Ada seorang anak muda miskin bernama Mumu tinggal di kampung nelayan. Ia hidup sebatang kara. Mumu senang mencari ikan di laut. Suatu hari, Mumu memancing di laut menggunakan daging ikan busuk sebagai umpan. Lama-kelamaan, hari menjelang petang, tetapi belum ada ikan yang berhasil dia tangkap. Akhirnya dia pulang dengan tangan hampa.
Di rumah Mumu berpikir, lebih baik menggunakan jala agar besok bisa menangkap ikan yang banyak. Besoknya, Mumu membawa jala ke laut. Ia telah sampai di tengah laut bersama sampan  tua miliknya. Kemudian, Mumu mulai menebarkan jala dan dia berhasil menangkap banyak ikan. Tetapi sampan tuanya yang sudah lapuk pecah. Mumu tenggelam bersama jala dan semua ikan hasil tangkapannya.
Untung saja Mumu selamat berkat pertolongan nelayan lainnya. Sekarang dia putus asa. Sudah tak punya perahu, jala pun sudah hilang. Tetapi temannya menghibur dan berjanji akan mengajarinya cara memancing yang baik dan umpan apa saja yang bagus.
Hari berikutnya, Mumu bangun pagi-pagi sekali. Ia siap-siap pergi ke pantai. Temannya sudah menunggu di sana. Mumu pun mulai belajar bagaimana cara memancing yang benar. Sejak hari itu Mumu sangat tekun memancing dan menjual hasil tangkapannya. Dia menabung sedikit demi sedikit.
Beberapa tahun kemudian, Mumu sudah bisa membeli sebuah perahu yang agak besar. Dia semakin giat bekerja. Uangnya pun sudah banyak. Mumu kini seorang jutawan. Tapi ia tetap baik hati.
Uangnya terus menumpuk dan sudah membeli beberapa perahu lagi, juga memiliki kapal ikan yang besar. Â Mumu juga mempunyai banyak karyawan. Beberapa tahun kemudian, Mumu sudah menjadi milyuner, tetapi perangainya berubah jadi sombong.
Suatu hari, ada peringatan di televisi kalau kampung Mumu akan diterjang gelombang tsunami. Mumu yang sibuk mengurus usaha tidak tahu informasi itu. Beberapa karyawan dan tetangga memberitahu informasi tsunami kepadanya, tetapi Mumu tidak percaya.
Akhirnya orang-orang di kampung nelayan itu mengungsi ke gunung, kecuali dirinya. Ternyata tsunami itu memang terjadi. Karena kesombongan dan ketidakpeduliannya, Mumu pun mati tersapu tsunami bersama seluruh harta kekayaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H