Mohon tunggu...
Michelle Mesakh
Michelle Mesakh Mohon Tunggu... -

Siswi kelas V SD Kristen Kalam Kudus Batam. Suka membaca dan gemar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Misterius untuk Nila

1 November 2014   04:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:59 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nila, anak kelas lima SD yang terkenal pintar dalam pelajaran IPA dan Matematika di kelasnya. Nila selalu menjadi tempat bertanya teman-teman sekelas bila mereka kesulitan pada dua pelajaran itu. Dia tidak pernah keberatan menjelaskan kepada teman-temannya ketika mereka bertanya. Karena sifatnya yang suka membantu, Nila sangat disukai dan memiliki banyak teman.

Suatu pagi, saat baru tiba di sekolah, Nila langsung menemui teman-temannya yang sedang bergerombol di depan kelas. “Halo kawan-kawan, kalian tahu nggak, kemarin malam aku dapat surat. Tapi suratnya hanya selembar kertas kosong. Aneh kan?”cerita Nila.

”Yang benar aja, La?” tanya Rene. ”Pasti! Lihat nih! Kebetulan aku bawa untuk kutunjukkan pada kalian,”jawab Nila.

”Wah, kok bisa terjadi, ya?” tanya Rene. ”Mana aku tahu,” jawab Rini, saudara identik Rene yang juga sekelas.

Sampai bubaran sekolah, tak seorangpun bisa menjelaskan perihal surat misterius itu. Malam harinya, lagi-lagi Nila mendapatkan surat serupa. Surat itu disusupkan melalui kaca nako di jendela kamarnya, seperti surat yang pertama. Berarti sekarang ada dua lembar surat misterius. Nila semakin bingung.

Paginya, dia kembali menceritakan perihal surat itu kepada teman-temannya. Seolah penasaran, teman-teman Nila meminta izin agar sore nanti mereka ikut ke rumahnya.  Tika yang sore itu juga ikut ke rumah Nila terlihat seperti sedang berpikir keras. “Coba kita satukan kedua surat itu!” usul Tika.

Dia meminta Nila untuk mengeluarkan surat pertama dari tas sekolahnya.  Dia memandangi dua lembar kertas  putih itu dari kiri ke kanan.  Wajahnya terlihat serius. Dahinya berkerut dan kedua kelopak matanya berkedip-kedip sambil mematut-matutkan kedua surat itu.

Mendadak Tika berteriak, “Hei.. lihat ini!” serunya dengan suara keras. “Ini ada tulisan tipis berwarna merah seperti darah. Tertulis di sini kalau ada anggota keluarga Nila telah diculik. Mereka minta uang tebusan!” seru Tika dengan suara keras.

Mereka berebut ingin membaca tulisan itu, tapi tak seorangpun melihat tulisan seperti yang dikatakan Tika. Surat itu tetap putih polos di mata mereka. “Kok kamu tahu, Tik?” tanya Rene dengan mimik heran. Tika tak mempedulikan pertanyaan Rene.

Tiba-tiba terdengar keributan di rumah itu. Semua anggota keluarga Nila terlihat panik. “Niko hilang!” ujar ibu Nila.

“Jangan-jangan surat itu benar. Wah, bahaya nih. Tetapi siapa yang mau menculik Niko? Pake minta uang tebusan lagi. Padahal Papa-Mama kan bukan milyuner,” Nila sibuk dengan pikirannya sendiri.

Semuanya terlihat panik dan berusaha mencari Niko sampai ke halaman. Sementara hari mulai beranjak gelap.  Tetapi Nila yang cerdas dan selalu berpikir dengan logika masih belum percaya. Nila malah masuk ke kamar Niko. Dia mencari adiknya sampai ke kolong tempat tidur, bahkan melongok ke dalam lemari, siapa tahu adiknya sedang mengerjai mereka dengan bersembunyi di situ. Tidak ada!

Kemudian Nila masuk ke kamarnya dan matanya langsung tertuju ke jendela kamar.  Ternyata ada amplop putih tergeletak di tempat dia menemukan dua surat sebelumnya. Buru-buru Nila mengambil surat itu lalu berlari keluar dari kamarnya. “Ini ada satu surat lagi!” serunya sambil berdiri di mulut pintu kamarnya dan mengacungkan amplop putih itu.

Rini merebut surat itu lalu buru-buru membuka amplopnya. “La, ini ada tulisannya! Ini sepertinya alamat rumah,” ujarnya sambil menyerahkan surat itu kepada ibu Nila.

Nila mulai percaya kalau adiknya benar-benar telah diculik. Sementara ibunya juga terlihat bingung. Dia menyerahkan surat itu kepada ayah Nila. Ternyata ayah Nila mengetahui alamat yang tertulis pada surat itu. “Ini alamat gudang tua tak jauh dari sini,” ujar ayah Nila.

Ayah Nila langsung berjalan meninggalkan mereka. Spontan semuanya mengekor di belakangnya. Tiba di sana, ternyata gudang itu gelap sekali. Mereka semua masuk gudang itu sambil berteriak memanggil-manggil nama Niko. “Nikoooo... Nikoooo... Nikoooo,” teriak mereka bersahut-sahutan.

Mendadak, ”SURPRISE....!!!” teriak teman-teman Nila mengagetkan bersamaan dengan menyalakan lampu.  Dari atas bertaburan kertas-kertas kecil mengkilap memenuhi seantero ruangan. Kepala Nila dipenuhi potongan kertas-kertas itu. Seketika Nila tersadar, ”Wah, aku lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 9.”

Rupanya hampir semua teman sekelas Nila sudah berkumpul di ruangan itu. Nila sangat bahagia. Rupanya kejutan ini sudah disiapkan teman-temannya sejak tiga hari sebelumnya. Dan kepanikan orangtua Nila hanyalah berpura-pura. Mereka bersekongkol dengan ayah dan ibu Nila untuk membuat acara ulang tahun yang spesial tetapi menegangkan untuk sahabat mereka yang cerdas itu.  Wah, menyenangkan sekali, ya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun