Mohon tunggu...
Michael Hananta
Michael Hananta Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

2016 Democratic National Convention: "Yes, Hillary! Tapi..."

29 Juli 2016   19:42 Diperbarui: 29 Juli 2016   19:53 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam testimoninya di hadapan Kongres terkait Benghazi, Hillary Clinton dianggap telah gagal mengungkap kebenaran dalam menjelaskan pertanggungjawabannya sebagai Secretary of State terkait kasus Benghazi. Sumber: www.rt.com

Ketika minggu lalu saya mengutarakan pendapat saya mengenai Republican National Convention, kini giliran saya ingin membahas konvensi nasional partai seberang: Partai Demokrat. Ya, Democratic National Convention (DNC) baru saja selesai sekitar pukul 10.00 WIB tadi selesai (tentunya bukan di Indonesia, tetapi di Philadelphia, AS). Hillary Clinton secara resmi menerima nominasi sebagai kandidat presiden dari Partai Demokrat menghadapi kandidat Partai Republican, Donald Trump.

Saya yang begitu tertarik menyaksikan "reality show" ini (mungkin itulah yang ada di benak Donald Trump) selalu berusaha untuk bangun pagi-pagi supaya bisa streaming RNC maupun DNC dari awal sampai akhir. Namun, ya karena tidak pernah bisa bangun pagi, akhirnya saya hanya bisa menonton bagian-bagian akhir saja. Untungnya pembicara-pembicara headliner kebanyakan berbicara di bagian akhir acara, jadi saya sempat menyaksikan pidato orang-orang penting seperti Donald Trump, Bernie Sanders, Michelle Obama, Barack Obama, dan Hillary Clinton. Kalau dibandingkan, saya rasa DNC lebih "meriah" dan "positif" ketimbang RNC. Walaupun keduanya sebetulnya memiliki "tujuan" yang sama: "memanusiawikan" (maaf kalau pilihan kata saya salah) kedua nominee dari masing-masing pihak.

DNC memang diawali dengan kontroversi menghebohkan ketika WikiLeaks mengungkap puluhan ribu emailyang menunjukkan keberpihakan komite DNC, yang seharusnya independen, terhadap Hillary Clinton,jauh sebelum proses pemilihan nominasi Partai Demokrat dimulai, yang memaksa sang chairwoman Debbie Wasserman Schultz untuk mengundurkan diri. Selanjutnya, perpecahan tidak dapat terhindarkan ketika sebagian delegasi Bernie Sanders melakukan aksi walk out seusai roll call atau penghitungan resmi perolehan suara delegasi tiap negara bagian. Senada dengan kelompok pergerakan Bernie-or-Bust, mereka menunjukkan kekecewaan mereka terhadap hasil nominasi Partai Demokrat dan kekalahan Bernie Sanders yang terkesan "begitu terencana".

Sejumlah anggota pergerakan Bernie-or-Bust berdemonstrasi dan menolak untuk mendukung Hillary Clinton. Sumber: www.motherjones.com
Sejumlah anggota pergerakan Bernie-or-Bust berdemonstrasi dan menolak untuk mendukung Hillary Clinton. Sumber: www.motherjones.com
Meskipun demikian DNC sebenarnya terus berusaha untuk meyakinkan seluruh pendukung Partai Demokrat agar bersatu dan dapat mengalahkan Donald Trump. Tim kampanye Hillary Clinton pun terus berusaha untuk menarik simpati para pendukung Bernie Sanders, bahkan Sanders juga melakukan hal yang sama untuk mengalihkan dukungan para suporternya kepada Clinton. Setelah berkompromi dengan tim kampanye Sanders, kini Clinton juga memperjuangkan kenaikan gaji minimum sebesar $15 dan pembebasan mahasiswa universitas dari tuition fees yang begitu membebani. Slogan kampanye Clinton yang baru, "Stronger Together", juga salah satunya berfungsi untuk mengajak para suporter Sanders untuk bersatu bersama pendukung Clinton.

Segala upaya telah dilakukan supaya pendukung Sanders bersedia mendukung Clinton. Bahkan Sanders juga telah melakukan hal yang sama. Sumber: www.vox.com
Segala upaya telah dilakukan supaya pendukung Sanders bersedia mendukung Clinton. Bahkan Sanders juga telah melakukan hal yang sama. Sumber: www.vox.com
Pada keseluruhan empat hari DNC, tokoh-tokoh penting pun dipilih untuk berbicara mengenai Clinton sebagai alternatif yang "paling masuk akal" ketimbang Trump. Tidak tanggung-tanggung, tokoh-tokoh Demokrat seperti Presiden Barack Obama, Wakil Presiden Joe Biden, bahkan First Lady Michelle Obama menunjukkan dukungan penuh mereka terhadap Hillary Clinton. Berbagai artis dan selebriti seperti Alicia Keys, Rachel Platten, Demi Lovato, Carole King, Katy Perry, dan Elizabeth Banks juga hadir untuk meramaikan DNC sekaligus mendukung Clinton. Ima Matul, WNI mantan pembantu rumah tangga yang kini menjadi aktivis perdagangan manusia, juga hadir menyuarakan dukungan terhadap Clinton, yang sempat membuat publik Indonesia heboh. Bahkan seolah-olah DNC berhasil mewujudkan "mimpi buruk Trump" ketika mereka menghadirkan Michael Bloomberg, sesama billionaire yang 10 kali lebih kaya dari Trump (dan notabene seorang mantan Republican dan kini independen) untuk "menghancurkan" Trump habis-habisan.

Ima Matul Maesaroh, WNI dan aktivis yang berbicara dalam DNC. Sumber: www.bbc.com
Ima Matul Maesaroh, WNI dan aktivis yang berbicara dalam DNC. Sumber: www.bbc.com
Sesungguhnya menurut saya DNC berhasil "sedikit" menurunkan tensi antara pendukung Sanders dengan Clinton, bahkan bisa dibilang party unityhampir tercapai. Saya katakan hampir, karena sesungguhnya masih banyak orang-orang Bernie-or-Bust yang "keras kepala" dan belum siap (atau bahkan tidak akan pernah siap) untuk mendukung Hillary Clinton. Bila dilihat dari hasil perolehan suara delegasi seluruh negara bagian, Sanders memperoleh 1.865 suara, sementara Clinton memperoleh 2.838 suara—Sanders tidak kalah telak. Sebenarnya komite DNC juga menjadi penyebab masih terpecahnya Partai Demokrat. Pembongkaran skandal DNC oleh WikiLeaks tiba-tiba menjadi duri baru yang sangat tajam yang merusak persatuan Partai Demokrat yang sejatinya sudah mulai terbenahi kembali. 19.000 email yang mengungkap konspirasi di balik pencalonan Clinton justru menunjukkan seolah-olah selama ini kampanye Bernie Sanders benar-benar percuma. Ketika beberapa waktu yang lalu saya menulis mengenai Jill Stein, saya menulis bahwa memang menurut polling hampir 90 persen pendukung Sanders akan mendukung Clinton, tetapi itu sebelum skandal DNC ini muncul. Setelah skandal ini muncul, saya sendiri tidak yakin angka itu akan tetap bertahan atau bahkan meningkat, malah bisa jadi akan turun drastis.

Terlepas dari itu semua, DNC setidaknya telah berhasil mengangkat kembali nama baik Hillary di mata publik. Hillary memang sejak dulu merupakan politikus yang terbukti berjasa besar bagi kemajuan masyarakat AS. Ketika menjadi First Lady of Arkansas, Bill Clinton mengatakan bahwa Hillary menjadi pencetus pendidikan usia dini di negara bagian Arkansas, yang di kemudian hari menjadi salah satu negara bagian dengan kualitas pendidikan dasar yang terbaik. Hillary juga sudah lama memperjuangkan hak-hak wanita di seluruh AS. Sebagai Secretary of State Hillary memecahkan rekor dengan mengunjungi 112 negara, termasuk Indonesia, demi mempererat kerja sama AS dengan negara-negara di seluruh dunia. Hillary menjadi salah satu tangan kanan terbaik Obama ketika Obama melakukan pilihan life or death dengan mengirim tim khusus untuk mengasasinasi Osama bin Laden, yang berakhir dengan keberhasilan.

Barack Obama menjadi salah satu tokoh utama yang diharapkan mampu mendorong terciptanya persatuan Partai Demokrat dalam DNC untuk mendukung Hillary. Sumber: observer.com
Barack Obama menjadi salah satu tokoh utama yang diharapkan mampu mendorong terciptanya persatuan Partai Demokrat dalam DNC untuk mendukung Hillary. Sumber: observer.com
Hillary mungkin terkenal sering mengubah pandangannya terhadap sesuatu, namun hal itu sesungguhnya tidak menghentikannya untuk memperoleh dukungan. Sebut saja pandangannya terhadap LGBT. Dulu ia terkenal menolak pernikahan sesama jenis. Baru pada 5 tahun terakhir ini Hillary mendukung hak-hak LGBT. Tidak peduli betapa para pembenci Hillary mengekspos aksi flip-flop Hillary ini, rupanya sebagian besar kaum LGBT mendukung Hillary, termasuk pembawa acara talk-show Ellen DeGeneres yang merupakan seorang lesbian.

Hillary sejatinya merupakan seorang yang memiliki cita-cita yang luar biasa bagi Amerika (entah itu benar atau tidak), akan tetapi skandal demi skandal yang terus-menerus menjegal langkahnya untuk menjadi presiden. Belum lagi kebiasaannya berbohong dalam berbagai hal semakin membuat orang sulit menerima Hillary sebagai presiden mereka. Hillary memang sepertinya sudah "selamat" dari kasusnya menggunakan private server untuk kepentingan negara selama menjadi Secretary of State. Akan tetapi FBI melaporkan bahwa sekitar puluhan email dari akun pribadi Hillary tergolong classified, sementara setahun yang lalu HIllary mengatakan bahwa tidak akan hal-hal rahasia di dalam akun pribadinya. Hillary telah berbohong.

Dalam testimoninya di hadapan Kongres terkait Benghazi, Hillary Clinton dianggap telah gagal mengungkap kebenaran dalam menjelaskan pertanggungjawabannya sebagai Secretary of State terkait kasus Benghazi. Sumber: www.rt.com
Dalam testimoninya di hadapan Kongres terkait Benghazi, Hillary Clinton dianggap telah gagal mengungkap kebenaran dalam menjelaskan pertanggungjawabannya sebagai Secretary of State terkait kasus Benghazi. Sumber: www.rt.com
Kasus lain, Hillary pernah mengaku bahwa kedatangannya di Bosnia pada tahun 90'an lalu sangat menegangkan karena tiba-tiba ada serangan tembakan dari seorang sniper. Padahal kenyataannya, kedatangannya waktu itu ayem-ayem saja dan tidak ada kehebohan apa-apa. Lagi-lagi Hillary berbohong. Bahkan Hillary mengaku-ngaku bahwa orang tuanya memberinya nama Hillary karena terinspirasi oleh Sir Edmund Hillary, pemuncak Gunung Everest pertama. Padahal, Hillary lahir pada tahun 1947, sementara pendakian Sir Edmund Hillary baru terjadi tahun 1953. Dalam hal sekecil itu saja Hillary berbohong.

Akan tetapi, bagi saya, Hillary Clinton menjadi pilihan "paling masuk akal" bagi rakyat AS. Ya, Hillary memang terkenal sebagai tukang bohong terbaik (sekaligus terburuk, karena semuanya dengan mudah terekspos). Hillary bukanlah orang yang sempurna. Tapi sesungguhnya, in my honest opinion, itulah yang selalu dilakukan politikus. Namanya orang punya jabatan, tentu segala hal akan dilakukan untuk menutupi keburukannya, termasuk dengan cara berbohong. Agaknya banyak orang yang mendukung Trump karena Trump belum pernah terlibat skandal politik sama sekali. Well, Trump bukanlah politikus, ia businessman, tidak heran ia tidak punya catatan kriminal secara politis sama sekali. Apalagi, skandal yang menimpa Hillary, sekalipun banyak, tetapi setidaknya masih bisa dihitung, dan sebagian besar dibesar-besarkan oleh para Republican yang tidak menyukainya. Dibandingkan Trump dengan ribuan tuntutan hukum yang telah dilancarkan, baik olehnya maupun terhadapnya? Bagaimana dengan kebangkrutan kasino-kasino Trump selama 20 tahun terakhir? Mengapa publik tidak pernah mengekspos hal itu sebesar usaha mereka mengekspos dosa-dosa Hillary?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun