Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pengasuhan

Mengenal Diri, Mengenal Buah Hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kita Sedang Menghadapi Manusia, Bukan Benda

26 Juli 2020   23:49 Diperbarui: 29 Juli 2020   05:05 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang murid baru tingkat Sekolah Dasar (SD) mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) secara daring dari rumahnya di Blitar, Jawa Timur, Senin (13/7/2020). (Foto: ANTARA/IRFAN ANSHORI)

Betapa tidak, smartphone tersebut digunakan hampir seharian dalam setiap hari pembelajaran. Bahkan sekadar dirinya butuh untuk keperluan kajian atau rapat dan sejenisnya, itu tak leluasa bahkan cukup terbatas.

Bayangkan, sebagai orangtua, harus terdominasi penggunaan smartphone-nya demi pembelajaran daring seharian anak-anaknya. Dan harus pula menyediakan kuota internet yang tak bisa kosong dalam setiap harinya.

Ketiga, betap tak samanya kondisi sosiologis bangsa kita. Ada yang berlatar keluarga berpendidikan dan tak masalah denga bekal finansial, dan ada pula kondisi sebaliknya di mana latar belakang pendidikan sangat terbatas plus kesanggupan ekonomi di bawah rata-rata.

Dan bukan tak ada juga, kelompok tertentu yang memang sangat tak terjangkau kuota maupun sinyal. Lengkap sudah.

Betapa terasa adil, saat faktor sosiologis ini menjadi takaran. Untuk masyarakat perkotaan, dengan pemahaman pendidikan yang baik, dengan daya beli yang cukup, dengan sinyal yang memadai, pembelajaran daring sangat representatif untuk digelar.

Namun akan sangat berbeda dengan kelompok masyarakat yang kelimpungan untuk sekadar membeli kuota. Wajar saat mereka menjerit megeluhkan masalah ini. Dan lebih ekstrem lagi untuk kondisi yang lebih rumit di mana secara bersamaan, kuota dan sinyal benar-benar tak terjangkau.

Oleh karenanya, kenapa poin ini tidak jadi satu pertimbangan untuk dibolehkannya pembelajaran tatap muka. Minimal untuk daerah tertentu dan kondisi tertentu.

Terlebih dengan kondisi masyarakat tersebut berada di pegunungan atau pelosok, yang secara kasat mata tak tertembus oleh covid-19. Namun tentu saja, pikiran ekstrem ini hanya sebatas andai-andai, meski berharap layak sebagai gagasan.

Adapun ketika pemerintah berwenang atau dinas terkait menawarkan sistem kunjungan ke rumah (home visit), maka apakah hal demikian terlaksana secara substansif atau sekadar menggugurkan aturan.

Terlebih ketika sistem kunjungan ke rumah dan menghimpunkan 1-8 orang murid yang merupakan satu teritori tempat tinggal, tidak lebih efektif dengan pembelajaran di sekolah dengan sistem pembagian rombongan dan pembagian hari masuk.

Keempat, sejatinya momentum musibah dampak wabah ini menjadi mercusuar Mas Menteri dan jajaran untuk membesarkan hati para stake holder. Membesarkan hati para murid, para orang tua, para guru, para pengampu lembaga pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun