Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tobat dari Keputusasaan Pengasuhan

12 April 2022   14:07 Diperbarui: 12 April 2022   14:13 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah Bunda yang dirahmati Allah. Jelang memasuki 10 hari kedua puasa tahun ini, semoga Allah senantiasa melimpahkan berkah dan ampunan.

Sangat mausiawi ketika di antara kita merasa stuck dan bingung harus berbuat apa saat harus menghadapi spontanitas dan impulsifnya anak-anak.
Meminta dengan cara memaksa sambil menangis dan teriak
Bertindak secara spontan dan merusak seperti melempar dan merusak barang, memukul dan atau tindakan fisik lainnya
Menangis manja di depan banyak orang
Menolak keras saat dimintai tugas atau saat diingatkan

Yuk kita coba kita refleksi alias ingat-ingat secara khusyuk, apakah di antara kita pernah berada pada kontes atau kondisi demikian.

Berikutnya, saat kita dalam keadaan lelah, ditambah dengan kondisi kurang nyaman, anak-anak kita mengekspresikan spontanitasnya (manja, marah, menangis, minta perhatian, dll), lalu seketika kita merasa sesak dada atau mungkin sakit kepala. Di saat yang sama, kita meneriaki keadaan dengan ungkapan hati kurang lebih seperti ini.
Menjengkelkan
Mengesalkan
Menyebalkan

Adapun di antara kita barangkali pernah berada pada kondisi klimaks, di mana kita merasa berada di puncak lelah sampai tak bisa berpikir tentang solusi bahkan untuk sekadar berpikir logis. Lalu terbersit dalam ingatan untuk menyesali umur. Maksudnya, menyesali keadaan diri yang masih hidup alias merasa lebih baik mati. Mentok.

Ya Allah, ya Rabb. Tak mudah untuk kita bisa tenang dan nyaman tanpa gangguan pikiran. Namun insyaAllah, kita berpegang pada-Nya, kita urai satu per satu masalah yang dihadapi, lalu kita lihat dan sisir dengan tenang orang-orang yang kehidupannya jauh sekali dari cukup alias serba terbatas dan serba kekurangan.  

Lelah itu lumrah. Setiap manusia, secara bersamaan memiliki hajat sekaligus bersama lelah yag harus dbayarkan. Termasuk dalam hal menghadapi anak-anak di rumah. Rewelnya, manjanya, marahnya, kadang atau sering membuat kita bertambah beban rasa. Namun lagi-lagi, itu bagian dari perjalanan yang harus sanggup kita hadapi.

Bahkan cukup penting bagi kita mundur ke belakang untuk melihat bagaimana orang tua kita menghadapi jumlah anak yang tak sedikit, harus dilayani dengan keterbatasan ilmu maupun keterbatasan ekonomi. Sampaikah mereka pada titik "stuck". Rata-rata mereka masih menghadapinya dengan wajar apa adanya. Padahal beban hidup bisajadi lebih berat disbanding kita hari ini.

Bismillaahi tawakkaltu 'alallah. Mari kita tobati hal-hal tak tepat yang pernah kita lalui. Termasuk masti kita tobati keputusasaan menghadapi tugas pengasuhan. InsyaAllah kita adalah makhluk belajar dan Allah Swt. Mahapengampun. Mari bermohon maaf dan berpasrah pada Allah Swt. bahwa kekhilafan kita tentang suatu hari di mana kita pernah menyesali kehadiran anak-anak, adalah bagian dari sebuah masa di mana kita belum cukup dewasa menyikpainya.

Semoga Allah Swt. senantiasa memberkahi jalan kita. Salam saying untuk keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun