Mohon tunggu...
Miaa junita
Miaa junita Mohon Tunggu... Lainnya - student

Only a life lives for others is a life worthwhille. - Albert Einstein,1932.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Garuda di Tanah Konflik

21 Maret 2020   17:07 Diperbarui: 21 Maret 2020   17:27 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Sepanjang sejarah manusia, perang antar bangsa tak pernah usai, puncaknya adalah perang dunia II yang menewaskan 62 juta jiwa penduduk sipil maupun militer. Akhir perang dunia II menyadarkan para pemimpin-pemimpin dunia. Apabila perang dunia III terjadi,maka kiamatlah dunia kita ini karena telah ditemukan senjata nuklir yang telah menghancurkan kota Nagasaki dan Hiroshima. Maka, pada tahun 1945 dibentuklah Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan manusia dan perdamaian dunia.

Pada tahun 1957, terjadi perang antar Mesir dan Israel, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan pasukan militernya dengan tujuan menjaga perdamaian dunia. Pasukan ini oleh bung Karno diberi nama pasukan Garuda. Hingga kini pasukan Garuda tetap menjaga perdamaian di wilayah-wilayah konflik,seperti Kongo, Sudan, dan Lebanon.

Di perbatasan Lebanon dan Israel, mereka membawa nama Garuda, mencoba ciptakan perdamaian di negeri penuh sangketa. Pada 12 Juli 2006, terjadi perang antara kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon dan Israel. Israel Utara dan dataran tinggi Golak berkecamuk, bising oleh rentetan bersenjata dan dentuman mesin. 

Konflik Hizbullah dan Israel sebenarnya sudah terjadi sejak lama yang berawal dari masalah persoalan keamanan di Lebanon dan Israel, akan tetapi konflik ini semakin memanas pada bulan Juli 2006, sehingga terjadilah perang yang semakin dipicu oleh penawanan 2 orang prajurit Israel. Israel pun melakukan tindakan militer dengan menyerang Lebanon serta membunuh para warga sipil dan menghancurkan sarana prasarana guna membebaskan kedua tentaranya. Konflik yang terjadi di Lebanon ini adalah dampak dari perang saudara Lebanon yang terjadi pada 1975-1990 karena adanya pertikaian antara pengungsi Palestina dengan Partai Komunis dan Sosialis di Lebanon yang melibatkan pihak-pihak negara. 

Dalam perang 34 hari ini, satu persatu nyawa melayang, di Lebanon saja setidaknya 1000  nyawa warga sipil tercabut dengan sia-sia. Melihat jumlah korban yang tak henti berjatuhan, Badan keamanan Dunia PBB kemudian memprakarsai sebuah gencatan bersenjata, setelah proses negosiasi yang lambat dan panjang, gencatan senjata akhirnya disepakati. 

Dewan keamanan PBB kemudian mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri kekerasan di Lebanon. Salah satu isinya adalah penambahan pasukan dari Unitid Nations Interim Force In Lebanon (UNFIL) sebanyak 15.000 personil di selatan Lebanon. Selain bertanggung jawab dan membantu untuk mendukung negara Lebanon, UNIFIL juga mendapat perintah untuk memastikan bahwa tidak akan ada lagi konflik bersenjata yang terjadi di wilayah Lebanon.

Di negeri bertanah pasir itulah Indonesia menugaskan kontingen Garuda. Di kontingen ini, Letnan Inf. Antonius Ernesto Dilliano bertugas sebagai komandan dan peleton di kompi B satuan tugas Indonesian Batalyon atau SATGAS INDOBATT 23. Salah satu tugas utama kontingen Garuda adalah menjaga blue line atau garis khayal yang berfungsi sebagai batas negara Lebanon. Blue line memiliki panjang sekitar 120 Km, sementara Kontingen Garuda mendapat tanggung jawab 5 Km blue line. Tugas mereka adalah memastikan terciptanya perdamaian antara pihak Lebanon dan Israel. Tugas lain yang wajib dilaksanakan adalah patroli rutin sepanjang wilayah Adchit Al-Qusayr di Lebanon Selatan. 

Patroli memungkinkan mereka untuk mengenal masyarakat sekitar, meski masih menatap orang asing dengan waspada, kontingen Garuda termasuk yang mereka sambut dengan hangat. Karena selain ahli dalam berperang, kontingen Garuda juga ahli dalam bersosialisasi. Berbagai pendekatan dilakukan untuk berbaur dengan masyarakat sekitar, mulai dari menjadi seorang guru hingga bercengkrama bersama anak-anak, hal ini menjadi pemandangan biasa sembari kontingen Garuda menjalankan tugasnya. Selain dikenal ramah tamah, kontingen Garuda juga sering memperkenalkan budaya Indonesia, seperti tarian dan makanan khas Indonesia kepada para kontingen negara lain yang juga sedang menjalankan misi UNIFIL di Lebanon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun