sumber foto: tenjocity.wordpress.com
Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa keguruan dan ilmu pendidikan rata-rata latar belakang yang diangkat berawal dari problema guru dalam mengajar. Masalah yang diangkat oleh mahasiswa biasanya dari kemonotonan guru dalam mengajar atau dalam memimpin pembelajaran. Hal lain juga karena guru dianggap masih banyak yang menggunakan metode konvensional.
Jika alasan-alasan itu yang selalu menjadi latar belakang dilakukannya inovasi dalam pembelajaran maka dapat kita pahami bahwa gurulah yang harus kreatif dalam mengajar. Karena dari beberapa ungkapan siswa di berbagai sekolah banyak siswa menyukai mata pelajaran tertentu yang karena gurunya disenangi. Begitu pun dalam pengalaman saya juga demikian. Kreatif di sini bermakna relatif, bergantung pada situasi dan kondisi dimana seorang guru mengajar. Tapi rata-rata siswa mendefinisikan guru kreatif itu ketika tidak membosankan, selalu ada hal baru, metode baru, media baru, penyampaian pembelajarannya humoris.
Pendapat lain disampaikan oleh seorang dosen bahwa sebenarnya munculnya penelitian dalam pembelajaran tidak seharusnya masalah yang diangkat selalu dari gurunya. Karena ada berbagai dinamika siswa yang juga menjadi penghambat ketidak efektifan pembelajaran. Ia bekata “mahasiswa seharusnya juga melihat aspek ini”. Tidak selalu memojokkan guru dan menjadikan guru sebagai sumber masalah.
Dari penyataan itu dapat dikatagorikan bahwa timbulnya masalah di dalam kelas terdapat beberapa faktor. Pertama dari guru yang bertindak sebagai pengajar. Kedua dari siswa yang bertindak sebagai pembelajar. Ketiga dari proses antara keduanya. Faktor kedua dan ketiga inilah yang jarang diangkat oleh mahasiswa sebagai peneliti untuk mengembangkan pembelajaran kreatif. Sedangkan unsur pembelajaran di kelas itu terdiri dari guru, murid, materi, metode, media dan lain-lain.
Lalu apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pembelajaran? Tentu jika diambil dari sudut pandang objektif maka patokannya adalah hasil belajar berupa nilai. Tapi jika patokannya diambil secara subjektif maka dapat dilihat dari semangat siswa untuk terus belajar semakin tinggi dan motivasi untuk belajar meningkat. Terjadinya hasil yang baik sebagaimana yang diinginkan guru kepada muridnya tidak lepas dari proses yang baik. Tugas guru sebagai pengajar memang bukan tugas yang mudah. Lebih-lebih menghadapi siswa dengan yang heterogen, sehingga ada ungkapan yang berbungi “siswa kreatif dicetak dari guru yang kreatif”. Wallahu a’lam bisshowab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H