Sumber gambar : dongengceritarakyat.com, dongengadalahcerita.blogspot.com, dongengceritarakyat.com
Dunia memperingati hari satwa liar setiap tanggal 3 Maret atau orang Inggris menyebutnya dengan word wildlife day.Moment penting ini diselenggarakan guna untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan pada konservasi binatang sebagaimana yang disampaikan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Di samping itu sekaligus untuk menjadi pengingat bagi kita agar senantiasa melawan perburuan satwa liar. Tentu untuk memulai kepedulian ini, maka perlu adanya pendidikan sejak dini, pada anak-anak dan generasi muda.
Semua mahluk yang hidup di bumi ini mempunyai manfaat dan daya guna masing-masing. Semua mempunyai fungsi dalam ekologi, ilmu pengetahuan, kultural, rekrasi dan kehidupan. Sangat disayangkan manfaat ini tidak diketahui oleh semua orang. Banyak kita ketahui berbagai macam tindakan penganiayaan yang dilakukan oleh manusia terhadap binatang. Mulai dari yang dari satwa yang dekat dengan kita bahkan yang jauh dari lingkungan kita, semua diburu dan dihabiskan.
Mengapa anak-anak dan generasi muda yang perlu tahu tentang hal ini? Karena merekalah yang akan mewarisi ala dan segala dampak atas perbuatan manusia saat ini. Mereka yang mempunyai tugas penting demi kelestarian flora dan fauna di bumi ini.
Indonesia
Negara kita mempunyai hutan tropis terluas ketiga di dunia. Keanikargaman hayati yang ada di negeri ini pun menempati posisi terbesar dunia. Begitu kayanya Indonesia, terdapat 515 spesies mamalia, yang 184 terancam punah dan ini menjadi coretan buruk bagi Indonesia karena lebih banyak dari berbagai negara yang lain. Saat ini, sudahkan anak-anak dan generasi muda mengetahui akan hal ini? Pengenalan dan rasa ingin tahu anak-anak sudah mulai punah. Salah satu sebabnya, seiring perkembangan teknologi sudah sangat jarang bahkan tidak ada lagi sekolah yang mengenalkan flora dan fauna lewat dongeng maupun cerita rakyat.
Dulu, kalau kita masih ingat dongeng yang mengisahkan binatang selalu dibacakan di depan kelas. Toko buku saat ini pun sudah dijajah oleh gambar-gambar dari negara asing. Anak-anak pun lebih fasih mengenal kartun-kartun yang dibuat oleh negara asing dan ditayangkan langsung di berbagai media. Padahal dongeng dan cerita rakyat sangat banyak melibatkan binatang, mulai dari harimau, singa, gajah, orang utan, burung-burung, ikan, kepiting, semut hingga yang terkenal adalah kancil, kelinci dan kura-kura.
Sekarang anak-anak bahkan generasi muda tidak bisa membedakan antara koala dan kukang, monyet dengan kera. Karena sudah jauh dari lingkungan kita, tidak memiliki kedekatan apalagi empati kepada binatang. Anak-anak cenderung tidak peduli. Beberapa anak di perkotaan malah merasa jijik ketika melihat atau bertemu dengan binatang. Jikalau masih anak-anak saja sudah tidak peduli, apalagi ketika sudah memasuki masa dewasa. Akhirnya pengelolaan lingkungan tidak berjalan dengan maksimal.
Sekolah seharusnya tidak menyepelekan hal ini. Dari dongeng tentang cerita rakyat akan lebih tahu dan mengenal walaupun binatang yang ia dongengkan hanya berupa gambar. Hal ini karena keterbatasan di lingkungan yang tidak memadai. Tentu untuk memulai hal ini lagi tidak mudah. Globalisasi dan modernisasi sudah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Hanya peran guru dan praktisi pendidikan yang menjadi satu-satunya harapan kita.Â
Salah satu perang yang tidak kalah penting juga dari seorang guru Bimbingan Konseling. Mereka setidaknya memberikan pengarahan atas kemajuan siswa dan apa yang harus dimiliki siswa. Dalam kasus ini terkait dengan kecintaan lingkungan. Guru BK sebagai seorang konselor tentunya mempunyai wewenang untuk menggunakan strategi bimbingannya yang mengarah pada kecintaan siswa pada binatang.Wallahu a’lam bisshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H