Mohon tunggu...
Miarti Yoga
Miarti Yoga Mohon Tunggu... Penulis - Konsultan Pendidikan Keluarga

Menjalani Peran Pengasuhan Berkesadaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fenomena Pandemi Menjembatani Banyak Inovasi

22 Juli 2020   03:07 Diperbarui: 22 Juli 2020   03:53 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa sadar, pandemi mengharuskan diri berinovasi dalam tak terbatasnya jarak, ruang, dan waktu.

Kemarin, bahkan kemarinnya lagi, dan sekian tahun sebelumnya. Aplikasi-aplikasi sejenis Zoom Meeting, Google Meet dan lain-lain, itu memang telah ada. Maksudnya, bukan hal yang benar-benar baru.

Dan banyak di antara kita yang relatif tak merasa "mendesak" untuk menggunaknnya. Namun di hari ini, di era dampak wabah ini, saya jujur pada diri, bahwa semua fasilitas tersebut pada akhirnya djelajah dan terjelajah.

Pun, bulan pertama memasuki masa pandemi, saya harus tersenyum mengobati hati saat beberapa jadwal undangan bicara tertakdir auto batal.

Tetapi tentu saja, batalnya jadwal-jadwal bicara di atas panggung seminar dan pelatihan, tak berarti putus kesempatan. Tak bisa ditafsirkan sebagai sesuatu yang mentok atau permanen. Terlebih saat kembali pada rutinitas mengurus A B C D sekolah, saat harus menggarap naskah, rasanya dibuat lupa dengan baper-nya batal acara.

Dan tanpa terasa, menginjak bulan kedua, ketiga, dan seterusnya, seolah menjadi familier dengan media-media virtual. Media yang membantu kebradaan diri yang terbatas ruang, menjadi seolah-olah bertemu, berdialog, saling evaluasi, dan seterusnya.

Pun untuk seminar. Perlahan tevirtualkan. Bahkan dalam sepekan kemarin. Saya harus siap dari webinar ke webinar, dengan materi dan kebutuhan yang berbeda, dengan slide power point yang tak sama antara satu sama lain.

Suka dukanya? Bismillah. Apa pun kebaikan yang ditempuh, akan berbanding lurus dengan indahnya ladang tafakur. Termasuk ketika saya harus membedakan antara webinar dan seminar tatap muka langsung? Mana yang lebih asyik? Mana yang lebih nyaman?

Dua-duanya punya keunggulan yang tak bisa disamaratakan. Seminar offline, tentu sangat kaya dengan kesan silaturahim. Belum lagi indahnya perjalanan dari rumah ke tempat tujuan. Akan menjadi wisata tersendiri. Seminar virtual, dengan sangat mudahnya bisa dilakukan di rumah. Bahkan hanya dengan membuat settingan green screen, kita bisa bebas membuat latar yang kita kehendaki. Namun meski di rumah sekalipun, tetap saja tak bisa menanggalkan kerapian dan kesopanan berbusana. Plus memastikan quota dan signal. Dua sisi yang tak bisa dipisahkan.

Namun perbedaan demikian tak berarti untuk dipermasalahkan. Hal teknis yang tak perlu dianggap prinsip. Apalagi hari ini kita masih bergerak dalam keterbatasan dampak covid. Yang ada adalah, bagaiman tetap produktif berbagi kebaikan dan bagaimana tetap tangguh menyambung kehidupan.

Dan untuk menyambut hadirnya Hari Anak Nasional, saya beserta rekan di Sekolah Zaidan Educare, tetap berupaya berbuat. Minimal, bisa memberikan aksi lewat KBM yang digelar oleh masing-masing wali kelas. Minimal lagi, dapat berbagi SUGESTI, dapat berbagi ENERGI, baik untuk para orang tua maupun bagi para guru. Karena hakikatnya kita adalah insan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun