Sejatinya manusia merupakan makhluk sosial atau homo socius, oleh karena itu kehidupan manusia dibangun diatas hubungan yang dirajut  melalui pertukaran gagasan, perasaan, informasi sehingga dalam upaya pemenuhan kebutuhannya manusia tak lepas dari kehadiran manusia lain. Sebagaimana kita pahami bersama bahwasanya dalam pemenuhan kebutuhan tersebut maka manusia membutuhkan "media" dalam menyampaikannya dan jawabannya adalah komunikasi.  Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi kebutuhan dasar individu, komunikasi hadir sebagai medium untuk mengutarakan kebutuhan fisiologis maupun psikologis. Lebih lanjut dalam sebuah riset, komunikasi melibatkan berbagai proses berpikir yang diatur oleh bagian-bagian tertentu di otak. Balconi dalam bukunya yang berjudul "neuropsychology of communication" ingin menyampaikan bahwa dengan memahami komunikasi dari lensa neuropsikologi kita diajak untuk melihat lebih dekat bagaimana otak mengolah informasi, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal, serta bagaimana emosi turut mempengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain.
Memahami Aphasia Broca
Namun, tidak semua individu memiliki kemampuan berkomunikasi yang sama. Dewasa ini, konsep individual differences atau perbedaan individu menjadi hal yang tak bisa kita nafikan. Setiap manusia yang hadir di muka bumi memiliki karakteristik unik, baik itu dari segi fisik, kognitif, maupun sosial. Menelisik lebih jauh di tengah perbedaan tersebut, terdapat sekelompok individu yang menghadapi tantangan khusus dalam komunikasi akibat kondisi medis yang disebut aphasia, salah satunya adalah aphasia broca.
Mungkin istilah Aphasia Broca belum begitu dikenal oleh masyarakat luas karena terminologi ini lebih akrab di dunia medis. Individu dengan aphasia broca mengalami gangguan bahasa yang terjadi akibat kerusakan pada area Broca, bagian otak yang bertanggung jawab atas produksi bahasa. Bayangkan sebuah orkestra yang memiliki komposer berbakat tetapi kehilangan konduktornya tentunya melodi yang dihasilkan menjadi terputus-putus, meskipun notasi musiknya tetap dipahami. Begitu pula dengan penderita kondisi ini mereka sering kesulitan menyusun kalimat yang lancar atau kompleks. Sementara area Broca berperan dalam menyusun kata-kata, area Wernicke bekerja layaknya penerjemah, memastikan makna pesan tetap utuh. Pada penderita aphasia Broca, kemampuan memahami bahasa biasanya tidak terganggu, tetapi proses untuk mengubah ide menjadi ucapan seringkali terhambat. Misalnya, mereka dapat memahami perintah seperti "ambil gelas itu," tetapi hanya mampu merespons dengan kata-kata seperti "gelas" atau "ambil." Kondisi ini biasanya disebabkan oleh stroke atau trauma pada otak, dan dampaknya dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya. Implikasi dari persoalan ini memungkinkan mereka mengalami frustasi karena tidak mampu menyampaikan apa yang mereka pikirkan, walaupun ketika ide-ide di kepala mereka sudah matang. Fenomena ini bukan hanya menjadi tantangan medis, tetapi juga sosial, karena kurangnya kesadaran masyarakat sering kali membuat penderita aphasia Broca merasa terisolasi.
Mengapa Kesadaran Kepada Mereka Penting?
Membangun awareness terhadap aphasia Broca bukan sekadar soal mengenali kondisi medisnya, tapi lebih dari itu, soal bagaimana kita bisa menciptakan lingkungan yang ramah dan mendukung. Banyak orang yang kurang memahami, sehingga penderita aphasia sering kali diatribusikan "tidak pintar" atau "susah diajak ngobrol". Padahal, masalah mereka bukan terletak pada kecerdasan, melainkan pada kemampuan untuk menyusun dan menyampaikan kata-kata. Bayangkan jika kita berada di posisi mereka betapa frustasinya kita ketika ingin berbicara tetapi kata-kata tidak keluar seperti apa yang sudah dipikirkan dengan matang. Hadirnya support dari orang-orang di sekitar mereka sangat penting. Menunjukkan empati dan pengertian, salah satu langkah dasar untuk membantu mereka merasa diterima dan tetap semangat untuk berusaha berkomunikasi. Hal kecil seperti bersabar saat berbicara atau menggunakan cara-cara sederhana untuk membantu mereka mengungkapkan pikiran tentunya memberikan dampak substansial bagi mereka.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mendukung teman atau keluarga yang mengalami aphasia Broca, agar mereka merasa lebih nyaman dan diterima dalam berkomunikasi.
- Berkomunikasi dengan sabar cobalah untuk berbicara dengan kalimat yang sederhana dan beri mereka waktu untuk merespons. Jangan terburu-buru atau menyelesaikan kalimat untuk mereka. Kesabaran sangat penting agar mereka merasa dihargai dan tidak tertekan.
- Gunakan bahasa nonverbal selain berbicara, kita juga bisa menggunakan isyarat, gambar, atau tulisan untuk membantu mereka memahami pesan. Ini bisa mempermudah komunikasi dan memberikan lebih banyak cara untuk mereka menyampaikan apa yang ingin dikatakan.
- Berikan dukungan emosional penting untuk menunjukkan empati dan pengertian. Jangan biarkan mereka merasa terisolasi atau tidak dihargai. Sering kali, dukungan emosional yang tulus bisa membuat mereka merasa lebih percaya diri dan semangat untuk terus berusaha berkomunikasi.
- Edukasi diri dan orang lain pelajari lebih banyak tentang aphasia dan ajak orang-orang di sekitar untuk lebih memahami kondisi ini. Semakin banyak yang tahu, semakin mudah bagi penderita aphasia untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari tanpa merasa dikucilkan atau disalahpahami.
- Libatkan profesional jika memungkinkan, bantu mereka mendapatkan terapi wicara. Terapi ini sangat penting untuk membantu meningkatkan kemampuan komunikasi mereka, dan profesional dapat memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan sedikit kesadaran dan usaha, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan inklusif bagi mereka yang mengalami aphasia, sehingga mereka dapat merasa lebih dihargai dan terhubung dengan dunia sekitar.
Menjembatani Dunia Mereka
Aphasia Broca adalah pengingat bahwa tidak semua tantangan dalam hidup dapat dijamah oleh mata. Meskipun kesulitan dalam menyusun kata-kata, jiwa-jiwa mereka memiliki pemikiran, perasaan, dan ide-ide yang kaya dan utuh. Diperlukan sedikit lebih banyak kesabaran dan pengertian dari kita untuk memahami dunia mereka yang terkadang tersembunyi di balik kata-kata yang tersendat. Dengan meningkatkan kesadaran dan memberikan dukungan yang sesuai, kita tidak hanya membantu mereka mengatasi keterbatasan komunikasi, tetapi juga memberikan peluang bagi mereka untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan berarti. Setiap orang memiliki hak untuk didengarkan, dan dengan mendengarkan dengan lebih penuh, kita memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkomunikasi dengan gaya mereka sendiri. Ayo kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap suara, baik yang keras maupun yang diam, memiliki nilai yang sama. Dalam dunia yang saling terhubung ini, komunikasi adalah bukan hanya hak, melainkan juga jembatan yang menghubungkan semua orang, tanpa pengecualian.