral kita dan jangan berpangku tangan saja dan terkesan apatis serta skeptic terhadap politik.

Sebenarnya argument yang paling menyentuh untuk kalangan anak muda yang banyak juga menjadi pemilih pemula adalah, apakah kita tidak bosan melihat saja dari jauh kekisruhan perpolitikan serta masalah-masalah politik yang sebenarnya kita tahu itu salah?

Sebagai agent of change kita harusnya hadir paling depan di barisan perubahan untuk menjalankan agenda-agenda clean governance, anti korupsi serta perihal lain yang memiliki substansi untuk mewujudkan banga Indonsia yang lebih maju. Karena bila bukan karena pemudanya yang membenahi lantas siapa lagi yang akan coba mencari jalan keluar bagi persoalan-persoalan bangsa untuk melunasi janji kemerdekaan.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun