Bila saya amati, rupa-rupanya orang Indonesia bila dimintai pendapat mengenai siapa presiden AS berikutnya, sebagian besar tentu menjagokan Hillary Clinton ketimbang Donald Trump. Saya cukup memahami alasannya. Banyak yang mungkin beralasan bahwa sudah saatnya seorang wanita menjadi presiden negara adidaya tersebut. Atau mungkin banyak juga yang menjagokan Clinton karena Donald Trump, menurut orang Indonesia, dicap anti-Muslim, rasis, dsb.
Akan tetapi hasil pengamatan berbagai media menunjukkan bahwa sampai sekarang Donald Trump justru semakin berkejar-kejaran dengan Hillary Clinton. Kenyataannya jumlah pendukung Clinton sudah hampir sama dengan jumlah pendukung Trump. Bahkan semakin banyak polling yang menunjukkan keunggulan Trump atas Clinton. Hasil polling terbaru CNN menunjukkan keunggulan Trump (48%) sebesar 3 persen atas Clinton (45%). Hasil polling CBS juga menunjukkan keunggulan Trump atas Clinton dengan selisih 1 persen. Tentu media-media lain juga ada yang tetap membuktikan keunggulan Clinton atas Trump. Akan tetapi poinnya adalah, kampanye Trump saat ini sudah sama kuat dengan kampanye Clinton. Pertanyaannya sederhana: bagaimana bisa?
Trump menjalankan kampanyenya dengan begitu spektakuler. Benar adanya bahwa ia banyak mengucapkan statement yang mengejutkan dan kontroversial, seperti membangun dinding pembatas dengan Meksiko, melarang Muslim masuk AS, menghina kandidat-kandidat lain, dsb. Akan tetapi fakta tidak berkata bohong. Trump berhasil menyingkirkan 16 kandidat lainnya, yang rata-rata merupakan pejabat-pejabat penting Partai Republican. Trump berhasil memenangkan 41 pemilihan di seluruh daratan AS dan menjadi nominee. Trump dapat dikatakan menang telak dalam pertarungan menuju general election ini.
Setidaknya ada beberapa hal yang membuat kampanye Donald Trump begitu sukses.
1. Trump berhasil menunjukkan diri sebagai "orang luar" yang berani menentang jajaran orang-orang politik. Salah satu keraguan publik terhadap Trump ketika awal election ini adalah nihilnya pengalaman Trump di bidang politik. Benar, Trump tidak pernah terlibat dalam politik sama sekali: seorang political outsider. Trump hanya dikenal sebagai seorang businessman sukses yang telah mempunyai puluhan, bahkan ratusan perusahaan di seluruh dunia.Â
Akan tetapi, Trump sepertinya menyadari bahwa publik sudah lelah dengan politikus; orang-orang politik yang terlalu mengedepankan political correctness. Trump tidak peduli dengan bagaimana publik akan menilainya. Trump tidak takut statement-nya akan menjatuhkannya secara politis, karena ia sendiri bukan politikus. Tidak heran Trump sukses menyingkirkan jajaran politikus Republican yang terkesan terlalu bermuka dua dan hanya ingin mempertahankan "kehormatannya" sebagai politikus.
2. Trump sukses menarik perhatian publik dengan mudah hanya dengan melalui pidato-pidatonya yang begitu lugas. Berdasarkan pengamatan The Boston Globe terhadap salah satu debat calon presiden Republican, penggunaan bahasa Donald Trump hanya setara kelas 4 SD dengan rating 4.1. Sebagai perbandingan, pidato Bernie Sanders mendapat rating 10.1, sedangkan Hillary Clinton mendapat rating 7.7. Perbandingan yang cukup jauh.Â
Akan tetapi, hal itu justru menguntungkan Trump. Orang-orang tentu lebih suka dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami, dan Trump cukup paham akan hal itu. Trump tidak banyak menggunakan diksi yang rumit seperti yang sering dilakukan politikus cerdas lainnya, tetapi ia selalu menyampaikan poinnya berulang-ulang kepada publik sehingga orang-orang pun tidak sedikit yang menaruh perhatiannya kepada Trump.
Akan tetapi, justru hal inilah yang membuat Trump semakin banyak dibicarakan, dan publik semakin tertarik kepada Trump. Bahkan sebagai seorang businessman sukses selama puluhan tahun, ia sudah paham akan hal ini. Dalam bukunya The Art of the Deal, ia menulis bahwa "terkadang publisitas negatif jauh lebih baik daripada tidak adanya publisitas sama sekali."Â Dan sekali lagi Donald Trump sukses dalam meraih publisitas tersebut, meskipun sebagian besar menilainya sebagai hal yang negatif.