Mohon tunggu...
Mia Diandry
Mia Diandry Mohon Tunggu... Pekerja Keras -

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ( التحريم Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[100Puisi] Mengais Rupiah Di Kawah Gunung Bromo

19 Februari 2016   20:39 Diperbarui: 19 Februari 2016   22:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

       "Mbak, mari mbak cuma sepuluh ribu rupiah saja mbak seikat bunga Edelweis bisa bikin abadi cinta mbak lho..." Tawar gadis kecil kira-kira seumuran 9 tahun

      "Lima belas ribu rupiah saja, yang bentuk boneka nih mbak, dan ga akan layu..." Gadis cilik itu melanjutkan sambil mengikutiku yang akan menaiki undakan tangga menuju ke puncak kawah gunung Bromo

Sepenggal percakapan di atas mengingatkanku sewaktu aku berlibur ke rumah teman di Madiun, aku di ajak ke Probolinggo ke rumah tantenya, namun sebelum ke rumah tantenya aku di ajak jalan-jalan melihat lautan pasir di kaki gunung Bromo sekalian melihat kawah gunung Bromo dari dekat.

     Nun di ujung fajar kala ayam jantan mulai nyaring berkokok, saat insan masih bergumul selimut kau telah siap bergumul dengan maut, malah berpacu dengan gelegak panas belerang di bawah sana, kau lincah turun menapaki terjalnya lereng kawah, tanpa memakai alat bantu tongkat penyangga badan, ataupun sekedar masker pelindung dari debu dan bau sangit belerang, kau tetap garang menerjang.

        Sesekali tanganmu menyeka keringat yang mengucur di wajah dan leher dengan ujung baju lusuh yang kau kenakan, dingin hawa pegunungan bercampur panasnya udara kawah tak kau peduli sedang istri dan anakmu menanti di atas tebing dengan sabar, namun yang kau ingat hanya anak dan istri, bagaimana mencari uang untuk memberi nafkah anak dan istri.

       Entah sampai kapan kau terus memetik dan terus mengais rupiah di sana, bunga Edelweis seakan mengerti dirimu, mereka tumbuh dan terus tumbuh, takkan pernah habis, mereka berikan tubuhnya untuk kau gantikan dengan lembaran rupiah, demi sesuap nasi untuk menyambung hidup sehari-hari.

       Aku tak pantas mendapatkan bunga Edelweis dengan sedikit lembaran rupiah saja, pengorbanan dan kemampuanmu memetik bunga Edelweis di bawah sana sungguh membuatku meringis, hati menangis, bunga-bunga Edelweis pun mampu memberikan sedikit tubuhnya untukmu, aku bisa apa....???

 

Bima, 19 Februari 2016

Mia Diandry

 

 

CERITA INI NYATA DAN BELUM PERNAH DI PUBLIKASIKAN

GAMBAR DARI DOKUMENTASI PERIBADI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun