Era digital menyuguhkan berbagai kemudahan bagi para penggunanya. Kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi yang pesat pada era ini merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Terlebih peran media sosial yang semakin besar dengan adanya pandemi ini, contohnya TikTok yang saat ini menghiasi layar para penggila media sosial.
Dalam teori kolonialisme elektronik yang membahas tentang media yang bersifat global, dapat dianalisis bagaimana cara media global, termasuk iklan, dapat mempengaruhi seseorang dalam melihat, beetindak, maupun berpikir (Tyas, 2005).
Kalau dilihat-lihat, isi dari TikTok ini cuma sebuah aplikasi yang menampilkan video-video dengan backsound musik-musik terkini. TikTok memiliki platform yang sangat luas karena aplikasi yang berasal dari Tiongkok ini dipakai seluruh dunia. Terbebas dari pemblokiran, tingginya penggunaan media sosial ini makin melambung setelah mulai diterapkannya sistem "Work from Home". Reputasinya sangat tinggi bahkan penggunanya dari semua umur; mulai dari kalangan anak usia 9 tahun sampai orang dewasa yang sudah berkeluarga. TikTok ini seperti mempunyai kekuatan magis bagi para penggunanya. Apa saja, sih, faktor yang membuat media sosial ini menjadi wadah untuk universal?
Pertama, platform ini sangat mudah digunakan. Fitur-fitur yang disediakan di dalamnya pun sangat menarik. Penggunannya hanya perlu smartphone untuk berlomba-lomba menampilkan kreativitasnya.
Kedua, potensi menjadi 'superstar mendadak' sangat besar pada aplikasi ini. Hanya perlu mengunggah video dan mengikuti trend yang sedang viral, semua orang punya potensi untuk terkenal. Hal ini menyebabkan orang-orang menjadi berlomba untuk masuk ke "for your page" dalam aplikasi tersebut agar video yang diunggahnya mempunyai banyak feedback. Bahkan, untuk mendapatkan hal tersebut, para pengguna TikTok tidak melulu memerlukan bakat seperti vokal, dance, ataupun 'visual'. Terkadang ada yang menarik perhatian para pengguna aplikasi ini dengan cara yang unik. Contohnya, dengan adanya drama, tanya jawab pertanyaan yang mengundang kontroversial, bahkan sampai ke konten-konten yang seharusnya tidak layak ditonton anak-anak dibawah umur. Namun, disitulah power dari media sosial ini yang mungkin bisa menghibur banyak kalangan.
Ketiga, TikTok sebagai jembatan untuk menambah pemasukan selama pandemi COVID-19. Para pengguna TikTok yang sudah memiliki banyak pengikut dapat menjadikan TikTok sebagai media promosi bisnis/barang jualan mereka, atau mempromosikan barang pihak lain (endorsement).
TikTok memang dibuat sebagai media penyalur kreativitas yang punya daya tarik untuk menghibur para penggunanya. Walaupun platform aplikasi ini sangat luas, masing-masing pengguna sebaiknya tetap mempunya batasan untuk berkreasi agar tidak saling merugikan antara pihak satu dengan yang lainnya. #komglob03
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H