Mohon tunggu...
Miati
Miati Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Universitas Madura

"Bismillah"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pudarnya Tradisi Sungkeman

18 Januari 2022   16:07 Diperbarui: 18 Januari 2022   16:41 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PUDARNYA TRADISI SUNGKEMAN


     Pulau madura merupakan sebuah pulau kecil, yang sangat kental akan keragaman budaya, tradisi, dan adat istiadat, Pulau yang terletak di bagian timur pulau Jawa ini mengandung banyak hal menarik di dalamnya, mulai dari ragam bahasa yang dimiliki masing-masing daerah hingga kehidupan sosia. Sangat banyak ditemui bersama di era modern kali ini banyak sekali daerah-daerah di Indonesia yang mulai bertransformasi ke arah modern, namun di pulau Madura ini masih melekat sekali akan budaya ataupun tradisi di kehidupan sehari-hari mereka. Salah satunya yaitu Tradisi sungkeman.

Tradisi sungkeman di pulau Madura merupakan suatu tradisi diantara sekian banyak tradisi-tradisi yang masih tetap ada disana ialah tradisi sungkeman, tradisi yang biasa dilakukan ketika hari raya idul fitri lebih tepatnya ketika selesai solat idul fitri, akan tetapi tradisi tersebut tak hanya dilakukan saat hari raya lebaran saja, melainkan pula tradisi sungkeman ini biasa dilakukan saat proses pernikahan, sebagaimana hal tersebut dilaksanakan setelah prosesi akad nikah oleh kedua mempelai lelaki dan wanita, tak hayal beberapa orang di Madura sana menganggap bahwa Tradisi semacam ini sangatlah penting dengan berbagai macam maksud dan tujuan yang mereka tanamkan, kemudian di momen tersebut biasanya melibatkan beberapa orang anggota keluarga yang diantaranya ialah kedua orang tua, dan nantinya tradisi tersebut dilakukan dengan cara anggota keluarga yang lebih muda harus mencium tangan anggota keluarga yang lebih tua, dalam hal ini salah satunya berupa rasa sikap taat dan patuh sang Anak terhadap kedua orang tuan, serta seorang pemuda terhadap orang yang lebih dewasa dalam keadaan bersimpuh dengan diiringi permohonan maaf yang terpancar dari semua itu, tradisi semacam itu tak lain dan tak bukan menurut penuturan beberapa orang di Madura, nyatanya bertujuan untuk dapat menimbulkan rasa hormat dan taat anak terhadap orang tua yang secara notabene sebagai bentuk pembaktian mereka selaku seorang anak terhadap kedua orang tua.


     Tradisi sungkeman di pulau Madura yang dilakukan saat lebaran ini dapat juga mengajarkan kita betapa pentingnya hormat terhadap orang yang lebih tua, prosesi sungkeman ini juga bertujuan agar saling memaafkan antara anak dan orang tua, sebagaimana didalamnya terdapat makna yang tersirat akan harapan semoga kedepannya bisa menjadi pribadi yang lebih baik, bukan hanya itu pula prosesi sungkeman ini selain memiliki tujuan yang sangat bagus, ternyata juga memiliki manfaat yang luar biasa, yaitu dengan adanya prosesi sungkeman tersebut, bisa membuat anak semakin menyadari akan pentingnya berbakti dan memerlakukan orang tua dengan baik. Tradisi sungkeman saat lebaran ini juga termasuk sebuah budaya Madura yang sudah melekat dalam tubuh masyarakat, terutama daerah-daerah plosok yang ada di Madura, mereka masih melestarikan budaya tersebut bahkan mereka melestarikan budaya tersebut tidak hanya lebaran tiba, namun ketika ada acara-acara besar yakni acara pernikahan, tradisi tersebut berjalan dengan lancar, hal tersebut juga menandakan rasa terimakasih seorang anak terhadap orang tua karena sudah membesarkan dirinya mulai dari masih balita hingga di hari pernikahannya, akan tetapi bukan cuma itu pula, sungkeman ini jika dilakukan ketika acara pernikahan juga menandakan tujuan seorang anak untuk meminta restu terhadap orang tuanya.


     Tradisi sungkeman di pulau Madura, merupakan tradisi yang sangat penting, namun terkadang tidak semua masyarakat melakukan tradisi sungkeman tersebut usai lebaran, ataupun usai pernikahan, mereka hanya melakukan dengan bersilaturrahmi saja dengan cukup berjabat tangan seiring dengan permohonan maaf dari anggota keluarga yang lebih muda ke yang lebih tua, tanpa adanya momen bersimpuh dari anggota keluarga yang lebih muda. Namun hal itu tidak berlaku terhadap semua masyarakat di Pulau Madura, hal itu cuma sebagian saja karena setiap anggota keluarga memiliki tradisi yang berbeda, ada yang menerapkan tradisi jawa, ada juga yang tidak.. Tetapi ada pula yang melakukan tradisi tersebut usai pernikahan, ataupun usai lebaran.


     Sebagian lagi Masyarakat di pulau Madura meski hidup di tengah zaman modern mereka masih tetap melestarikan budaya tersebut, walaupun disamping itu juga terdapat beberapa daerah yang sedikit demi sedikit telah menghilangkan tradisi tersebut. Karena menurut mereka sendiri ketika telah tiba hari lebaran, mereka menganggap tidak harus melakukan sungkeman, yakni hanya dengan dicukupkan berjabat tangan saja terhadap anggota keluarga yang lebih tua, serta mencium tangan anggota keluarga yang lebih tua , meskipun pada saat itu tetap diiringi dengan permohonan maaf. Kemudian dibalik semua keberadaan tradisi itu, ternyata kita masih bisa menemui dengan utuh beberapa golongan daerah yang masih tetap eksis melakukan tradisi lamanya tersebut, berbekal rasa hormat dan taat mereka terhadap sosok yang lebih tua, mereka lakukan hal tersebut dengan penuh hikmat, disertai dengan beberapa saling bercengkrama antara satu dengan yang lain.


     Tradisi sungkeman ini memang sebuah tradisi yang harus dilestarikan, meski waktunya bukan usai lebaran ataupun pernikahan, karena tradisi ini merupakan suatu tradisi yang bertujuan untuk menciptakan kerendahan hati, dan kesadaran di diri masing-masing tubuh manusia, serta ucapan terimakasih anak terhadap orang tua atas belas kasihnya sedari kecil. Jadi  untuk menunggu hal tersebut tidak harus menunggu lebaran ataupun pernikahan tiba, jika memiliki niat untuk berterimakasih terhadap orang tua atas jasa-jasanya selama ini, serta jika ingin merubah diri dengan mulai bersikap rendah hati, tidak harus menunggu lebaran ataupun pernikahan tiba. Namun untuk melakukan hal tersebut seperti anggota keluarga yang lebih muda berterimakasih ke anggota keluarga yang lebih tua ataupun meminta maaf terhadap anggota keluarga yang lebih tua, lebih lumrah ataupun lebih kaprahdi lakukan ketika usai lebaran, ataupun pernikahan, di bandingkan hari-hari biasanya. Dan hal itu tidak dijadikan sebuah permasalahan oleh keluarga yang lebih tua karena orang yang lebih tua itu lebih paham dan lebih mengerti tentang tradisi sungkeman, bahwasannya tradisi sungkeman itu lebih kaprah dan lebih lumrah di lakukan ketika usai lebaran ataupun pernikahan.


     Tradisi sungkeman ini juga merupakan sebuah tradisi yang sedikit demi sedikit masyarakat kurang melestarikannya, sehingga hal itu bisa membuat tradisi sungkeman tidak berkembang, seperti halnya dimasyarakat pelosok daerah pasean yang terletak di kabupaten pamekasan, disana rata-rata masyarakat kurang melestarikan tradisi sungkeman usai lebaran ataupun usai pernikahan, sehingga didaerah tersebuat tradisi sungkeman bisa jadi tidak  berkembang, karena pada dasarnya tradisi yang semakin berkembang dari zaman kezaman tergantung dari manusianya, seperti apa ia melestarikan tradisi tersebut.


     Oleh karena itu melestarikan sebuah tradisi merupakan suatu hal yang sangat penting dan kewajiban bagi masyarakat-masyarakat yang ada disekitarnya. Sebab dengan mereka semakin semangat melestarikan tradisi-tradisi tersebut termasuk tradisi sungkeman baik setahun sekali ataupun sebulan sekali bahkan seminggu sekali maka jelas tradisi tersebut akan semakin berkembang dan pastinya  akan semakin terkenal ke daerah-daerah sekitar. Melestarikan sebuah tradisi memang bukan suatu hal yang mudah, namun semuanya bisa terlaksana jika masyarakat satu dengan masyarakat yang lain bersatu dalam melestarikan tradisi-tradisi tersebut ataupun mengintegrasikan tradisi yang satu dengan tradisi yang lain, sehingg sebuah kebanggaan yang sangat besar jika kebersatuan masyarakat tersebut bisa menghasilkan sebuah tradisi yang baru, termasuk tradisi sungkeman yang kini kurang dilestarikan oleh masyarakat sekitar, maka tidak ada salahnya jika masyarakat sekitar bersatu dalam mengembangkan tradisi tersebut ataupun mengintegrasikan tradisi tersebut dengan tradisi yang lain, sehingga bisa menghasilkan tradisi yang baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun