Apa saja tradisi yang ada di Kecamatan Kayuagung? Sebenarnya ada banyak tradisi yang ada di Kecamatan Kayuagung namun ada beberapa yang hanya dilaksanakan ketika lebaran idul fitri saja. Apa saja tradisi itu? Tradisi tersebut adalah Midang Bebuke Morge Siwe dan Stempel.
Apa itu Midang Bebuke Morge Siwe? Midang itu merupakan sebuah adat istiadat di Kayuagung dimana anak laki – laki dan perempuan setempat melakukan arak-arakan dengan menggunakan pakaian pengantin pasca lebaran dan berkeliling di Kota Kayuagung  dengan berjalan kaki sekitar 5-6 km, barisan pengantin remaja itu juga menyeberangi Sungai Komering menggunakan perahu ketek. Ini memberikan gambaran betapa mulianya ritual perkawinan yang merupakan pertanda berakhirnya masa lajang mereka.
Tradisi ini menggambarkan bagaimana perkawinan itu diawali dari masa perkenalan antara bujang dan gadis kemudian dilanjutkan dengan acara melamar ataupun kawin lari (lebih dikenal setakatan di Kayuagung) dan diakhiri dengan pernikahan yang diiringi dengan arak-arakan sepasang pengantin berkeliling kota untuk mengumumkan bahwa kini status sepasang remaja itu telah berubah.
Kemudian, ada lagi adat yang sangat kental di Kayuagung ketika lebaran yaitu Stempel. Lantas apa itu stempel. Mungkin ini asing bagi orang luar, namun bagi masyarakat Kayuagung, stempel adalah bahasa lain dari speedboat. Stempel adalah wisata air yang ada di Sungai Komering di setiap tahun pada saat Lebaran Idul Fitri.Â
Banyak masyarakat Kayuagung yang menaiki stempel hanya untuk berkeliling di Sungai Komering dalam beberapa kali putaran. Tarifnya pun relatif mahal yaitu sekitar 100-200 ribu per 5-6 kali putaran tergantung permintaan pengemudinya. Namun, hal tersebut bukanlah hal yang berat karena ketika naik stempel itu bisa ramai – ramai jadi kita bisa patungan untuk membayar tarifnya.
Namun, tradisi ini sempat dihentikan selama beberapa saat dikarenakan pandemi covid-19 yang terjadi beberapa saat yang lalu. Pada tahun 2022 ini, tradisi ini akhirnya berhasil dilaksanakan kembali dikarenakan kondisi penyebaran virus covid-19 sudah dapat terkendali. Semoga saja tradisi ini dapat bertahan dan dapat dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H