Euforia akan kesuksesan Timnas U-19 di tahun 2013 rasanya masih menjalar di awal 2014 ini. Berbagai artikel silih berganti me-rewrite kehebatan teman-teman didikan coach IS.
Bukan hal yang salah memang, mengingat prestasi stagnan kakak-kakak U-23 yang spesialis runner-up atau kakak-kakak senior yang loyo dan mandul buat gol di Era paceklik prestasi yang dialami PSSI.
Tapi terlalu mendewakan Timnas U-19 sebagai generasi emas tentu bukan sesuatu yang dapat dibenarkan. Setidaknya belum. Masih butuh banyak pembuktian dari coach IS dan teman-teman U-19. Apalagi target selanjutnya adalah lolos Piala Dunia U-20. Tentu bukan hal yang mudah mengingat lawan memiliki kualitas yang lebih tinggi dibanding Timnas-timnas U-19 tingkat ASEAN.
Dan sebagai suporter yang cerdas, bukankah lebih pintar kalau kita mengurangi rangkaian artikel pujian yang memuat kehebatan teman-teman U-19. Bola itu bundar, sangat memungkinkan bagi teman-teman U-19 untuk kalah bila terlarut dalam alur pujian yang kita berikan. Apalagi untuk dibuatkan film tentang Timnas U-19, mungkin belum saatnya. Kita tahu masih banyak yang lebih hebat diluar sana.
Secara pribadi, kekalahan teman-teman Timnas U-19 saat match friendly sangat saya nantikan. Bukan sebagai upaya menjatuhkan, tapi sebagai upaya evaluasi bahwa teman-teman U-19 belumlah sempurna, agar dapat terlihat sesuatu-sesuatu yang masih kurang dan lekas diperbaiki. Sehingga saat turnamen yang sebenarnya, titel juara dapat menjadi harga pasti.
So, kapan kalah lagi Timnas U-19 ?
rawe-rawe rantas, malang-malang putung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H