Mahasiswa adalah salah satu agen perubahan, sebagai penyambung lidah masyarakat dan jelas mempunyai watak revolusioner. Mahasiswa bukanlah agen-agen jalanan yang menawarkan beberapa produknya. Tapi agen yang menyuarakan aksi. Aksi demi sebuah perubahan. Membela masyarakat yang tertindas. Musuh besar birokrasi dan pemerintahan yang kotor.
Namun, mahasiswa sekarang sudah tidak seperti masa orba hingga reformasi. Idealisme mereka hilang tertelan keadaan. Entah apa yang menjadi permasalahannya, namun semua itu terjadi sekarang ini. Namun tidak dengan Toni.
Toni mulai terbiasa dengan identitasnya sekarang sebagai seorang mahasiswa. Pola pikir ia sudah mulai berbeda. Ia sudah mulai sok kritis. Hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikirannya langsung ia kritisi semacam anak perempuan yang sedang haid. Salah sedikit saja naik darah. Seperti gunung yang hendak meletus.
Kata-kata ia keluarkan semua. Teori barat hingga timur ia kuasai. Sayang teori-teori yang seharusnya didapatkan di kelas malah ia nomor duakan. Ada baiknya ketika belajar keduanya. Teori kelas dalam hal ini adalah mata kuliah yang sesuai dengan jurusannya dan teori-teori lain yang tidak diajarkan di kelas.
Pemahaman-pemahaman baru akan muncul dan secara tidak langsung akan sinkron dengan pembahasan di kelas. Waktu presentasi akan semakin riuh dan terdengar hebat bagi anak-anak aktifis. Apalagi Toni yang sudah berpikir kedepan akan ikut beberapa organisasi untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Ia tak mau kalah dengan orang-orang yang menjadi penggerak dimanapun berada. Sosok yang menjadi inspirator bagi dirinya adalah ayahnya sendiri yang merupakan jebolan aktifis 98. Masa reformasi turunnya rezim orde baru.
Berdasarkan sejarah memang benar bahwa sosok seorang mahasiswa memang hebat dan sekaligus sangat diwaspadai oleh birokrasi atau pemerintahan. Waktu orba berlangsung dimanapun mahasiswa berkumpul untuk berdiskusi pasti langsung dibubarkan oleh oknum berseragam. Mahasiswa memang diberikan otak yang sangat idealis. Namun, masa sekarang ini sudah berbeda. Mahasiswa terbagi dalam beberapa tipologi salah satunya ada aktifis, akademis, dan hedonis. Perkembangan zaman memang banyak mempengaruhi segala aspek mahasiswa.
Semester dua menuju tiga. Toni mulai bergabung organisasi kampus. Ia mengerti segala aspek tipologi mahasiswa seperti yang melekat pada dirinya. Ia aktifis tapi juga mahasiswa akademis. Tidak pintar tapi dia rajin untuk berangkat kuliah. Ya walaupun di kelas hanya tidur saja. Banyak yang suka dan banyak pula yang tidak suka. ya begitulah hidup. Wajib jadi omongan orang lain. Seperti yang dikatakan teman kelasnya kepada Toni waktu perkuliahan berlangsung.
"Kuliah bukannya belajar malah tidur aja lo Ton" sambil melempar kertas ke arah Toni yang sedang asik bermimpi disiang bolong.
"Yang penting kan masuk kelas, waktu presentasi ya presentasi, waktu ada tugas ya dikerjakan, kalau ngatuk ya tidur" kata Toni sambil tertawa dan dilanjut bermimpi.
"Bangun Ton bangun!" seru teman sampingnya.
"Kenapa lagi si? Enggak tahu apa sini lagi bermimpi ketemu malaikat!" Toni terbangun.