Sikap yang kedua adalah latitude of rejection. Sikap ini ditunjukkan apabila penawaran persuader sangat jauh dari judgment of reference point dan ego-involvement. Penolakan ini akan menghasilkan efek kontras, dimana dimungkinkan terjadi distorsi persepsi yang menimbulkan penolakan atas suatu ide. Yang terakhir latitude of non-commitment ialah kondisi tidak adanya tanggapan atau keputusan dari suatu bujukan.
PenutupÂ
Dengan menggunakan Social Judgement Theory, tim pemenangan kandidat bisa memprediksi keberhasilan performa debat masing-masing. Dari teori ini pula, dapat diukur penerimaan atau penolakan khalayak terhadap program dan gagasan yang ditawarkan. Semakin dekat program yang dirancang dengan permasalahan yang ada, maka akan menyentuh ego-involvement masyarakat.
Namun, keberhasilan menguasai panggung debat juga tidak menjadi tolok ukur kemenangan kontestasi pemilihan. Hanya saja bisa menjadi pertimbangan dan bukti penguasaan pemecahan masalah yang sedang dan akan dihadapi.
Narasi perdebatan ide dan gagasan akan jauh lebih baik bila tidak berhenti hanya pada panggung kontestan. Tapi juga di arena media massa, diskursus pembangunan bangsa harus terus dibangun, agar kesadaran masyarakat luas akan peran dalam memajukan bangsa semakin tajam. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H