Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Lelaki yang Menginginkan Sepasang Sayap Itu Bernama Luka

20 Juli 2022   12:47 Diperbarui: 28 Juli 2022   21:25 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustration by Joanna Rusinek

Aku menarik napas panjang. Kucing ini adalah kucing yang selalu menempel pada laki-laki menyebalkan itu. Ini sangat menyebalkan, tapi akhirnya kuputuskan untuk mendengarkannya bercerita panjang lebar tentang laki-laki itu.

Itu bukan kisah yang menyenangkan untuk didengarkan, tapi laki-laki itu baru saja mengakhiri hidupnya dengan sengaja. Rupanya senyum itu, dia hanya terjebak di dalamnya. Seperti sebuah topeng yang tidak bisa lepas dari wajahnya dan menggerogoti hingga bagian terdalam dari jiwanya.

Aku tidak mengerti. Sebagai orang yang biasa meluapkan semua emosi ke permukaan begitu saja, aku masih tidak mengerti mengapa orang-orang lebih suka menyembunyikan kesedihan mereka di balik topeng dengan tertawa sepanjang waktu seperti itu. Seorang pembohong yang ternyata mudah menyerah, benar-benar mengerikan.

Kurasa aku harus mengakui satu hal yang memalukan. Sejujurnya, selama ini aku selalu berpikir jika aku melakukan hal-hal yang kuinginkan, aku tidak akan pernah merasa menyesal. Kupikir, jika aku mengejar hal-hal yang kuinginkan dan berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya, aku tidak akan menyesalinya suatu hari nanti. Tidak peduli sesakit atau sehancur apapun yang kurasakan, aku tidak akan pernah menyerah, karena kupikir aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan apa yang kuinginkan.

Kupikir setelah bersikeras seperti itu, setidaknya aku tidak perlu lagi menyesali banyak hal, tapi itu semua tidak benar. Seringkali aku tetap merasakan penyesalan-penyesalan seperti itu. Tetap saja aku lebih sering merasa sedih atas apa yang terjadi pada diriku dan pilihan-pilihan yang kuambil selama ini.

Tapi walaupun begitu, ini semua tidak terlalu buruk juga. Jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku bisa merasakannya dan selalu percaya bahwa menyesal karena melakukan sesuatu yang benar-benar kuinginkan jauh lebih melegakan dibandingkan menyesal karena menyerah dan tidak melakukan apapun untuk hal-hal yang kusukai. 

Di dunia ini yang menderita bukan hanya aku seorang. Masih ada lebih banyak orang menderita kelaparan, mati karena perang dan sebagainya. Jadi kupikir, terjebak di dasar tergelap dan dingin seperti ini pun tidak masalah. Aku akan tetap hidup, tidak peduli bagaimanapun caranya.

Untuk pertama kalinya aku berkata dalam hati, syukurlah aku bukan orang yang akan menyerah semudah itu.

Aku menoleh, menatap kucing di sampingku. Ia masih sesenggukan menceritakan semua hal tentang laki-laki yang ternyata menginginkan sepasang sayap untuk langsung pergi ke surga itu. Aku akan selalu mengingat namanya, Luka. Laki-laki yang menginginkan sepasang sayap itu bernama Luka. 

Kuharap dia benar-benar mendapatkan sepasang sayap itu di atas sana. Kuharap dia bisa tersenyum lebar dengan lebih baik, bukan untuk menyembunyikan semua lukanya, tapi benar-benar tersenyum dari lubuk hatinya. Kurasa senyumnya akan terlihat jauh lebih indah dari yang biasa kulihat. Aku sangat menantikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun