Saya baru saja turun dari bus pada perjalanan Jakarta-Bandung Sabtu sore itu, dan terhenyak membaca berita ini di hape: pesawat S* A* 182 rute Jakarta-Pontianak mengalami musibah kecelakaan.
Jangan-jangan, pesawat itu...
* * *
Jumat sore ini saya akan ke Bandung via Jakarta. Tiket telah kupesan dua hari sebelumnya. Maskapai C*. Bergegas saya menuju counter check-in di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Lowong. Tak ada antrean seperti biasanya. Saya membuka ponsel, menunjukkan tiket elektronik dan KTP ke petugas.
Petugas itu mencocokkan data saya pada daftar penumpang di komputernya. Melirik saya sekilas dengan dahi berkerut. Dia lalu menelepon seseorang. Mereka berbicara sambil sesekali mengamati tiketku.
"Pak. Jadwal pesawat Bapak tadi subuh."
"Hah?" Jantung saya seketika berdegup kencang.
Dia menunjukkan angka yang menunjukkan waktu pada tiket: 04:00.
"Mungkin Bapak mengira ini jam empat sore. Ini jam empat subuh, Pak. Untuk jam empat sore, akan tertulis 16:00."
Ya, ampun! Sungguh saya tidak menyadari kalau jam 04:00 yang tertera di tiket itu adalah jam empat subuh. Ketika masih memilih-milih tiket dua hari lalu, saya sama sekali tidak pernah memikirkan bahwa waktu keberangkatannya adalah subuh hari. Di otak saya, penerbangan saya adalah jam empat sore hari.
"Mbak, apa tiket saya bisa dialihkan untuk penerbangan berikutnya?" Pintaku penuh harap.