Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jujur, Syukur, Mujur

30 Agustus 2021   06:50 Diperbarui: 30 Agustus 2021   07:05 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun begitulah, syukur dan jujurnya benar-benar diatas rata-rata. Hingga dari seorang yang sangat biasa bahkan tak punya apa-apa, mampu memberitakan kepada dunia adalah bahwa dirinya sangat "sesuatu".

Meski tak mudah, tapi setidaknya kita perlu azzam untuk menanamkan nilai jujur dan nilai syukur pada anak. Dan meski kita masih tertatih-tatih dalam melakukannya, setidaknya kita mempunyai energi tersendiri jika secara bersamaan kita melatih mereka menjadi manusia yang pantang megeluh.

Sekali waktu kita ajak mereka bersahabat dengan alam dengan berjalan kaki dan bekal seadanya. Kita biarkan mereka menangkap sebuah pemahaman bahwa bahagia ditebus oleh lelah.

Sekali waktu kita ajak mereka bermain ke belakang komplek perumahan yang tempati untuk sekadar melihat potret kehidupan yang sangat senjang. Sekali waktu kita ajak mereka menengok orang yang sakit. 

Kita bisikkan padanya bahwa kita masih diberi kenyamanan dalam bentuk raga yang sehat. Sekali waktu kita ajak mereka untuk melayat orang yang meninggal. Kita yakinkan padanya bahwa kita masih diberi nyawa.

Cukup sudah keegoisan mengemuka. Cukup sudah rangkaian keluhan menjadi cerita.

Seringkali kita mengatasnamakan keterbatasan materi sebagai sumber ketidakharmonisan dalam keluarga. Namun kita lupa bahwa yakin pada kebesaran Allah adalah segala-galanya. 

Seringkali kita memvonis pasangan kita sebagai lelaki yang terlalu lalai dan tak bisa sigap memenuhi nafkah keluarga, sementara kita mati rasa dalam mensyukuri segala nikmat yang hadir dalam setiap harinya.  

Seringkali kita tak puas dengan imbalan yang didapat, namun kita terlalu berat untuk berupaya lebih sempurna. Seringkali kita berharap agar nasib hidup kita mujur senantiasa. Namun kita tak mau berbuat adil dalam menjalani. MasyaAllah.

Rabbi. Semoga Engkau tuntun kami selalu, untuk menjadi orangtua yang mampu selamatkan mental anak-anak kami. Jangan biarkan anak-anak kami tumbuh sebagai generasi yang mudah berkata lelah dan enggan bersusah payah. Jangan biarkan mereka menjadi individu-individu pragmatis dengan daya juang yang terus terkikis.

Rasulullah Saw sangat berharap agar kita menjadi Mulim yang kuat dan taat. Muslim yang berdaya dan mampu memberdayakan. Muslim yang qana'ah akan pemberian Allah dan sabar menanti momentum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun