Kalau boleh berandai-andai, mestinya pilpres digelar sebelum bulan ramadhan. Bulan paling suci untuk umat islam yang menjadi mayoritas di negri ini.
Sejak kecil saya diajarkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan untuk menahan diri dari segala hal yang negatif yang (mungkin) dikerjakan di bulan-bulan lainnya. Di bulan ini umat islam diperintahkan untuk tunduk dan menunjukkan bukti bahwa dia adalah insan yang bertakwa. Implementasi bertakwa menjadi banyak sekali. Terutama yang berhubungan dengan sang pencipta - beribadah sempurna - dan itu menjadi ruang pribadi masing-masing. Juga yang tak kalah penting adalah berbuat baik kepada sesama manusia - yang bisa dilihat kasat mata karena menyangkut perbuatan dan perkataannya.
Ngeri rasanya melihat perbuatan-perbuatan dan perkatan-perkataan yang bertebaran sepanjang pilpres tahun ini. Berharap semua mereda di bulan ramadhan ternyata sia-sia. Semua yang diumbar di ruang publik malah semakin beringas dan tidak masuk akal! Belum lagi fitnah-fitnah yang mengatasnamakan agama, kebenaran dan kepentingan rakyat.
Mencoba menghindar dari hal itu semua hampir tidak mungkin. Revolusi teknologi telah menyebabkan semua bisa didapat bahkan tanpa diminta.
Dear KPU, patut diduga manusia Indonesia belum sepenuhnya cerdas. Apalagi bertakwa. Mungkin termasuk saya, yang mendadak suka jadi kesal maksimal kalau dalam diskusi jagoan saya difitnah ini itu dan akhirnya ikut terlibat dalam debat yang kontra produktif.
Jadi mohon bapak ibu KPU yang terhormat, tahun pemilu berikutnya, jangan letakkan lagi pileg atau pilpres di bulan ramadhan seperti sekarang. Permintaan khusus ini tidak ada kaitannya dengan perhitungan atau strategi politik apapun karena saya tidak sepenuhnya paham mengenai hal-hal tersebut.
Permintaan khusus ini semata-mata karena saya :
- Rindu bulan suci yang menenangkan hati. Bukan yang bahkan dalam acara buka bersama masih berdiskusi panas keunggulan calonnya masing-masing atau hampir tiap menit disuguhi berita baru yang membuat geleng-geleng kepala dan urut dada
- Rindu bulan suci yang berlomba-lomba mencari kebaikan bukan yang berlomba mengumbar fitnah dan kebohongan dan tanpa rasa malu menyebarkannya.
Berharap ini adalah sebuah permintaan sederhana dari manusia yang sedang belajar untuk bisa lebih bertakwa. Karena yang sederhana biasanya mudah untuk diwujudkan. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H