Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelukis Senja

2 Juli 2016   22:06 Diperbarui: 2 Juli 2016   22:14 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak perlu kau marah, Mayaku. Terlalu dangkal kau tafsirkan permainan itu. Lihatlah seorang bocah kecil berkaleng bekas menabuhkannya bertalu-talu. Ia susuri aspal panas ibukota. Nyalinya tak pernah surut. Dia yakin recehan itu akan singgah satu dua keping setiap harinya. Tak pernah ia gadaikan mimpinya itu dengan permainan lego. Lagu yang dia nyanyikan bukan lagu bajakan milik para pesohor juga musiknya itu, ia rangkai dari rasa yang menjadi ibu peri penolongnya. Di tengah hari tiba, sebutir nasi pun akan ia nikmati meski tak berlauk daging pun pizza seperti anak gedongan.

“Aku kalah!?” Maya seakan menyerah.

Tidak, kau tak pernah kalah karena permainan itu baru saja kau akhiri. Ini babak baru saatnya kau ubah polamu memandang lukisan senja ini. 

***

Lelaki entah harus kusebut apa dirimu, kau adalah warna yang melukis keindahan senja itu. Kusematkan janjimu yang bergaung di antara bayangan takdir tempo hari menerorku. Kini kutahu kau benar-benar pelukis andalan. Nalurimu tajam setajam guratan yang kau ceritakan di atas kanvas-kanvas hitam.

Kupandangi guratan-guratan lukisanmu di galeri kecil itu. Semua tampak jujur. Aku berharap lukisanmu itu menjadi takdirku di atas langit-langit biru.

Kau pelukis waktu yang hadir menemani sore terindah di antara sunset cintaku. Lukisan itu benar-benar nyata. Kau dan aku penghias cakrawala menyambut gemintang malam ini. “Dave, kau lelakiku pelukis senja itu.” Mata Maya berbinar menggenggam jemari seniman jalanan ibu kota itu. 

Mia ismed, Tanah Bumbu, 08 Maret 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun